Diperbarui tanggal 24/05/2022

Konsep Bermain Anak Usia Dini

kategori Pendidikan Anak Usia Dini / tanggal diterbitkan 23 Mei 2022 / dikunjungi: 12.14rb kali

Pengertian Bermain

Bermain merupakan kebutuhan alamiah anak usia dini.selain sebagai aktivitas bersenang-senang,bermain juga dimadsudkan untuk belajar anak, karena memang belajarnya anak melalui aktivitas bermain.jadi bermain bagi anak usia dini mempunyai kedudukan yang sangat penting.banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan bermain.oleh karna itu bermain tidak bisa dilepaskan dari anak usia dini.  Bermain adalah “serangkaian kegiatan atau aktifitas anak-anak untuk bersenang-senang. Apapun kegiatanya, selama itu terdapat unsur kesenangan atau kebahagiaan bagi anak usi dini, maka bisa disebut sebagai bermain”. Senada dengan pengertian tersebut dalam kamus besar bahasa indonesia (2008: 857) disebutkan bahwa istilah bermain berasal dari kata dasar main yang berarti melakukan aktifitas atau kegiatan untuk menyenangkan hati. Piaegt dalam Mayesti (1990: 42) “mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri seseorang”.

Selanjutnya Dockett dan Fleer (200:41-44) berpendapat bahwa “bermain merupakan kebutuhan bagi anak,karena melalui anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengemba ngkan kemampuan dirinya,bermain suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukandalam rangka mencapai suatu hasil akhir”. Dari beberapa pendapat tentang pengertian bermain,dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan suatu upaya untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan jiwa dari setiap aktivitas yang dilakukan,baik menggunakan alat permainan maupun tidak.yang terpenting anak merasa gembira dengan permainan yang dilakukanya,namun untuk anak usia dini bentuk dan alat permainan harus memiliki nilai-nilai edukatif dalam rangka sebagai sarana mengembangkan potensi anak-anak.

Karakteristik Bermain Pada Anak Usia Dini

Menurut Jeffree,Mc Conkey, dan Hewson sebagaimana dikutip Yuliani (2009:146) karakteristik bermain pada anak usia dini diklasifikasikan menjadi enam yaitu:

  1. Bermain muncul dari dalam diri anak
    Keinginan bermain harus muncul dari dalam diri anak, sehingga anak dapat menikmati dan bermain sesuai dengan caranya sendiri. Dengan kata lain,bermain dilakukan dengan kesukarelaan bukan paksaan.
  2. Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat dan kegiatan untuk dinikmati
    Bermain pada anak usia dini harus terbebas dari aturan yang mengikat, karena anak usia dini memiliki memiliki cara bermainya sendiri.untuk itulah anak selalu menyenangkan , mengasyikan dan menggairahkan.
  3. Bermain adalah aktivitas nyata sesungguhnya
    Dalam bermain anak melakukan aktivitas nyata,misalnya pada saat anak bermain dengan air, anak melakukan aktivitas dengan air dan mengenal air dari bermainya, bermain melibatkan partisipasi aktif,baik secara fisik maupun mental
  4. Bermain harus mengfokuskan pada proses dari pada hasil
    Dalam bermain anak harus difokuskan pada proses,bukan hasil yang diciptakan oleh anak, dalam bermain anak mengenal dan mengetahui apa yang ia mainkan dan mendapatkan keterampilan baru,mengembangkan keterampilan baru, mengembangkan keterampilan anak dan anak memperoleh keterampilan dari apa yang ia mainkan
  5. Bermain harus didominasi oleh pemain
    Dalam bermain harus didominasi oleh emain yaitu anak itu sendiri tidak didominasi oleh orang dewasa karena jika bermain didominasi oleh orang dewasa maka anak tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainya.
  6. Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain
    Bermain harus melibatkan peran aktif pemain. Anak sebagai pemain harus terjun langsung dalam bermain.jika anak pasif dalam bermain anak tidak akan memperoleh pengalaman baru, karena bagi anak bermain adalah bekerja untuk mendapat pengetahuan dan keterampilan baru.

Dari uraian karakteristik bermain anak usia dini ini dapat dipahami bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik bermain dengan prinsip-prinsip bermain.keduanya mempunyai peran penting dalam acuan utama dalam kegiatan bermain.

Tahapan Bermain Bagi Anak Usia Dini

Menurut Jean Piaget dalam montolalu (2008 :2.17) tahapan perkembangan bermain anak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut:

  1. Sensori motor(sensory motor play)
    Tahap ini terjadi pada anak usia 0-2 tahun,pada tahap ini anak bermain lebih mengendalkan indra dan gerakan-gerakann tubuhnya. Untuk itu pada usia ini mainan yang tepat untuk anak ialah yang dapat merangsang pancaindranya,misalnya mainan yang berwarna cerah ,memiliki banyak bentuk dan tekstur,serta mainan yang tidak mudah tertelan oleh anak.
  2. Praoperasional (symbolic play )
    Tahap ini terjadi pada anak usia 2-7 tahun.pada tahap ini anak sudah mulai bisa bermain khayal dan pura-pura banyak bertanya,dan mencoba hal-hal baru,dan memahami simbol-simbo tertentu adapun alat permainan yang cocok untuk usia ini adalah yang mampu merangsang perkembangan imajinasi anak seperti menggambar,balok /lego ,dan puzzle.namun sifat permainan anak usia ini lebih sederhana dibandingkan dengan oprasional kongkret.
  3. Oprerasional konkret ( sosial play )
    Tahap ini terjadi pada anak usia 7-11 tahun.pada tahap ini anak bermain sudah menggunakan nalar dan logika yang bersifat objektif .adapun alat permainan yang tepat untuk usia ini ialah yang mampu menstimulasi cara berfikir anak.melalui alat permainan yang dimainkan anak dapat menggunakan nalar maupun logikanya dengan baik,bentuk permainan yang bisa digunakan diantaranya:dakon, puzzle. Ular tangga, dam-daman dan monopoli.
  4. Formal operasional (game with rules and sport)
    Terjadi pada tahap anak usia 11 tahun keatas .pada tahap ini anak ini anak bermain sudah menggunakan aturan-aturan yang sangat ketat dan lebih mengarah game atau pertandingan yang menuntut adanya menang dan kalah.

Sedangkan menurut Steassen Berger dalam Fadlilah (2017:47) menyatakan bahwa tahap perkembangan anak usia dini dibedakan menjadi lima tahap diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Sensori motor, pada tahapini terjadi pada anak usia 0-5 bulan.kegiatan bermain anak lebih mengandalkan pada indera dan geraka –gerakan tubuh .perkembangan bermain ini sama seperti yang dikemukakn oleh jean piaget akan tetapi hanya dibatasi usia yaitu 5 bulan.
  2. Masteri play,tahap ini terjadi pada anak usia 6-24 bulan kegiatan bermain dimadsudkan untuk menujukan dan menguasai keterampilan-keterampilan tertentu yang melibatkan fungsi panca indera.
  3. Raught and tumble play,tahap ini terjadi ketika anak sudah mulai masuk usia 2 tahun .kegiatan bermainya berupa bermain kasar .madsudnya bermain yang lebih banyak melibatkan kemampuan motorik kasarnya seperti bermain jungkat jungkit dan titian.
  4. Social play, tahap ini terjadi pada anak yang masuk usia 3 tahun kegiatan bermainanya sudah mulai melibatkan teman sebaya dan lingkungan sekitar anak bermain bersama-sama dengan yang lain.
  5. Dramatic play,tahap ini terjadi pada anak usia 4 tahun kegiatan bermainanya berupa bermain peran atau khayal.dalam hal ini anak biasanya bermain dokter-dokteran,pasar-pasaran.

Beberapa tahapan bermain yang dikemukakan oleh beberapa tokoh secara umum memiliki kesamaan yaitu perkembangan bermain anak dimulai dari sensori motor yang hanya melibatkan indera anak dan bermain dilakukan secara individu,kemudian menuju kebermain peran atau khayal yang melibatkan teman sebayanya dan ahirnya sampai pada bermain oprasional kongkret yang lebih melibatkan nalar dan logika anak,serta sudah bisa bermain dengan kerja sama (kooperatif). Semua tahapan tersebut dapat diamati dan diidentifikasi melalui tingkatan usia anak.semakin bertambahnya usia anak ,maka kegiatan bemainanya pun semakin kompleks. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya fungsi indra dan anggot tubuh yang lainya.

Tujuan Bermain Anak Usia Dini

Tujuan bermain dimadsud untuk mengetahui peranan bermain dalam perkembangan anak usia dini. Utami munandar dalam Fadlillah (2017 :8) menyatakan bahwa bermain adalah suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.dengan kata lain tujuan bermain apabila merujuk dari ungkapan utami tersebut adalah bermain dijadikan sarana untuk mencapai seluruh perkembangan anak usia dini.mulai dari fisik-motorik sampai pada sosial emosional.

Sedangkan menurut Vygotsky dalam montolalu (2008:114 ) “menyatakan bahwa bermain memiliki peranan langsung dalam perkembangan kecerdasan (kognitif ) dengan cara bermain simbolis,bermain simbolis memiliki bagian yang menentukan perkembangan berfikir abstrak”. Adapun secara umum tujuan bermain dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk yaitu untuk eksplorasi anak madsudnya adalah ekplorasi secara bahasa berarti mengeluarkan atau mencurahkan seluruh kemampuan yang dimiliki.bermain merupakan salah satu wahana yang dapat dijadikan tempat untuk bereksplorasi sehingga rasa keingintauhuanya dapat terpenuhi, kemudian bermain dijadikan untuk eksperimen anak dimana bermain sebagai eksperimen anak memiliki makna bahwa melalui bermain anak dapat melakukan uji coba untuk mendapatkan informasi pengetahuan atau pengalaman baru, selanjutnya bermain dijadikan untuk imitation anak madsudnya adalah bermain merupakan bentuk peniruan anak-anak terhadap permainan yang dimainkan biasanya anak cenderung meniru tokoh-tokoh kartun atau super hero yang menjadi kesayangan dan yang terahir bermain untuk adaptasi anak adalah kegiatan bermain dijadikan tempat untuk melatih adaptasi anak–anak dilingkungan sekitar adaptasi sendiri bermakna mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Manfaat Bermain Anak Usia Dini

Menurut Slamet Suyanto dalam fadlilah (2017 : 13 ) “mengungkapkan bawa bermain memiliki peranan penting dalam pekembangan anak pada hampir semua bidang perkembangan baik perkembangan fisik-motorik,bahasa intelektual ,moral,sosial,maupun emosional”. Kemudian Hurlock dalam Fadlilah (2017:15 ) menyebutkan bahwa aktivitas bermain dapat berpengaruh pada diri anak diantaranya:

  1. Dapat mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya ialah berupa permainan yang melibatkan fisik anak.
  2. Kegiatan bermain yang bermanfaat sebagai dorongan komunikasi ialah bentuk permainan melibatkan orang lain atau teman sebaya.maka permainan ini biasa disebut sebagai bermain sosial
  3. Kemudian bermain sebagai penyaluran energi emosional yang terpendam ialah dalam kegiatan bermain anak dapat berekpresi secara bebas dan mengeluarkan segala keinginan maupun imajinasi secara sesuka hati, penyaluran emosi anak dapat terpendam ini bisa dipengaruhi oleh aktivitas rutinitas yang melelahkan oleh anak.
  4. Selanjutnya mannfaat bemain sebagai penyaluran kebutuhan dan keinginan anak memiliki makna bahwa bermain merupakan kebutuhan anak dan merupakan keinginan setiap anak .
  5. Manfaat bermain sebagai sumber bagi anak memiliki madsud bahwa kegiatan bermain merupakan sarana anak untuk belajar,adasebuah istilah yang
    menyebutkan bahwa bermainya anak adalah belajarnya anak dengan kata lain melalui bermainlah anak dapat belajar banyak hal.
  6. Jiwa kreativitas anak usia dini dapat dialtih dan distimulasi melalui berbagai kegiatan bermain mulai dari kegiatan bermain sederhana sampai yang rumit.
  7. Kemudian bermain sebagai sarana belajar bermasyrakat atau bersosialisasi anak dapat dipahami bahwa dalam bermian pasti akan melibatkan seseoran atau sekelompok orang yang merupakan teman sebaya
  8. Berkaitan sebagai bermain sebagai sarana melatih bermasyarakat anak juga dapat dijadikan sebagai sarana mengenal aturan moral ,biasanya dalam permainan biasanya terdapat aturan-aturan tertentu yang ditetapkan oleh pemain.
  9. Bermain juga sebagai bermanfaat sebagai bentuk relaksasi dari segala aktivitas anak yang melelahkan dengan bermain ini anak akan menjadi lebih fresh dan kembali bersemangat dalam menjalani aktivitas selanjutnya.
  10. Bermain merupakan kegiatan yang ideal dalam rangka memenuhi rasa ingi tahu anak.sebab dengan bermain anak dapat memenuhi rasa ingin tahunya sebab pada saat anak bermain anak dapat melakukan hal-hal baru yang terdapat pada permainan.
  11. Manfaat terahir dari bermain bagi anak ialah sebagai problem solving madsudnya yaitu dengan bermain anak dapat belajar memecahkan masalah yang dihadapi.

Beberapa Manfaat dari kegiatan bermain sebagaimana telah dijelaskan tidak berjalan sendiri-sndiri,melainkan berjalan beriringan artinya dalam satu kegiatan bermain dapat mengembangkan beberapa potensi perkembangan sekaligus baik yang berhubungan dengan fisik motorik, kognitif bahasa maupun sosial emosional, Dapat disimpulkan bahwasanya bermain dapat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini dalam rangka menghadapi kehidupan lebih lanjut.

Prinsip-prinsip Bermain Pada Anak Usia Dini

Agar tujuan bermain dapat terwujud dan mampu memberikan nilai manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, maka dalam bermain harus memperhatikan prinsip-prinsip tertentu.madsud dari prinsip-prinsip sebagai upaya untuk memberikan beberapa batasan dalam bermain,sehingga pelaksanaanya benar-benar berguna bagi anak serta prinsip dimadsud untuk anak dapat bermain dengan aman dan nyaman serta memiliki nilai edukatif. Sehubungan dengan hal itu, Elkonin salah seorang murid vigotsky mengatakan empat prinsip dalam bermain yaitu :(1) dalam bermain anak mengembangkan sistem untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam rangka mencapai tujuan yang lebih kompleks.(2) kemampuan untuk menempatkan perspektif orang lain melalui aturan-aturan dan menegosiasikan aturan bermain. (3) untuk menggunakan replika untuk menggantikan obyek nyata, kemampuan menggunakan simbol ini termasuk dalam perkembangan berfikir abstrak dan imajinasi dan (4) kehati-hatian dalam bermain mungkin terjadi karena anak perlu mengikuti aturan permainan yang telah ditentukan bersama teman mainya (Yuliani, 2009 :145). Gambaran lebih jelas mengenai prinsip-prinsip bermain,dapat diperhatikan melalui uraian berikut:

  1. Memiliki tujuan yang jelas
    Dalam kegiatan bermain ,setiap anak memiliki tujuan yang berbeda tergantung dari apa yang diinginkan anak tersebut.secara umum anak bermain dalam rangka mendapatkan sebuah kepuasan.karena bermain sendiri muncul dan dilandasi oleh motivasi intrinsik dari dalam diri anak.
  2. Dilakukan dengan bebas
    Anak-anak dalam bermain selalu memilih bentuk permainan yang sesuai dengan yang dikehendaki .kemudian mereka juga bebas dalam menentukan aturan-aturan dalam bermain dengan kata lain bermain tidak bisa dipaksa oleh orang lain anak bermain tergantung pada kesukaan hatinya.bermain dilakukan secara bebas dimadsud agar memberi kesempatan anak untuk berekpresi dan berkreativitas sesuai apa yang dimajinasikanya.
  3. Mementingkan proses bukan hasil
    Dalam aktivitas bermain yang menjadi titik tekanya ialah proses bermain anak, hal itu karna proses belajar anak dilakukan pada saat anak bermain.mengenai hasil akhir itu dinomer sekiankan artinya hasil ahir hanya untuk menentukan menang dan kalah,melalui proses bermain inila anak menjadi lebih mandiri,kreatif dan memiliki rasa tangung jawab.
  4. Memperhatikan Keselamatan
    Pada saat bermain yang sangat penting untuk diperhatikan adalah keselamatan.keselamatan menjadi prioritas pertama dalam setiap permainan,jangan sampai permainan membahayakan bagi anak apalagi sampai membuat luka dan cidera dan trauma,keselamatan dalam bermain ini dapat dilihat bentuk permainanya maupun alat-alat yang akan digunakan dalam bermain.
  5. Menyenangkan dan dapat dinikmati
    Prinsip terahir dari kegiatan bermain ialah menyenangkan dan dapat dinikmati hal ini merupakan inti dari kegiatan bermain itu
    sendiri,sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa dasar dari bermain dalam rangka memperoleh kesenangan dan kepuasan,maka dari itu bermain harus memberikan rasa senang gembira dan membangkitkan semangat anak-anak.
  6. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Bermain Anak Usia Dini

Menurut Harlock dalam Fadlillah (2017:14 ) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi berrmain pada anak adalah:

  1. Kesehatan
    Semakin sehat anak maka semakin banyak energinya untuk bermain aktif,sebaliknya anak yang sakit-sakitan atau memilii tenaga yang lemah lebih suka bermain pasif (hiburan )
  2. Perkembangan Motorik
    Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik,apa yang akan dilakukan dan waktu bermaib anak tergantung pada perkembangan motorik mereka pengendalian motorik yanag baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.
  3. Intelegensi
    Pada setiap usia anak yang pandai lebih aktif dibanding dengan yang kurang panda dan permainan mereka lebih menujukan kecerdikan .anak yang pandai menunjukan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar,termasuk menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual.
  4. Jenis kelamin
    Anak laki-laki biasanya cenderung bermain lebih kasar dibanding anak perempuan ,dan lebih suka permainan yang melibatkan fisik motorik mereka.pada masa awal kanak-kanak anak laki-laki lebih menunjukan perhatian berbagai jenis permainan yang lebih banyak dari anak perempuan.
  5. Lingkungan
    Anak yang berasal dari lingkungan perdesaan kurang bermain dibandingkan mereka yang berasal dari lingkungan kota.hal ini dikarenakan kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas.
  6. Status Sosial ekonomi
    Anak yang berasal dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi menyukai kegiatan mahal seperti bermain sepatu roda,adapun mereka yang berasal dari kalangan bawah terlihat bermain dalam kegiatan yang tidak mehal seperti bermain bola dan berenang.
  7. Jumlah Waktu Bebas
    Jumlah waktu bermain sangat tergantung pada status ekonomi keluarga ,apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luan anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga yang besar.
  8. Peralatan bermain
    Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainan misalnya dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan pura-pura.

Dari beberapa faktor yang diunkapkan oleh Harlock tersebut terdapat beberapa hal yang harus dikritisi hal ini karena terdapat kondisi yang berbeda antara dahulu dengan sekarang,selanjutnya Harlock dalam beberapa hal hanya memangdang permainan dari segi aktif dan pasif tidak dilihat secara menyeluruh sebagai contoh pengaruh lingkungan belum tentu anak yang berasal dari pedesaan kurang bermain dibandingkan dengan anak perkotaan ,justru sebaliknya anak dari pedesaan biasanya memiliki banya aneka ragam permainan walaupun bentuk permainanya lebih banyak menggunakan permaianan tradisional maka dapat disimpulkan anak yang berasal dari desa pun tidak berarti kurang dalam bermain. Dapat dipahami bahwa apa yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi bermain anak yang diunkapkan diatas dapat berubah-berubah setiap saat.sesuai dengan keadaan lingkungan dan perkembangan zaman.

Daftar Pustaka

Cahyo, Agus N. 2011. Gudang Permainan Kreatif Khusus Asah Otak Kiri Anak. Jogjakarta: FlashBook.

Carol Seefeldt dan Barbara. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Indeks.

Dewi, Rosmala. 2008. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Montolalo,dkk. 2009. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta : UT

Peraturan Mentri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia.2015.Nomor 137 tahun 2013 Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.Kementrian pendidikan dan kebudayaan.

Anik Muflihah, (2014) A53B111031. “Upaya Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Dengan Media Lego Konstruksi Pada Anak Kelompok B di TK BA Sentosan Ngawonggo Ceper Klaten TahunAjaran 2013/2014”.

Isnaini Atik Marliana, (2011) A520085010. “Upaya Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Permainan Lego Pada Anak Usia Dini di TK Aisiyah MendunganTahun Ajaran 2010/2011”.

Sofyan,H. 2014. Perkembangan Anak Usia Dini dan Cara Praktis Meningkatkanya. Jakarta: Erlangga.

Susanto,Ahmad 2012. Perkembangan anak usia dini. Jakarta. Kencana PRENADA Media Grup.

Susanto, Ahmad. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana.

Sujiono,Y.N. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

Sujiono dan Bambang. 2013. Bermain Kreatif berbasis kecerdasan jamak. Jakarta: PT Indeks