Diperbarui tanggal 28/08/2022

Permainan Outbound untuk Perkembangan Sosial Anak Usia Dini

kategori Pendidikan Anak Usia Dini / tanggal diterbitkan 2 Juni 2022 / dikunjungi: 5.34rb kali

Pengertian Permainan Outbound

Menurut Rocmah (2012), Oubound menggunakan pendekatan belajar experiental learning karena pengalaman langsung membuat anak mudah menyerap pengetahuan yang anak alami sendiri. Outbound juga merupakan kegiatan petualangan yang berisi tantangan, bertemu dengan sesuatu yang tidak diketahui tetapi pentinguntuk dipelajari, belajar tentang diri sendiri, tentang orang lain dan semua tentang potensi diri sendiri. Outbound adalah kegiatan yang dilakukan diluar ruangan yang mengandung unsur permainan, edukasi dan rekreasi. Outbound merupakan sebuah media pendidikan di alam terbuka yang diawali dari sebuah kekurangan kemudian mengubah kekurangan itu menjadi sebuah kelebihan (Sanoesi 2010 : 14).

Dari pengertian diatas, jelas terlihat bahwa kegiatan outbound adalah kegiatan yang disusun secara terencana untuk mencapai tujuan pengembangan potensi anak dan menantang untuk dilakukan. Outbound dilakukan dalam suasana yang menyenangkan di alam terbuka sehingga anak lebih mudah menjalani kegiatan ini. Outbound juga dirancang menantang agar anak tidak mudah bosan ketika melakukan beberapa kegiatan pengembangan sekaligus. Outbound menggunakan pendekatan metode belajar melalui pengalaman (experiential learning). Claxton dalam ratnasari, (2005:14) mengemukakan bahwa yang disebut belajar melalui pengalaman adalah proses belajar dimana subjek melakukan sesuatu dan bukan hanya memikirkan sesuatu.

Outbound sebagai kegiatan alam yang proses pembelajarannya dilakukan dengan berbagai metode yang pada intinya adalah memberikan pengalaman langsung pada suatu peristiwa pada anak. Menurut Ancok dalam Susanto (2001:5), mengatakan bahwa pendekatan experimential learning dapat mempermudahkan pengalman mengenai konsep hal hal yang dapat menyebabkan kegagalan atau keberhasilan dalam menyelesaikan suatu tugas. Menurut Noor (2017:66), Outbound untuk anak usia dini adalah kegiatan pendidikan di luar ruangan yang bersifat petualang (adventure based education) dan bentuk kegiatannya berupa permainan yang kreatif, rekreatif baik secara individual maupun kelompok dengan tujuan pengembangan diri (personal development) maupun kelompok (team development).

Materi Kegiatan Outbound untuk Anak Usia Dini

  1. Fun games
    Menurut Susanta dalam Trisnayanti, dkk (2017) jenis permainan yang dapat dilakukan seperti (estapet kelereng, perahu penyelamat, berlari zigzag sambil membawa beban). Permainan ini menekankan unsur-unsur koordinasi, konsentrasi dan kebersamaan anggota kelompok.
  2. Low impact games
    Menurut Sanoesi (2010:33) low impact games adalah sebuah permainan dalam outbound yang memiliki dampak ringan dengan ciri mobilitas fisik tidak tinggi, resiko kecelakaan juga tidak tinggi. Permainan bertemakan pembuatan perencanaan, mengatur strategi, ewisiensi waktu, pendelegasian tugas, kejujuran dan tanggung jawab sosial. Kegiatan yang sedikit menantang dan mempunyai resiko yang kecil, tidak membutuhkan alat pengaman (contoh : merayap, papan keseimbangan).
  3. High impact
    Kegiatan outbound yang menyajikan tema-tema pengendalian diri, peningkatan keberanian, menumbuhkan rasa percaya diri, keuletan dan pantang menyerah. Permainan high impact adalah permainan dengan tantangan tinggi dengan resiko besar (contoh : jembatan goyang, flying fox, jarring pendarat).

Tahap Permainan Outbound

Tahapan dalam experiential learning yang terangkum dalam seluruh tahapan kegiatan outbound (Susanto 2017:139) yang meliputi sebagai berikut:

  1. Tahap perencanaan
    Pengalaman yang ditimbulakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan dan kebutuhan yang diperlukan karena adanya penelitian pendahuluan mengenai kebutuhan pelatihan atau pembelajaran.Dalam hal ini, kebutuhan pengetahuan mengenai karakteristik anak usia dini. Outbound sebagai strategi belajar akan berjalan efektif jika dilakukan dengan mengacu pada perkembangan psikomotorik anak, perkembangan intelektual (kognitif), juga perkembangan afektif anak. Tahap perencanaan ini dibuat untuk mengetahui outbound apa yang ingin di mainkan.
  2. Tahapan pembentukan pengalaman
    Dalam pelaksanaan kegiatan outbound, perlu dijaga aktivitas bermain tetap berada pada koridor pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman bagi anak. Untuk itu, dalam pembelajaran outbound ini perlu menggunakan skenario yang terstruktur dan mengandung tema untuk mengemas seluruh aktivitas bermain yang dilakukan anak. Dengan skenario tersebut, imaginasi anak akan berkembang dan membuat anak tergerak kemauannyauntuk terlibat dan mencoba tantangan yang ada dalam rangkaian kegiatan tersebut. Bentuk dari kegiatan anak seperti melakukan pemanasan, mentaati aturan main, sabar menunggu giliran, mengenal bagian-bagian permainan, berinteraksi saling tolong menolong.
  3. Tahapan refleksi pengalaman
    Terhadap akhir pelaksanaan outbound adalah refleksi pengalaman bermain melalui kegiatan pendinginan. Berikut ini pentingnyadari tahapan refleksi, yaitu sebagai berikut:
    1. Menambah nilai pengalaman. Pengalaman dapat diperoleh dapat memberikan nilai tambah ayau hanya berupa peristiwa yang dialami belaka, tergantung pada bagaimana pengalaman tersebut dieksplorasi.
    2. Menghilangkan hambatan dalam proses belajar. Refleksi akan memberikan wacana dan pemahaman konsep yang lebih luas bagi individu atau kelompok agar mendapat hikmat dari suatu pengalaman. Proses pembentukan konsep yang dilakukan dalam suasana yang santai memberikan atmosfer yang positif sehingga memberikan kemudahan bagi anak dalam mengadopsi konsep baru yang dipelajari.
    3. Memperjelas arah dan tujuan. Refleksi dilakukan setelah aktivitas dapat membentuk peserta untuk memperjelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mencari alternatif dalam meraih tujuan, untuk mengukur kinerja
      dalam mencapai tujuan serta sebagai sarana untuk merayakan keberhasilan dalam mencapai tujuan.
    4. Mengembangkan pengalaman dan kesadaran. Kedalaman dan ketajaman anak dapat diamati dari keterlibatannya pada suatu kejadian. Melalui refleksi, anak dapat meningkatkan kemampuan dalam mengamati dan menyadari perilaku yang diharapkan untuk dilakukannya.
    5. Membuka wawasan baru. Dengan refleksi anak akan terbuka kesempatan bagi anak untuk melatih kemampuan untuk melihat sesuatu masalah dari sudut pandang orang lain.
    6. Membangun kepedulian. Manfaat aktifitas refleksi adalah anak belajar untuk mendengarkan pendapat dan perasaaan orang lain. Kepedulian tersebut terbentuk ketika anak dapat memahami pemahaman anak yang lain.
    7. Memupuk keberanian anak untuk mengekspresikan diri. Tidak selalu mudah untuk menceritakan pengalaman. Anak akan terlatih sejak dini untuk memahami dirinya sendiri melalui pemaknaan diri terhadap perasaanyang dialami. Guru sebagai pemandu refleksi harus mampu menggali dan menemukan poin poin pengalaman anak .
    8. Memberikan dukungan. Setiap keputusan akan dihadapkan pada keberanian untuk mengambil resiko (yang mungkin berdampak sukses atau gagal). Setiap individu pernah mempunyai pengalaman sukses dan gagal. Dengan refleksi pengalaman akan dianalisis sehingga anak dapat mengalami bagaimana kegagalan dapat terjadi, bagaimana untuk bangkit dari kegagalan, serta bagaimana perjuangan untuk meraih sukses.
    9. Membersayakan individu. Refleksi memperkuat kemampuan anak untuk belajar dari pengalaman baik individu maupun kelompok. Hasil akhir dari pemahaman baru tersebut anak membentu anak untuk mengembangkan diri dan kemampuan belajar, meningkatkan rasa percaya diri, kemandirian serta kemampuan dalam akualisasi diri.
    10. Memandu kesuksesan. Pengalaman sukses dalam melakukan atau menyelesaikan tantangan tertentu akan memberikan kesan mendalam pada anak yang mengalaminya. Refleksi dapat memberikan dampak positif bagi anak dalam membentu anak menikmati arti keberhasilan, memahami bagaimana kesuksesan dapat dicapai, serta bagaimana mengadopsi semangat untuk meraih kesuksesan dibidang lain.

Manfaat Outbond Untuk Anak Usia Dini

Untuk menyelenggarakan kegiatan outbond yang benar benar bermuatan experimential learning diperlukan persiapan dan perlengkapan, serta keterampilan khusus dalam penyelenggaraannya. Guru memiliki peran yang sangat besar dalam mendesain kegiatan outbound yang benar benar memberikan memberikan pengalaman belajar bagi anak. Guru harus dapat menjalankan fungsi utama untuk mendorong partisifasi aktif anak dalam pengalaman bermain, membimbing proses refleksi terhadap pengalaman yang telah diperoleh, membantu anak dalam menyimpulkan konsep berdasarkan hasil refleksi sehingga terbentuk adanya pemahaman baru serta memberikan ransangan agar perilaku yang muncul berdasarkan pemahaman baru tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Menurut susanta dalam Isbayani (2015:7) menyatakan bahwa manfaat outbound yaitu:

  1. Melatih ketahanan mental dan pengendalian diri.
  2. Menumbuhkan empati.
  3. Melahirkan semangat kompetisi yang sehat.
  4. Meningkatkan jiwa kepemimpinan.
  5. Melihat kelemahan orang lain bukan sebagai kendala.
  6. Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan dalam situasi sulit secara cepat dan akurat.
  7. Membangun rasa percaya diri.
  8. Meningkatkan rasa kebutuhan akan pentingnya kerja tim untuk mencapai sasaran secara optimal.
  9. Dapat menghilangkan jarak antara teman baru dan teman lama dan mempererat kekompakan antara teman baru dan teman lama.
  10. Sikap pantang menyerah dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri peserta.
  11. Mengasah kemampuan bersosialisasi.
  12. Meningkatkan kemampuan mengenal diri dan orang lain.

Permainan Outbound untuk Perkembangan Sosial

Proses perkembangan sosial adalah suatu tugas yang harus dijalani oleh anak. Hatoen (2004 : 11), menyatakan bahwa anak taman kanak - kanak (TK) mempunyai dorongan yang kuat untuk mengenali lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosialnya dengan baik. Budisetiawan dalam Pelima (2014 : 26) menyatakan tujuan dari metode outbound adalah untuk mengatasi anak anak yang mengalami kesulitan dalam hubungan sosial, meningkatkan konsep diri anak, mengembangkan kemampuan dan gagasan kreatif, tertantang untuk berperan secara aktif dengan memberanikan diri, meningkatkan ketahanan fisik, serta meningkatkan kemampuan prilaku anak dalm bekerjasama, kesetia kawanan dan kepemimpinan.

Dalam hasil penelitian Yunaida (2018:32) menyatakan bahwa pemahaman bermain dapat dilakukan dengan cara beraneka ragam, salah satunya dengan mengunakan metode outbound atau pendidikan dialam terbuka. Outbound merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dialam terbuka penggunaannya dinilai memberikan konstibusi positif terhadap kesuksesan belajar.
Tujuan dari metode outbound adalah untuk mengatasi anak anak yang mengalami kesulitan dalam hubungan sosial, meningkatkan konsep diri anak anak, mengembangkan kemampuan dan gagasan kreatif, tertantang untuk berperan secara aktif dengan memberanikan diri, meningkatkan ketahanan fisik, serta meningkatkan kemampuan dan perilaku anak dalam kerjasama, kesetia kawanan dan kepemimpinan.

Dalam hasil penelitian Isbayani (2015 : 3) menyatakan bahwa metode outbound dapat pula digunakan untuk membangun modal sosial, yaitu jaringan kerjasama antar individu dalam kelompok yang memfasilitasi pencarian solusi dan permasalahan yang dihadapi mereka. Modal sosial yang dimaksud ancok adalah kumpulan dari hubungan yang aktif diantara manusia untuk saling percaya, saling pengertian, kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah jaringan organisasi untuk saling bekerjasama. Metode outbound dikatakan juga sebagai cara menggali diri sendiri dalam suasana yang menyenangkan yang penuh dengan tantangan, pengembangan potensi, menyelesaikan masalah, dan merupakan petualangan seseorang yang menantang untuk diselesaikan.

Dalam hasil penelitian Wahyuni cristiany menyatakan bahwa outbound low inpact merupakan permainan outdoor yang tidak membutuhkan banyak perlengkapan dalam pelaksanaannya sehingga dapat diterapkan disekolah manapun (maryatun 2012). Kegiatan low inpact untuk menanamkan kerjasama anak antara lain peneliti memilih kegiatan seperti kereta balon, moving water, menembus jaring laba laba. Secara spesifik outbound dilakukan tujuan tujuan sebagai berikut: meningkatkan rasa percaya diri, membuka wawasan baru dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial serta bekerjasama dengan orang lain, memberikan pengalaman untuk mandiri dan menyelesaikan masalah, meningkatkan kemampuan kreatif dalam menyelesaikan masalah, belajar untuk berkomunikasi secara efektif (Al dalam maryatun 2012).

Muksim dalam Setyadi (2018), mengungkapkan bahwa outbound adalah sebuah program yang dilaksanakan diluar ruangan maupun dialam bebas (outdoor). Bentuk kegiatannya berupa permainan (games) kreatif serta edukatif. Kegiatan outbound bertujuan sebagai pengembangan dan pengmbangan pada team yang disajikan kedalam sebuah bentuk permainan dengan demikian outbound memiliki banyak manfaat bagi anak untuk bisa mengembangkan kemampuan sosial anak Sanoesi (2018), juga berpendapat bahwa outbound merupakan media pendidikan di alam yang Diwali dari sebuah kekurangan kemudian diubah menjadi sebuah kelebihan, dalam arti outbound adalah sebuah media untukmengembangkan kemampuan sosial anak lebih baik dari sebelumnya, darikurang solid menjadi solid, kurang gigih menjadi gigih. 

Daftar Pustaka

Agusniatih & Monepa. (2019). Keterampilan Anak Usia Dini, Teori dan Pengembangan. Jawa Barat: Edu Publiher.

Distiara, Meva, Irvanda. (2015). Upaya Mningkatkan Kemampuan Kerjasama Melalui Kegiatan Outbound Pada Anak Kelompok B Di TK PKK 74 Serut

Serdangsari Pajangan (Skripsi). Bantul : Universitas Yogyakarta Fadillah, M. (2014). Edutaiment Pendidikan Anak Usia Dini Menciptakan Pembelajaran Menarik, Kreatif Dan Menyenangkan. Jakarta: Prenada Media Group.

Isbayani & Shinta Nur & Sulastri Made, Tirtayani Ayu Luh. (2015). Penerapan Metode Outbond Untuk meningkatkan Keterampilan Sosial Emosional Anak. E-jurnal PG Paud Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 3

Iswinarti. (2017). Permainan Tradisional Prosedur dan Analisis Manfaat Psikologis. Malang: Universitas Muhammadiyah.

Muchlisin, Arif. (2017). Permainan Bebas dan Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 2541-4658 volume 3 no.2.

Musfiroh & Tadkiroatun & Tatminingsih, Sri. (2016). Bermain dan Permainan Anak. Banten:Universitas Terbuka.

Noor, Rosalina Triana. (2017). Manajemen Pendidikan Anak Melalui Program Outbound Di TK Al Muslim Surabaya: Jurnal Program Studi PGRA, Volume 3 no 2, 2528-083X. 

Pawistri, Trini. (2018). Penggunaan metode outbound dalam meningkatkan kemampuan sosial pada anak kelompok B (Skripsi). Surakarta : Universitas Muhammaiyah.

Pelima, Noviana. (2014). Pendidikan Lingkungan Hidup Dengan metode Outbond Untuk Anak Usia Dini:Kajian Pustaka. Jurnal Akademika, Volume 1 no.2.

Rocmah, Iffatur Luluk. (2012). Model Pembelajaran Outbound Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pedagogia, Volume 1 no 2, 173-188

Samik & Rohita. (2014). Meningkatkan Kemampuan Sosial Melalui Metode Outbound Anak Usia 3-4 Tahun di PPT Umi Qolbu. Volum 3 no 3.

Setyadi, wahyu Nugroho Dwi. (2018). Pengaruh ermainan outbound terhadap perkembangan sosial anak pada kelompok B di TK Sacharia Gondang Wanangoen Klaten TA 2017/2018 (Skripsi). Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

Trisnayanti Ayu Kd Ni, Gading Ketut I, Magta Mutiara. (2017). Pengaruh Metode Outbound Terhadap Disiplin Anak Kelompok B Pada Gugus VI Kecamatan Buleleng. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Volum 5 no 2.