Diperbarui tanggal 10/Okt/2022

Rasa Percaya diri Anak Usia Dini

kategori Pendidikan Anak Usia Dini / tanggal diterbitkan 10 Oktober 2022 / dikunjungi: 4.64rb kali

Pengertian Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri merupakan sikap diri yang merasa pantas, nyaman dengan dirinya sendiri dari penilaian orang lain, serta memiliki keyakinan yang kuat. (Syaifullah, 2010:11). Rasa percaya mendorong manusia untuk menghadapi situasi di dalam pergaulan dan untuk menangani berbagai perihal dengan lebih mudah. Percaya diri tidak dikatakan secara nyata, tetapi orang-orang yang percaya diri akan lebih mudah menerima dirinya sendiri, siap menerima tantangan dalam arti mau mencoba sesuatu yang baru. Orang yang percaya diri cenderung tidak takut menyatakan penilaiannya di depan orang banyak.

Willis (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010: 34) mengemukakan bahwa rasa percaya diri adalah keyainan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain. Lautser (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010: 34) mendefinisikan kepercayaan diri, diperoleh dari pengalaman hidup, merupakan salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembiraan, optimis, cukup toleran dan bertanggung jawab. Kepercayaan diri berhubungan dengan kemampuan melakukan sesuatu yang baik. Bagaimana pun kemampuan manusia terbatas pada jumlah hal yang dapat dilakukan dengan baik dan sejumlah kemampuan yang dikuasai.

Rasa percaya diri menurut Santrock (Ayu Aggreni. 2017:5) indikator perilaku rasa percaya diri, seperti:

  1. Mengarahkan/memerintah orang lain;
  2. Menggunakan kualitas suara yang disesuaikan dengan situasi;
  3. Mengekspresikan pendapat
  4. Duduk dengan orang lain dalam aktivitas sosial;
  5. Bekerja secara koperatif dalam kelompok;
  6. Memandang lawan bicara ketika mengajak/diajak bicara;
  7. Menjaga kontak mata selama pembicaraan berlangsung;
  8. Memulai kontak yang ramah dengan orang lain;
  9. Menjaga jarak yang sesuai antara diri sendiri dengan orang lain;
  10. berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedikit keraguan

Dari beberapa definisi dari percaya diri diatas dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri adalah keyakinan atau dorongan untuk melakukan sesuatu pada diri subyek sebagai karakteristik pribadi yang di dalamnya terdapat keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional, dan realistis.

Pentingnya Rasa Percaya Diri untuk Anak Usia Dini

Berdasarkan studi yang dilakukan Haydar, Avcu &Isiclar (2010) percaya diri memiliki dampak yang sangat baik pada saat seseorang mengekspresikan diri selama hubungan interpersonal dan membuat hubungan dengan orang lain. Bertindak tanpa percaya diri dapat menyebabkan isolasi atau penafsiran dari seorang individu dari masyarakat. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa sikap percaya diri adalah hal yang sangat penting bahkan percaya diri muncul sejak manusia dilahirkan, tetapi percaya diri ini akan berubah sejak anak mulai berkembang.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa percaya diri perlu dikembangkan sejak dini. Hal ini sejalan dengan Studi Yoruku (Haydar, Avcu &Isiclar, 2010) yang meneliti bahwa selama periode bermain (0-2 tahun), anak menunjukkan kebebasan dan kreativitasnya. Pada periode ini, persahabatan mengembangkan anak dalam belajar tentang pentingnya hubungan sosial. Selain itu dalam periode ini, hubungan anak dengan teman- temannya memiliki dampak besar pada perkembangan sosialnya.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa percaya diri sangatlah penting dikembangkan sejak dini, karena sikap percaya diri dapat menunjang perkembangan sosial anak yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan yang lain, baik itu kognitif, fisik motorik, bahasa, sosial emosi, dll. Diharapkan dengan mengembangkan sikap percaya diri sejak dini anak akan dapat menjadi berani dan mampu melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang diyakininya tanpa memiliki rasa ragu ataupun cemas.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri

Loekmono (dalam Asmadi Alsa, 2010) juga mengemukakan bahwa kepercayaan diri tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan berkaitan dengan kepribadian seseorang. Kepercayaan diri dipengaruhi oleh faktor- faktor yang berasal dari dalm individu sendiri, norma dan pengalaman keluarga, tradisi, kebiasaan dan lingkungan sosial atau kelompok dimana keluarga itu berasal. Rasa percaya diri dipengaruhi juga oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (dalam Ghufron, 2010:24-27):

1. Faktor internal

  1. Konsep diri
    Terbentuknya percaya diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya individu yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif.
  2. Harga diri
    Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Individu yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima orang lainsebagaimana menerima dirinya sendiri.Akan tetapi individu yang mempuyai harga diri rendah bersifat tergantung, kurang percaya diri dan biasanya terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan.
  3. Kondisi fisik
    Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada rasa percaya diri. Penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang. Ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang kentara.
  4. Pengalaman hidup
    Kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan adalah paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri.Apalagi jika pada dasarnya individu memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.

2. Faktor eksternal

  1. Pendidikan
    Pendidikan mempengaruhi percaya diri individu. Tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan ya ng lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.
  2. Pekerjaan
    Bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri.Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga di dapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri.
  3. Lingkungan
    Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota keluarga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat. Semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka semakin lancar harga diri berkembang (dalam Ghufron, 2010:24-27).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri pada individu, yaitu faktor internal dan eksternal.pertama faktor internal yang meliputi konsep diri, harga diri, kondisi fisik dan pengalaman hidup. Kedua faktor eksternal meliputi pendidikan, pekerjaan dan lingkungan.

Stimulasi Rasa Percaya Diri Anak Usia Dini

Pengalaman-pengalaman permulaan anak merupakan stimulasi bagi pembentukan perasaan puas dan percaya diri karena anak mendapatkan keinginannya dan anak terpuaskan oleh karenanya. Bahkan ketika anak memperoleh respon yang layak dari orang tua (orang dewasa), serta ketika anak memperoleh pengalaman sensori yang terpuaskan maka kebutuhan anak semakin terpenuhi.
Dengan demikian, anak telah memperoleh penanaman fondasi untuk percaya diri dan rasa aman. Sekedar contoh, anak mendapat makanan ketika dia lapar; anak diberi perhatian ketika memerlukannya. Respon orang tua dan orang dewasa seperti ini menyebabkan anak merasa lingkungannya/dunianya adalah tempat yang aman bagi mereka dan anak merasa serba bisa (mampu) dalam menghadapi lingkungannya dengan jaminan sikap dan perasaan yang ditunjukkan oleh orang tua/orang dewasa. Dengan demikian, anak akan berani dan tidak gentar menghadapi permasalahan hidup sehari-hari.

“Sebaliknya, jika kebutuhan dasar anak tidak terpenuhi sehingga anak merasa tidak puas dan anak merasagagal dalam memperoleh respon orang tua, anak langsung mempunyai pengalaman rasa tidak aman dan rasa tidak puas sehingga menimbulkan rasa tidak percaya diri pada anak, dan rasa tidak bahagia” (Suyadi & Maulidya Ulfah, 2013 : 154-155). Menurut Timothy Wibowo (2012:12) ada tujuh cara menstimulasi kepercayaan diri pada anak, yaitu:

  1. Mengevaluasi pola asuh
    Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak. Hasil dari pola asuh yang demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan kooperatif terhadap orang lain.
  2. Memberikan pujian yang tepat
    Memberikan pujian baik untuk anak, namun jangan berlebihan. Anak-anak merasa lebih senang dan mampu menghadapi tantangan ketika mereka mendapat pujian atas usahanya.
  3. Membuat agenda sosialisasi
    Belajar atau melatihnya untuk peduli dan berbagi terhadap sesama merupakan cara yang baik untuk melatih kepercayaan diri anak. Dengan demikian mereka akan mempunyai kepekaan dan empati yang baik terhadap lingkungan sosial.
  4. Kenalkan anak pada beragam karakter melalui cerita
    Melalui kegiatan bercerita, kepercayaan diri anak dapat ditingkatkan. Setelah diberi contoh dan dibiasakan, anak akan lebih percaya diri ketika bercerita didepan kelas dan mampu mengungkapkan pendapatnya dengan baik. Dalam pemilihan buku cerita yang akan digunakan harus lebih menarik perhatian anak sehingga anak tidak merasa bosan dengan kegiatan tersebut, seperti media dengan audio, buku pop up, atau buku interaktif lainnya.
  5. Bermain peran
    Bermain peran melatih anak berkomunikasi interpersonal. Memperagakan perbincangan via telepon dengan pendengar suportif diujung lain dapat menghindarkan anak dari rasa tertekan seperti jika melakukan pembicaraan tatap muka.
  6. Biarkan kesalahan terjadi dan berikan resiko teringan
    Memberikan dukungan pada anak untuk mencoba hal baru, selama hal tersebut tidak membahayakan dirinya dan mengurangi campur tangan untuk menjadi problem solving dalam tantangan baru yang sedang dihadapi anak.
  7. Memahami kepribadian anak
    Dengan memahami kepribadian anak berarti orang tua telah berusaha mengerti dan memahami anak, orang tua bisa jauh lebih mudah untuk memahami seorang anak dengan memperhatikan tipologi kepribadiannya.

Indikator Rasa Percaya Diri Pada Anak Usia Dini

Yoder & Proctor menyebutkan anak yang percaya diri memiliki kemampuan untuk (1) bersikap tegas, (2) teguh pada keyakinannya, bahkan ketika orang lain melawannya, (3) mudah bergaul dengan teman yang baru, (4) menyelesaikan pekerjaan sampai ia telah merasa menjadi yang terbaik, (5) mengatasi kekalahan dan penolakan dengan tenang namun akan cepat bangkit kembali dengan penuh semangat, (6) dapat bekerja sama dengan orang lain, dan (7) berani memimpin dengan tepat dan tanpa ragu. (Rara,Saparno: 2018:3). Mengutip Aprianti Yofita Rahayu (Sri Whyuni, 2017:09) Kepercayaan diri memungkinkan anak untuk tampil dan berprilaku dengan cara menunjukkan kepada dunia luar bahwa ia yakin akan dirinya. Empat ciri bidang kepercayaan diri lahir meliputi:

  1. Komunikasi, yaitu anak yang memiliki kepercayaan diri lahir dapat melakukan komunikasi dengan setiap orang dari segala usia
  2. Ketegasan, yaitu anak yang memiliki kepercayaan diri lahir akan menyatakan keutuhan mereka secara langsung dann terus terang.
  3. Penampilan diri, yaitu anak akan menyadari pengaruh gaya hidupnya terhadap pendapat orang lain mengenai dirinya tanpa terbatas pada keinginan untuk selalu ingin menyenangkan orang lain.
  4. Pengendalian perasaan, yaitu anak akan berani menghadapi tantangan dan resiko karena mereka dapat mengendalikan rasa takut, khawatir, dan frustasi.

Menurut Luluk Asmawati (2014: 59), indikator rasa percaya diri anak antara lain:

  1. Mampu mengerjakan tugas sendiri, meliputi:
    1. Mampu menyelesaikan tugas sendiri hingga selesai
    2. Mampu menyelesaikan tugas tanpa bantuan orang lain.
  2. Menunjukkan kebanggan terhadap hasil karyanya, meliputi:
    1. Menunjukkan kebanggan terhadap hasil karya yang telah dibuatnya
    2. Menjaga hasil karya yang telah dibuatnya
  3. Berani bertindak dan tenang ketika bertindak, meliputi:
    1. berani bertindak dalam bertindak sesuai aturan
    2. berani mengerjakan proyek dengan sikap tenang
  4. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dengan baik, meliputi:
    1. Mampu berkomunikasi dengan lancar
    2. Mampu bertanya dan menjawab pertanyaan