Diperbarui tanggal 10/02/2023

Kemampuan Berpikir Logis Anak Usia Dini

kategori Pendidikan Anak Usia Dini / tanggal diterbitkan 10 Februari 2023 / dikunjungi: 4.79rb kali

Pengertian Kemampuan Berpikir Logis

Berpikir secara logis merupakan suatu proses berpikir dengan menggunakan logika, rasional serta masuk akal. Dalam berpikir logis, anak akan mampu membedakan dan kritis terhadap kejadian yang terjadi pada anak saat ini, apakah kejadian itu masuk akal serta sesuai dengan ilmu pengetahuan atau tidak (Khoirussifa Sholihah, 2018). Menurut Iskandar dalam (Irmaida, 2020) kemampuan berpikir adalah kegiatan penalaran yang reflektif, kritis dan kreatif yang berorientasi pada proses intelektual dengan melibatkan pembentukan konsep, aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul (sintesis) atau dihasilkan yang melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai landasan pada suatu keyakinan dan tindakan.

Pada dasarnya berpikir logis merupakan mengenal berbagai perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana, dan mengenal sebab akibat yang terjabar dalam kompetensi dasar mengenal benda-benda di sekitarnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri lainnya) dan menyampaikan tentang apa dan bagaimana benda-benda di sekitar yang dikenalnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri lainnya) melalui berbagai hasil karya, Enah Suminah, (Salma Rozana, dkk. 2020). Menurut Albrecht (dalam Salma Rozana, dkk. 2020) mendefinisikan berpikir logis dengan mengatakan “ Logical thinking is the process in which one uses reasoning consistently to come to a conclusion”. Berpikir logis adalah suatu proses yang menggunakan ketetapan dalam memberi alasan untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. Lebih jelasnya lagi bahwa masalah atau situasi yang berkaitan dengan berpikir logis disebut sebagai struktur atau sistem, untuk hubungan antara fakta dan untuk serangkaian alasan saat membuat pengertian.

Novan (dalam Irmaidah, 2020) mengatakan logical thinking dengan menyatakan bahwa berpikir logis ialah pemikiran yang berhubungan dengan sebab dan akibat, yang di dalamnya terdapat perubahan makna dimana hal itu adalah bagian dari pemikiran. Logical thinking yang berarti mengikuti rentetan ide atau gagasan. Sementara itu Albrecht (dalam Ulvi Nor Novitasari, dkk. 2020) menegaskan bahwa berpikir logis itu bukan merupakan sebuah proses yang gaib melainkan suatu ketetapan saat memberikan alasan untuk mendatangkan sebuah kesimpulan.

Kemampuan berpikir logis pada dasarnya ialah melibatkan kemampuan-kemampuan menganalisis masalah secara logika, menemukan, menciptakan dan menyelidiki sesuatu secara ilmiah yang dimaksudkan yaitu agar anak usia dini dapat melakukan eksplorasi terhadap lingkungan sekitar melalui semua pancainderanya, sehingga dengan pengetahuan yang diperolehnya tersebut anak bisa menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan yang perlu memberdayakan apa yang ada di dunia untuk dirinya dan orang lain (Restu Ilma Nurqolbi, dkk. 2019).

Berpikir logis merupakan sebuah proses yang menggunakan ketetapan dalam memberikan alasan untuk mendatangkan sebuah kesimpulan, lebih jauh lagi dijelaskan bahwa masalah atau situasi yang terkait dengan berpikir logis disebut sebagai struktur atau sistem, untuk hubungan antara fakta dan untuk serangkaian alasan dalam membuat pengertian. Jadi berpikir logis sama dengan berpikir konsisten sesuai dengan rambu-rambu atau tata cara berpikir yang benar.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir logis merupakan suatu proses menalar tentang objek dengan cara menghubungkan serangkaian pendapat untuk sampai pada sebuah kesimpulan menurut aturan-aturan logika. Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa berpikir logis tidak terlepas dari dasar realitas, karena apa yang dipikirkan, ide-ide yang diambil serta fakta-fakta dan kesimpulan itu adalah realita. Realita yang selaras dengan aturan berpikir. Berpikir logis sering pula disebut sebagai berpikir abstrak, suatu bentuk berpikir yang lebih tinggi. Jadi berpikir logis sama dengan berpikir konsisten sesuai dengan rambu-rambu atau tata cara berpikir yang benar.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014, kemampuan berpikir logis ialah kemampuan dalam mengenal perbedaan berdasarkan bentuk ukuran: lebih dari, kurang dari, dan paling/ter, menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan, menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan, mengenal sebab-akibat tentang lingkungan, mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran, mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau kelompok sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi, mengenal pola ABCD-ABCD, mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya.

Indikator Kemampuan Bepikir Logis Anak Usia 4-5 Tahun

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 137 Tahun 2014 tentang standar pendidikan anak usia dini terdapat tiga tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak usia 4-5 tahun yaitu 1) Belajar dan pemecahan masalah, 2) Berpikir logis, 3) Berpikir simbolik. Adapun dalam tingkat pencapaian mengenai berpikir logis pada anak usia dini, terdapat beberapa tingkat pencapaian kemampuan berpikir logis anak usia 4-5 tahun yang harus dipenuhi yang tersaji dalam bentuk tabel sebagai berikut:

  1. Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi, bentuk atau warna, atau ukuran.
  2. Mengenal gejala sebab-akibat yang terkait dengan dirinya.
  3. Mengklasifikasikan benda kedalam kelompok yang sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan dua variasi.
  4. Mengenal pola (misal, AB-AB dan ABC-ABC) dan mengulanginya.
  5. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna

Fungsi Berpikir Logis Pada Anak Usia Dini

Adapun fungsi kemampuan berpikir logis bagi anak yaitu sebagai berikut:

  1. Agar anak dapat mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang didengar, dilihat, dan dirasakannya, sehingga anak akan mempunyai pemahaman yang utuh dan komprehensi
  2. Agar anak dapat melatih ingatannya mengenai segala peristiwa dan kejadian yang pernah dialaminya
  3. Agar anak dapat memahami simbol-simbol disekitarnya
  4. Agar anak dapat mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa yang lainnya
  5. Agar anak dapat melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi secara alamiah (spontan) maupun melalui proses ilmiah (percobaan)
  6. Agar anak dapat memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya, sehingga pada akhirnya anak akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya (Chintya, 2021).

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis

Berpikir logis merupakan sebuah proses yang menggunakan ketetapan dalam memberikan alasan untuk mendatangkan sebuah kesimpulan, lebih jauh lagi dijelaskan bahwa masalah atau situasi yang terkait dengan berpikir logis disebut sebagai struktur atau sistem, untuk hubungan antara fakta dan untuk serangkaian alasan dalam membuat pengertian. Menurut Suminah (Irmaidah, 2020) terdapat beberapa proses upaya yang harus dilakukan oleh pendidik dalam peningkatan kemampuan berpikir logis anak, diantaranya:

  1. Mengajak anak mengenal nama-nama benda disekitar, warna dasar (seperti hijau, merah, kuning), ukuran, bentuk, tekstur, sifat, suara, fungsi, dan ciri-ciri benda/objek yang ada dilingkungan sekitar (ranting, daun, batu, alat makan, dan sebagainya) untuk digunakan bermain matematika, seperti mengukur, membilang, mengelompokkan benda
    berdasarkan bentuk dan warna, mengurutkan benda, membandingkan (besar-kecil, tinggi-rendah, panjang-pendek), dan menyusun pola dua atau tiga pola.
  2. Memberikan dukungan pada saat anak menggunakan berbagai macam alat, benda dan bahan dengan menyebutkan benda-benda yang dipakai untuk bermain, membedakan benda berdasarkan warna atau bentuk, menyamakan, mengelompokkan, menyusun pola dua atau tiga pola, mengurutkan, membandingkan warna, bentuk, ukuran, besar-kecil, banyak-sedikit, panjang-pendek, berat-ringan, tinggi-rendah, baik disampaikan melalui lisan, menggunakan benda langsung, melalui gerakan, maupun melalui hasil karyanya.
  3. Memfasilitasi kegiatan yang beragam dengan cara melibatkan anak secara aktif agar membangun pengetahuan dan keterampilan tentang pengenalan benda-benda ada disekitarnya.

Adapun kesimpulan pada peningkatan kemampuan logis anak ialah memberikan kesempatan pada anak untuk menjelaskan bagaimana proses anak memperoleh jawaban dari hasil anak, membuat model persoalan yang berdasarkan alasan, memberikan kesempatan untuk mengutarakan alasan akan perasaan anak walaupun kurang logis. sehingga dengan adanya kesempatan ini pada proses berpikir anak akan menjadi lebih berkembang (Irmaidah, 2020).