Diperbarui tanggal 22/05/2022

Pengelolaan Lingkungan Belajar Anak Usia Dini

kategori Pendidikan Anak Usia Dini / tanggal diterbitkan 22 Mei 2022 / dikunjungi: 35.92rb kali

Pengertian Pengelolaan Lingkungan Belajar

Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata manage, ent, berasal dari kata “to manage” yang memiliki arti mengatur, melaksanakan, mengelola, mengendalikan dan memperlakukan. Selanjutnya pengertian lingkungan menurut KBBI, diartikan sebagai suatu tempat yang mempengaruhi perkembangan manusia. Kemudian belajar secara umum diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relative menetap pada diri individu. Dari definisi-definisi di atas maka disimpulkan bahwa secara sederhana diartikan sebagai suatu tempat atau suasana (keadaan) yang mempengaruhi proses perubahan tingkah laku manusia dan perubahan-perubahan yang diakibatkan lingkungan dapat bersifat menetap dan relative permanen. Semakin kuat pengaruh lingkungan maka perubahan yang terjadi di prediksi akan semakin tinggi pula.

Menurut Eliyawati (2005) menjelaskan bahwa esensinya lingkungan belajar merupakan suatu konteks fisik, sosial, dan psikologis yang dalam konteks tersebut anak memperoleh belajar dan memperoleh perilaku baik. Selanjutnya pengelolaan lingkungan belajar di TK diartikan sebagai suatu proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai komponen lingkungan yang dapat terfasilitasi secara baik. Sehingga di artikan sebagai suatu usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang efektif dalam mencapai tujuan belajar. Dengan demikian pengelolaan lingkungan belajar di TK dimaksudkan agar lingkungan belajar mampu menstimulasi anak agar dapat berpartisipasi dalam kegiatan belajar dengan optimal (Mariyana, Rita. 2010: 18), tentunya agar semua tujuan dari pembelajaran dapat tercapai sesuai yang di harapkan.

Dalam pedoman pengelolaan kelas pendidikan anak usia dini dikatakan bahwa lingkungan merupakan guru ketiga bagi anak. Dari sebuah lingkungan anak banyak belajar mengenai kebersihan, kemandirian, semangat pantang menyerah dan lainnya. Maka dari itu lingkungan pada pendidikan anak usia dini harus direncanakan, di tata, dimanfaatkan dan di rawat secara cermat agar dapat mendukung pencapaian hasil belajar yang telah di tentukan bersama (Anonim, 2015:1). Lingkungan belajar dan ruang kelas memiliki peran penting bagi keefektifan pembelajaran. Komponen kunci lingkungan pembelajaran adalah semua faktor yang mempengaruhi pengalaman belajar (Gavin.2009;38)

Tujuan Pengelolaan Lingkungan Belajar

Secara umum tujuan pengelolaan lingkungan belajar adalah untuk mewujudkan situasi yang kondusif untuk memfasilitasi perkembangan dan belajar anak secara maksimal sesuai dengan perkembangan baik, kognitif, fisik-motorik, sosial-emosional, nilai agama dana moral bahkan seni anak, serta menghilangkan berbagai hambatan yang akan mengganggu perkembangan dan aktivitas belajar anak (Nugraha 2003 dalam Cucu Eliyawati 2005). Secara khusus dan sistematis, terdapat dua tinjauan yang mengarahkan dari tujuan pengelolaan lingkungan belajar di TK yaitu : (1). Ditinjau dari sudut Performances atau tampilan muka dari lingkungan belajar, dan (2). Aspek isi atau Content dari lingkungan belajar tersebut. Dalam sudut performances ditujukan untuk merangsang atau mengundang anak untuk tertarik dalam aktivitas di lingkungan belajar sedangkan dalam aspek isi ditujukan untuk memfasilitasi multi sensori anak dan kemampuan memberikan kesempatan kepada anak untuk beraktivitas dan berkreasi secara efisien dan efektif (Mariyana, 2010: 19).

Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Belajar

Dalam proses belajar, secara tidak langsung sosial budaya dapat mempengaruhi individu. Apa yang di anggap baik dan buruk akan menentukan suatu sistem norma dan aturan yang berlaku dalam kelompok budaya setempat. Hal ini dapat menjadi faktor dalam lengkungan belajar. Adapun terkait hal tersebut terdapat faktor yang dapat mendukung serta menghambat pengelolaan lingkungan belajar antara lain:

  1. Tempat belajar yang baik
    Untuk dapat di katakan sebagai temapat yang baik terdapat persyaratan sebagai berikut: letak tata ruang, tempat belajar, penerapan cahaya yang cukup, udara yang baik, adanya pengaturan tata ruang kelas.
  2. Media belajar yang tersedia
    Agar dapat mendukung proses lancarnya belajar di sekolah, diperlukan peralatan yang cukup dan tersedia. Kekurangan alat-alat belajar akan memperbanyak individu mengalami gangguan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan tersedianya alat-alat belajar yang pokok didahulukan dibanding dengan yang lain seperti : papan tulis, kapur tulis / spidol, penghapus dan sebagainya dapat menunjang pembelajaran anak.
  3. Kedisiplinan belajar
    Kedisiplinan ini diperlukan untuk melatih siswa agar terbiasa menerapkan dalam segala tindakan atau kegiatannya. Karena disiplin ini berkaitan erat dengan kepribadian anak, sehingga jika anak sudah terdidik untuk disiplin maka mereka akan memiliki kecakapan dalam cara belajarnya.
  4. Kebersihan lingkungan kelas dan sekolah
    Kebersihan lingkungan kelas maupun sekolah perlu diperhatikan agar siswa merasa nyaman dalam proses belajar dan serta menjaga lingkungan menjadi bersih.

Ruang Lingkup Lingkungan Belajar

Jika membahas tentang ruang lingkup lingkungan belajar tentu suatu pembahasan yang sangat luas. Dalam (Mariana, 2010:34) menyatakan bahwa diantara pembagian yang paling populer dalam ruang lingkup lingkungan belajar adalah membagi kedalam dua bagian besar yaitu lingkungan belajar dalam yang biasa di sebut indoor kelas dan lingkungan belajar luar kelas yang di sebut outdoor. Pada dasarnya lingkungan belajar indoor ataupun outdor sama-sama perlu diperhatikan dalam pengelolaannya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik maka diperlukan suatu pengelolaan yang baik dalam segi indoor ataupun outdoornya. Karena sesungguhnya pengelolaan lingkungan belajar yang baik maka akan mendapat hasil belajar yang baik pula dan dapat menimbulkan rasa senang serta terjadilah suatu perubahan prilaku, tindakan, sikap serta intelektual anak.

Selanjutnya dikatakan pula bahwa lingkungan belajar baik di dalam maupun di luar mempengaruhi apa dan bagaimana anak belajar. Lingkungan belajar tidak selalu identik dengan banyaknya alat permainan yang dimiliki. Tetapi hal yang lebih penting adalah bagaimana agar anak dapat terlibat aktif didalam lingkungan belajar tersebut (Anonim,2015:1).

Aspek-Aspek Lingkungan Belajar

Dalam (Nana Syaodih) mengemukakan bahwa lingkungan pendidikan mencakup 4 (empat) aspek yaitu, Lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan intelektual dan lingkungan lainnya. Adapun lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia yang kadang memberikan dukungan dan hambatan dalam berlangsungnya proses pendidikan, sedangkan lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, pergaulan antara pendidik dengan peserta didik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi pendidikan, selanjutnya lingkungan intelektual mencakup perangkat lunak seperti sistem program-progran pengajaran, media, dan sumber media, dan yang terakhir yaitu lingkungan lainnya seperti nilai kemasyarakatan, ekonomi, sosial, politik, dan estetika.

Selanjutnya menurut Ki Hajar Dewantara dalam (Khairunnisa 2015 : 14-18) dalam ada beberapa aspek dalam lingkungan belajar yang dihadapi siswa, yaitu:

  1. Lingkungan Keluarga.
    Dalam lingkungan ini terletak dasar-dasar pendidikan. Disinilah pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku di dalamnya, artinya agar diketahui dan diikuti oleh seluruh anggota keluarga.
  2. Lingkungan Sekolah
    Lingkungan sekolah adalah lembaga pendidikan formal terdapat dimana kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kondisi lingkungan sekolah juga dapat mempengaruhi kondisi belajar antara lain adanya guru yang baik dalam jumlah yang cukup memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang baik, adanya teman dan keharmonisan di antara semua personil sekolah.
  3. Lingkungan Masyarakat
    Sebagai salah satu lingkungan terjadinya pendidikan, masyarakat mempunyai pengaruh yang besar terhadap berlangsungnya segala kegiatan yang menyangkut masalah pendidikan. Kegiatan pendidikan di masyarakat bersifat informal yang terdiri dari generasi muda yang akan meneruskan kehidupan masyarakat itu sendiri,adapun materi itu berupa kegiatan keagamaan, sosial serta kegiatan positif lainnya. Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini boleh dikatakan pendidikan secara langsung. Pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak mendidik dirinya sendiri, mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri dan keagamaan masyarakat. Melalui pendidikan inilah masyarakat mengajarkan bagaimana cara bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat sesungguhnya.

Standar Pengelolaan

Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, menyatakan bahwa standar pengelolaan PAUD merupakan pelaksanaan yang mengacu pada standar isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana juga pembiayaan. Adapun tertuang dalam pasal 34 ayat 1 (satu) bahwasanya standar pengelolaan pendidikan anak usia dini meliputi:

  1. Perencanaan program
  2. Pengorganisasian
  3. Pelaksanaan rencana kerja; dan
  4. Pengawasan.

Selanjutnya di paparkan lagi dalam pasal 2 – 6 yang menyatakan bahwa perencanaan program yang di maksud dalam ayat 1 (satu) yaitu penyusunan kegiatan lembaga PAUD dalam mencapai suatu visi, misi serta tujuan lembaga. Dalam pasal 3 (tiga) dikatakan pula bahwa setiap satuan atau program pendidikan memiliki struktur organisasi, tata tertib, dan kode etik. Kemudian dalam pasal 4 (empat) menjelaskan butir (b) dalam pasal 1 tentang pengorganisasian yang mana pengorganisasian merupakan pengaturan seluruh komponen untuk mencapai suatu tujuan. Dan selanjutnya dalam pasal 5 (lima) yang membahas pelaksanaan rencana kerja sebagaimana dimaksud dalam butir (b) ayat 1 (satu) yaitu kegiatan pelaksanaan program kerja yang sudah direncanakan. Pasal 6 (enam) menjelaskan butir (d) dalam ayat (1) tentang pengawasan yang meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil dari pengawasan guna menjamin terpenuhinya hak dan kebutuhan anak serta kesinambungan antara program PAUD.

Lingkungan Belajar Indoor

Lingkungan belajar in-door merupakan lingkungan fisik di ruang kelas yakni yang terkait dengan segala kelengkapan materil, ukuran luas, arah ruangan dan segala isi dalam ruangan. Pengaturan lingkungan di dalam ruangan yang ditata sedemikian rupa akan membangkitkan minat dan rasa ingin tahu anak serta memberikan rasa aman dan nyaman serta menyenangkan (Montolalu, 2010 : 7.11). Setiap pusat belajar membutuhkan berbagai peralatan yang akan di gunakan dalam kegiatan belajar anak. Hal tersebut tentunya perlu ditata oleh para pengelola lingkungan belajar indoor. Adapun yang terkait dalam pengelolaan lingkungan belajar indoor yaitu mencakup ukuran ruangan, arah ruangan, keadaan lantai, keadaan dinding, keadaan atap, pengelolaan sumber belajar atau tmpat penyimpanan Alat Permaianan Edukatif (APE), pengelolaan lemari dan loker, pengelolaan ruang istirahat anak dan lainnya yang tentunya mendukung pembelajaran di dalam ruangan (Mariyana, 2010:35).

Tujuan Pengelolaan Lingkungan Belajar Indoor

Dalam rangka pelaksanaan penataan lingkungan belajar indoor (kelas) yaitu, untuk menciptakan situasi dan kondisi, menyediakan sarana dan kegiatan pembelajaran yang optimal serta berjalan secara efektif dan efisien. Sarana yang disediakan tentunya memungkinkan peserta didik, dapat belajar dan bekerja dalam menemukan pengetahuannya (Ayu Oktaviani, 2018:55) Adapun tujuan pelaksanaan penataan kelas, menurut pendapat lain meliputi poin-poin berikut ini:

  1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal
  2. Mempertahankan keadaan yang stabil dalam suasana kelas, sehingga bila terjadi gangguan dalam kegiatan belajar dapat diminimalisir.
  3. Menghilangkan berbagai hambatan dan pelanggaran disiplin yang dapat menjadi penghambat terwujudnya interaksi belajar mengajar.
  4. Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang ada untuk memungkinkan para peserta didik agar dapat belajar di dalam kelas dengan maksimal.

Sedangkan berikut ini merupakan tujuan dari keterampilan melaksanakan penataan lingkungan belajar indoor (kelas), baik untuk peserta didik maupun untuk tenaga pendidiknya, yaitu:

  1. Tujuan keterampilan melaksanakan penataan bagi peserta didik.
    1. Dapat mendorong anak didik untuk mengembangkan tanggung jawab individu terhadap aktivitas yang ia lakukan.
    2. Membantu anak didik mengetahui perilaku mana yang sesuai dengan tata tertib yang berlaku. Tidak lupa memahami bila arahan pendidik yang diberikan adalah bentuk peringatan.
    3. Membangkitkan bagaimana peserta didik mampu bertanggung jawab, dalam tugas dan kegiatan yang diadakan.
  2. Tujuan keterampilan melaksanakan penataan bagi pendidik.
    1. Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pembelajaran dengan pembukaan yang berjalan lancar.
    2. Menyadari kebtuhan peserta didik dan memiliki kemampuan dalam memberikan petunjuk secara jelas kepada para peserta didik.
    3. Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku peserta didik yang dirasa mengganggu. (Ayu Oktaviani, 2018:55).

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Lingkungan Belajar

Sesungguhnya siapakah yang bertanggung jawab akan penyediaan dan pengelolaan lingkungan belajar bagi anak? Terlepas dari siapapun itu yang menyediakan ataupun mengelola yang jelas dan sudah pasti guru menjadi ujung tombak dalam penyediaan lingkungan belajar yang kondusif. Guru merupakan individu yang banyak terlibat dalam setiap kegiatan anak pada saat mereka belajar di sekolah. Keterampilan guru dalam meneyediakan lingkungan belajar akan berpengaruh terhadap kegiatan anak di dalam lingkungan belajar tersebut, baik dalam interaksi, eksplorasi, eksperimen maupun melakukan berbagai kegiatan kreatif lainnya.

Menurut Kollough (1996) dalam Rusnidal (2005:52) mengungkapkan bahwa ada sejumlah hal yang berkaitan dengan anak yang harus dipertimbangkan dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif diantaranya:

  1. Memahami anak
  2. Memahami pola-pola belajar anak
  3. Menghargai anak baik belajar sendiri maupun kelompok
  4. Anak lebih menyukai belajar melalui proses yang di senangi untuk memperoleh informasi atau ide-ide baru
  5. Tugas terstruktur dan tidak terstruktur
  6. Gambaran umum atau ditail
  7. Latar belakang pengalaman anak

Selanjutnya untuk dapat menciptakan lingkungan belajar perlu di mengembangkan prinsip-prinsip berikut:

  1. Mereflesikan selera anak (child,s tastes),
  2. Berorientasi pada optimalisasi perkembangan dan belajar anak.
  3. Berpijak pada efisiensi pembelajaran.

Pengelolaan lingkungan belajar di taman kanak-kanak ada 10 prinsip yang perlu diperhatikan yaitu:

  1. Membuat anak merasa aman
  2. Membuat anak merasa nyaman
  3. Mendorong anak untuk bereksplorasi
  4. Mendukung anak untuk dapat berinteraksi dengan lingkungannya
  5. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak
  6. Memperhatikan karakteristik anak, kemampuan anak, latar belakang keluarga lingkungan bermain, dan budaya setempat
  7. Lingkungan main yang di tata dapat membantu anak memperkirakan berbagai kegiatan yang akan dilakukan, baik pelaksanaannya (kelompok atau individu) maupun tempat alat main yang dibutuhkan.
  8. Mengembangkan kemandirian. Lingkungan yang di tata dengan rapi, semua mainan yang boleh digunakan anak ditata dalam rak yang terjangkau anak, membuat anak dapat secara mandiri mengambil dan menyimpan kembali, tanpa harus minta tolong pendidik. Apabila di satuan PAUD menerima anak berkebutuhan khusus dengan kursi roda, harus tersedia agar anak bisa mengakses lingkungan tanpa harus tergantung pada orang lain.
  9. Mengembangkan kepercayaan diri anak. Lingkungan yang ditata sesuai dengan kondisi anak dapat membangun kepercayaan diri anak, bahwa mereka mampu melakukannya. Lingkungan yang penuh tantangan, tetapi aman dilakukan anak, mendorong anak untuk mencari jalan keluar untuk mengatasi setiap tantangan yang ada. Hal ini menumbuhkan kreativitas dan sikap pantang menyerah.
  10. Mengembangkan keterampilan motorik halus. Koordinasi tangan-mata, keterampilan sosial, keaksaraan awal, sains dan teknologi, kemampuan matematika, serta kemampuan berkomunikasi. Lingkungan yang memfasi-litasi dengan berbagai kegiatan langsung, tidak semata-mata terfokus pada kegiatan akademik, akan mendorong anak senang terlibat dalam kegiatan tersebut.

Prinsip Umum Penataan Ruangan Indoor

Prinsip-prinsip umum dalam penataan ruangan indoor adalah sebagai berikut:

  1. Arah Ruangan
    Kondisi dan performances kelas sedikitnya di pengaruhi oleh arah ruangan. Ruang kelas yang menghadap kearah datangnya cahaya dan udara akan terasa nyaman dan terang. Jika letak arah ruangan tidak tepat maka alternatifnya adalah dengan memberikan warna dinding dengan cat yang cerah serta lembut.
  2. Ukuran Ruangan
    Dalam aturan pemberian izin pendirian sekolah ukuran luas minimum adalah 105 cm² per anak. Sementara itu bagi anak usia 4-5 tahun yaitu menggunakan ukuran 120-180 cm² per anak.
    Kemudian dalam BAB VIII tentang standar sarana dan prasarana yang tercantum dalam pasal 32 ayat 4 mengenai standar sarana dan prasarana satuan PAUD sejenis (SPS) poin yang ke satu yaitu memiliki jumlah ruang dan luas lahan di sesuaikan dengan jumlah anak, luas minimal 3 m² per anak atau jika anak merentangkan tangan tidak akan bersentuhan dengan teman yang disampingnya.
  3. Lantai
    Anak-anak pada umumnya cenderung lebih rentan mengalami kecelakaan baik berupa lantai yang licin atau yang sebagainya. Untuk mengatasi hal-hal tersebut guru diharapkan telah memikirkan resiko-resiko tersebut. Salah satu alternatif yang dapat di lakukan adalah dengan menggunakan karpet. Penggunaan karpet juga dapat mengurangi jumlah meja dan kursi, membuat lantai menjadi halus, mengurangi kerusakan akibat benda yang jatuh dan dapat mengurangi suara gaduh dan keributan. Selain itu pengaturan lantai yang lain adalah dengan sengaja membuat lantai menjadi tidak datar seperti dinaikkan atau dicekungkan.
  4. Atap dan langit-langit
    Struktur bangunan atap TK yang ideal adalah yang memiliki ketinggian yang berbeda. Variasi dalam ketinggian atap akan membantu mengontrol bunyi atau keributan, selain itu, juga akan
    membuat ruangan terasa melegakan dan menyenangkan. Ketinggian atap yang di anjurkan adalah 3 m – 3,3 m.
  5. Penataan dinding dan pemilihan warna ruangan
    Dalam penataan dinding sebaiknya permukaan dinding dapat ditutupi dengan berbagai jenis bahan selain cat. Lapisan diding dari bahan-bahan penyerap halus dapat mengurangi bunyi.
    Lapisan dinding juga dapat digunakan untuk memajang karya anak atau display. Dinding juga dapat di tata dengan berbagai variasi sehingga dapat memberi kesan estetis dan menyenangkan bagi anak.

Selanjutnya dalam pemilihan warna dinding, intensitas cahaya merupakan satu kriteria penting yang harus diperhatikan. Misalnya, warna pastel halus dapat dipilih untuk dinding selatan atau barat, untuk dinding utara memerlukan warna yang lebih kuat dalam memantulkan cahaya seperti warna kuning. Dan ternyata pemilihan warna pada ruangan akan memberikan pengaruh psikologis bagi anak sehingga dapat mempengaruhi prestasi akademiknya.

Penataan Ruangan dan Perlengakapan Belajar Indoor

Agar perlengakapan belajar di TK dapat berfungsi secara efektif dalam mendukung proses pembelajaran anak maka ada sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan diantaranya sebagai berikut:

  1. Ukuran anak sebagai standar
    Maksudnya adalah, segala perlengkapan dan materil memiliki ukuran lebar panjang dan tinggi sesuai ukuran anak. Posisikanlah segala hal yang nyaman di lihat anak bukan guru, tempatkan barang-barang tertentu di tempat yang mudah di jangkau anak. Demikian pula dengan meja dan kursi yang disesuaikan dengan ukuran anak.
  2. Pentingnya ruangan yang rapi
    Ruangan sebaiknya di atur dan tidak acak-acakkan. Kerapian kelas memerlukan perhatian dan kepedulian yang lebih dari guru. Ada baiknya guru juga melatih, mendorong dan mengajarkan kepada anak untuk melatakkan barang dan mainan yang telah digunakan di tempat semula.
  3. Mempertimbangkan lalu lintas orang ketika merencanakan suatu ruangan kelas
    Dalam hal ini guru sebaiknya, menata koridor yang panjang dan mengurangi luas ruangan sehingga tidak membuat anak banyak berlari. Guru juga dapat membagi ruangan dengan menyimpan dan menempatkan media pemisah.
  4. Memisahkan ruang yang ribut dengan ruang yang sepi
    Terkait hal ini dapat di contohkan seperti rungan musik akan lebih baik berjauhan dari ruang bercerita sehingga tidak mengganggu pembelajaran yang membutuhkan konsentrasi dan ketengangan.
  5. Kelas dan area luar harus bersih, rapih, dan menyenangkan
    Lingkungan fisik haruslah bersih dan sehat untuk kesehatan. Suatu lingkungan fisik yang penuh dengan kesenangan, warna , terang dan fasilitas mudah di jangkau dikombinasikan dengan alat mainan yang di pilih dengan tepat akan mendukung pembelajaran di TK. Selain itu ada hal yang perlu diperhatikan yaitu tidak terlalu banyak memasang gambar-gambar terlalu banyak, karena akan mengganggu konsentrasi dan melelahkan anak. Prinsip dari pengaturan fisik suatu ruang kelas di TK adalah sederhana namun indah.
  6. Penempatan barang yang memebantu pengawasan guru.
    Dalam setiap kegiatan guru sebaiknya dapat melihat, mengawasi, dan menilai seluruh kelasnya. Penempatan rak pendek di kelas dapat menjadi alternative agar guru mudah untuk mengawasi setiap kegiatan anak.
  7. Cara penyimpanan bahan dan perlengkapan bahan dan perlengkapan belajar
    Ini perlu menjadi perhatian di mana seharusnya tempat penyimpanan perlengkapan dan bahan yang biasa digunakan dalam pembelajaran. Misalnya lem atau cat yang mengeras harus segera dibersihkan dijauhkan dari jangkauan anak, selanjutnya untuk bahan seperti pensil, kertas krayon dan yang lain tempatkan di tempat yang mudah di jangkau oleh anak.
  8. Memahami tujuan dan manfaat media yang dipergunakan.

Penataan ruangan di perlukan kebebasan anak dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

  1. Kelompok usia anak ( bayi, balita atau prasekolah).
  2. Jumlah anak yang di layani, kebutuhan gerak setiap anak 3 m2 di luar terpakai loker dan perabotan lainnya.
  3. Lamanya anak di layani di lembaga PAUD.
  4. Dapat digunakan oleh berbagai kegiatan.
  5. Antar ruang kegiatan di batasi oleh loker setinggi saat anak berdiri agar dapat di observasi guru secara menyeluruh.
  6. Penataan ruangan memfasilitasi anak bermain sendiri, kelompok kecil, dan kelompok besar.
  7. Aman, bersih, nyaman dan mudah di akses oleh anak yang berkebutuhan khusus.
  8. Mudah di kontrol (dapat di pantau secara keseluruhan).
  9. Sentra balok dan sentra main peran saling berdekatan
  10. Sentra seni dan sentra bahan alam saling berdekatan
  11. Buku di tempatkan di setiap sentra atau di tempat tertentu yang mudah di jangkau semua anak.
  12. Sentra musik dan gerak lagu ada di tempat pijakan sebelum main dimana tempat anak berkumpul.
  13. Sentra di susun lebih fleksibel agar dapat di ubah sesuai kebutuhan\
  14. Cahaya, sirkulasi udara, sanitari, lantai/karpet bebas dari kutu, jamur, dan debu
  15. Penggunaan cat tembok dan kayu tidak mudah luntur saat di pegang anak
  16. Lantai tidak berbahan licin dan mudah dibersihkan
  17. Stop kontak jauh dari jangkauan anak
  18. Pegangan pintu setinggi jangkauan anak kecuali pintu pagar
  19. Dinding sebaiknya tidak di lukis permanen, warna perabot dan dinding menggunakan warna natural
  20. Bebas dari asap rokok, bahan pestisida dan toxin
  21. Bebas dari bahan mudah terbakar dan rapuh

Daftar Pustaka

Adinna Kornelia.L, Fadillah, Miranda Dian. Jurnal. 2014. Analisis Pengelolaan Area Bermain Outdoor Pada AnakUsia 4-5 Tahun Di Tk Lkia Pontianak. Fkip Untan.

Asmawati, Luluk. 2014. Perencanaan Pembelajaran PAUD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Asmawati, Luluk. 2015. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.

Pedoman Pengelolaan Kelas Pendidikan Anak Usia Dini (2015). Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Mariyana, Rita dkk. 2010. Pengelolaan lingkungan belajar. Jakarta. Prenada Media Group.

Montolalu, B.E.F. 2010. Bermain dan permaianan anak. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mutiah, Diana. 2010. Psikologi bermain anak usia dini. Jakarta. Prenada Media Group.

Mulyasa. 2012. Manajemen PAUD. Bandung. PT. Rosda Karya

Nurita Dinda.P, julianto. Jurnal. Vol 4, No 2. 2015. Pengelolaan Lingkungan Belajar Indoor Dengan Model Pembelajaran Sentra Di Paud. Surabaya : Universitas Surabaya: jurnal mahasiswa Unesa

Rusnidal, Elizar. 2005. Pengelolaan Kelas Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi.

Sofyan, Hendra. (2014). Perkembangan Anak Usia Dini Dan Cara Praktis Peningkatannya. Jakarta: Cv. Infomedika.

Sujiono, Nurani, Yuliani. (2013). Konsep Dasar Paud. Jakarta: Pt. Indeks

Triandriani M., Noviani S., Ema Yunita T. 2014. Penataan Ruang Kelas Yang Sesuai Dengan Aktivitas Belajar Kasus: PAUD Kuncup Matahari Dan PG/RA

Mutiara Bhima Sakti Sidoarjo. Volume 12 No 1, Juni 2014, ISSN 1693-3702. Jurusan Arsitektur. Universitas Brawijya. Jurnal RUAS