Diperbarui tanggal 30/05/2022

Peran Orang Tua dalam Kemandirian Anak

kategori Pendidikan Anak Usia Dini / tanggal diterbitkan 29 Mei 2022 / dikunjungi: 2.65rb kali

Pengertian Orang Tua

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Orang tua terdiri dari ayah, ibu serta saudara adik dan kakak. Orang tua atau biasa disebut juga dengan keluarga, atau yang identik dengan orang yang membimbing anak dalam lingkungan keluarga. Meskipun orang tua pada dasarnya dibagi menjadi tiga, yaitu orang tua kandung, orang tua asuh, dan orang tua tiri. Tetapi yang kesemuanya itu dalam bab ini diartikan sebagai keluarga. Sedangkan pengertian keluarga adalah suatu ikatan laki?laki dengan perempuan berdasarkan hukum dan undang?undang perkawinan yang sah. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

Orang tua diartikan sebagai ayah dan ibu. Menurut Shochib (2010: 18) esensi keluarga (ibu dan ayah) adalah kesatuarahan dan kesatu tujuan atau keutuhan dalam mengupayakan anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Sehingga berdasarkan pendapat tersebut orang tua (ibu dan ayah) memiliki satu arahan dan tujuan yang sama serta saling bekerja sama dalam mengupayakan dan mengembangkan dasar-sadar disiplin diri pada anak. Menurut Syamsul, Kurniawan (2010:45) mendefiniskan orang tua sebagai dua individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi dengan lainnya dalam peran menciptakan serta mempertahankan budaya Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan.

Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu.

Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak yang menjadi temanya dan yang pertama untuk dipercayainya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua mempunyai tanggung jawab yang berat dalam memberikan bimbingan kepada anak-anaknya, tokoh ayah dan ibu sebagai pengisi hati nurani yang pertama harus melakukan tugas yang pertama adalah membentuk kepribadian anak dengan penuh tanggung jawab dalam suasana kasih saying antara orang tua dengan anak.

Peran Orang Tua dalam Kemandirian Anak

Menurut Abu Ahmadi, (2010: 173) Membentuk keluarga yang baik akan berimplikasi kepada pembentukan kehidupan rumah tangga yang harmonis dan bernilai baik bagi kehidupan anggota rumah tangganya. Pada situasi ini masing-masing dalam keluarga mutlak memahami bahwa keluarga merupakan suatu sistem jaringan interaksi antar pribadi. Keluarga berperanan menciptakan persahabatan, kecintaan, rasa aman hubungan antar pribadi yang bersifat kontinu, semuanya itu merupakan dasar-dasar bagi perkembangan kepribadian anak.

Agar terjamin hubungan yang baik dalam keluarga dibutuhkan peran aktif orang tua untuk membina hubungan-hubungan yang serasi dan harmonis di antara semua pihak dan keluarga. Namun yang tentunya terlebih dahulu harus diperlihatkan adalah hubungan yang baik di antara suami dan istri. Suami dan istri sebagai elemen awal penghuni rumah tangga harus menyadari bahwa perwujudan rumah tangganya yang baik bersandar kepada kesadaran masing-masing untuk saling mengerti dan menghidupkan rumah tangganya ke arah yang lebih bermutu. Pada penjelasan inilah, memahami tentang pembentukan keluarga yang baik masing-masing anggota keluarga perlu saling bersosialisasi untuk dapat menyadarkan kepada anggotanya arti penting kesatuan dan keutuhan dalam berkeluarga.

Merumuskan makna sosialisasi dalam kehidupan keluarga bersandar kepada pemaknaan segenap anggota keluarga terhadap terminologi dimaksud. Sosialisasi merupakan proses di mana kepribadian si anak ditentukan lewat interaksi sosial. Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak melalui interksi sosial. Dalam keluarga ini anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadian. Sementara itu, keluarga memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian anak, hal ini dapat dikatakan demikian karena terdapat berbagai kondisi yang menjadikan peran keluarga diperlukan. Adapun kondisi-kondisi yang menyebabkan pentingnya peranan keluarga dalam proses sosialisasi anak, menurut Abu Ahmadi, (2010:175).yaitu antara lain:

  1. Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggotanya berinteraksi face to face secara tetap, dalam kelompok yang demikian perkembangan anak dapat diikuti dengan seksama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi;
  2. Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan buah cinta kasih hubungan suami istri. Anak merupakan perluasan biologik dan sosial orang tuanya. Motivasi yang kuat ini, melahirkan hubungan emosional antara orang tua dan anak. Penelitian-penelitian membuktikan bahwa hubungan emosional lebih berarti dan efektif daripada hubungan intelektual dalam proses sosialisasi;
  3. Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relatif tetap maka orang tua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak
    Peran orang tua memberikan segenap perhatiannya untuk mengajari dan mendidik anak-anaknya agar mereka mendapatkan dasar-dasar pola pergaulan hidup yang baik dan benar dengan cara menanamkan kedisiplinan, sehingga anak-anak tersebut akan memiliki kepribadian yang baik. Dalam hal ini, peran orang tua adalah sebagai berikut:
    1. Selalu dekat dengan anak-anaknya
    2. Memberikan pengawasan dan pengendalian yang sewajarnya dengan tujuan agar jiwa anak tidak merasa tertekan.
    3. Mendorong agar anak bisa membedakan antara perilaku benar-salah, baik-buruk, serta pantas atau tidak untuk dilakukan.
    4. Ibu dan ayah dapat membawakan peran sebagai orang tua yang baik, bebar dan terpuji, serta menghindarkan dari perbuatan dan perilaku buruk serta keliru dimuka anaknya.
    5. Menasihati anak-anaknya jika melakukan kesalahan serta menunjukkan dan mengarahkkan mereka ke jalan yang benar, juga tidak menjatuhkan hukuman apalagi di luar batas kewajaran.

Bagi setiap orang tua, dalam mendidik anak tidak semuanya dapa t menjalankan peran-peran tersebut dengan benar dan baik. Dari itu, sebagai orang tua harus mampu berusaha sebaik mungkin untuk mendidik anak dengan penuh tanggung jawab. Corak hubungan orang tua anak, akan menentukan proses sosialisasi serta kepribadiannya. Shochib (2010:91-92) mengemukakan bahwa upaya orang tua adalah mengatur tempat belajar, penciptaan suasana yang tentram, sehingga anak terdorong untuk belajar. Upaya lain orang tua adalah memberikan anak perhatian yang tinggi untuk mengupayakan anaknya berprestasi dengan menyediakan segala kebutuhan belajar, sehingga anak akan terpanggil untuk belajar dengan giat yang dirasakan sebagai panggilan hati nurani atau komitmen. Kontrol yang diberika orang tua berupa teguran pada saat anak tidak di rumah atau di rumah jika lalai beajar. Disamping itu juga mendatanginya untuk menanyakan kesulitan-kesulitan anak dan membantunya jika mengalami kesulitan belajar. Orang tua juga membantu anak-anak untuk memilih sahabat yang sama-sama rajin belajar dengan jalan dialog dan membuat aturan-aturan bersama anak untuk mendorong belajarnya dan konsekuensi yang harus diambil bila melanggar peraturan.

Menurut Shochib (2010:86) kontrol terhadap nilai moral sosial ditunjukkan dalam tindakan orang tua agar anak-anaknya selektif dalam memilih sahabat-sahabat karibnya. Orang tua sadar bahwa dalam persahabatan terdapat juga nilai-nilai yang bisa merusak dasar-dasar nilai moral yang telah orang tua bangun di dalam lingkungan keluarga. Berdasarkan pendapat tersebut, sahabat karib dapat memberi pengaruh negatif terhadap nilai-nilai dasar yang telah di bangun oleh orang tua dalam lingkungan keluarga, oleh karena itu orang tua perlu mengontrol anak dalam bergaul agar anak dapat memilih teman yang dapat memberi pengaruh positif.

Lestari (2012:36) mengemukakan bahwa tugas orang tua tidak hanya skedar mencukupi kebutuhan dasar anak dan melatihnya dengan keterampilan hidup yang mendasar, tetapi juga memberikan yang terbaik bagi kebutuhan material anak, memenuhi kebutuhan emosi dan psikologis anak, dan menyediakan kesempatan untuk menempuh pendidikan yang terbaik. Maka serangkaian daftar tugas orang tua pada zaman sekarang pun kian bertambah banyak, mulai mencarikan sekolah yang baik bagi anak, menemukan tempat kurusus untuk mengembangkan bakat anak, melindunginya dari pengaruh yang tidak baik, memantau tontonan televisi, video, dan keasyikan bermain game video, melatihnya untuk terampil menggunakan komputer, serta menjaganya dari paparan negatif internet.

Menurut Shochib (2010:33) “Pada anak usia dini, diperlukan bantuan dan kontrol yang lebih dari orang tua daripada anak yang sudah matang karena mereka tidak mengetahui bagaimana bekerja dan bermain dengan kelompok yang besar”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka anak usia sekolah dasar lebih membutuhkan pengawasan dan pertolongan dari orang tua karena mereka belum mengetahui bagaimana bersosialisasi dengan masyarakat dan bermain dengan kelompok sebayanya. Anak usia dini belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, anak lebih sering meniru apa yang dilihatnya, sehingga orang tua sebaiknya memberi pengawasan yang lebih terhadap pergaulan anak agar anak terhindar dari pengaruh yang kurang baik.

Orang tua memiliki tanggung jawab dalam mendidik, mengasuh, membimbing dan mendewasakan anak. Orang tua memegang peranan penting dalam proses sosialisasi yang dijalani seorang anak di lingkungan dimana ia berada. Anak lebih mengutamakan untuk mendapatkan perhatian dan limpahan kasih sayang dari ibu, sedangkan dari ayah anak mendapatkan keteladanan dan contoh yang baik dalam bersikap dan berperilaku.

Lestari (2012:206) menyatakan bahwa: Keluarga memiliki peran utama dalam menanamkan nilai-nilai pada anak. Melalui interaksi dengan anak, orang tua melakukan sosialisasi nilai, sikap dan budaya yang dipandang penting untuk dimiliki oleh anak. Harapannya kelak anak dapat menjadi pribadi yang taat beribadah, mandiri, bertanggungjawab, berprestasi dan memiliki kehidupan yang lebih baik daripada orang tuanya. Anak juga diharapkan menjadi pribadi yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggalnya. Untuk mencapai harapan tersebut orang tua berupaya menyiapkan anak-anaknya agar menjadi pribadi seperti yang diharapkan, dengan menanamkan nilai-nilai yang dianggap penting dan baik bagi anak.

Menurut Salahudin (2011:83-86) perkembangan anak memerlukan bimbingan orang tuanya sehingga orang tua harus melakukan hal-hal seperti memberi teladan yang baik, membiasakan anak bersikap baik, menyajikan cerita-cerita yang baik, menerangkan segala hal yang baik, membina daya kreatif anak, mengontrol, membimbing dan mengawasi perilaku anak dengan baik, memberi sanksi yang bernilai pelajaran dengan baik. Aspek yang perlu diperhatikan orang tua adalah aspek pendidikan, ibadah dan agama, pokok ajaran perilaku, kejujuran, aspek moral dan pendidikan yang meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual anak.

Shochib (2010:126) mengemukakan bahwa: Anggota keluarga bersama-sama melaksanakan pendidikan yang taat terhadap nilai-nilai moral. Upaya ini dapat diaktualisasikan dan didahului oleh orang tua untuk menyandarkan setiap perilakunya pada nilai-niali moral yang kemudian dibiasakan untuk semua anggota keluarga lainnya. Misalnya, orang tua meneladani anak untuk hidup teratur, bersih, ekonomis, taat terhadap agama, manghargai orang lain, jujur, dan menghargai waktu. Setelah orang tua melakukan secara konsisten, baru dilakukan pembiasaan dan pembudayaan kepada anak-anak untuk senantiasa berperilaku seperti yang mereka lakukan.

Menurut Sumantri dan Syaodih (2010:328) anak-anak usia dini yang akan memasuki masa bersosialisasi yang dapat menerima suatu otoritas orang tua sebagai suatu yang wajar, sehingga anak-anak tersebut juga membutuhkan perlakuan yang objektif dari orang tua sebagai pemegang otoritas. Pada masa ini, anak-anak sangat sensitif dan mudah mengenali sikap pilih kasih dan ketidak adilan, sehingga disini orang tua harus bertindak bijaksana dan proporsional dalam memutuskan suatu tindakan.

Dari sini, peran orang tua dalam keluarga mempunyai peran besar dalam pembangunan masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan pendidikan nasional, peran orang tua semakin jelas dan penting terutama dalam penanaman sikap dan nilai atau norma norma hidup bertetangga dan bermasyarakat, pengembangan bakat dan minat srta pembinaan bakat dan kepribadian. Sebagaimana dijelaskan oleh Gunarsa (2013:83) sebagi berikut : “Hubungan antar pribadi dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh orang tua (ayah dan ibu) dalam pandangan dan arah pendidikan yang akan mewujudkan suasana keluarga. Masing-masing pribadi diharapkan tahu peranannya didalam keluarganya dan memerankan dengan baik agar keluarga menjadi wadah yang memungkinan perkembangan secara wajar”.

Jadi jelaslah orang tua mempunyai peran penting dalam tugas dan tanggung jawabnya yang besar terhadap semua anggota keluarga yaitu lebih bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan dan ketentuan rumah tangga, dan sejenisnya. Orang tua sudah selayaknya sebagai panutan atau model yang selalu ditiru dan dicontoh anaknya. Peran tugas dan fungsi orang tua secara alamiah dan kodratnya harus melindungi dan menghidupi serta mendidik anaknya agar dapat hidup dengan layak dan mandiri setelah menjadi dewasa. Oleh karena itu tidak cukup hanya memberi makan minum dan pakaian saja kepada anak-anakya saja tetapi harus berusaha agar anaknya menjadi baik, pandai dan berguna bagi kehidupannya dimasyarakat kelak. Orang tua dituntut mengembangkan potensi yang dimiliki anaknya agar secara jasmani dan rohani dapat berkembang dengan selaras dan seimbang secara maksimal.

Tugas dan tanggung jawab tersebut tidaklah mudah terutama dalam mendidik anak. Minimnya pendidikan kepribadian, mental dan perhatian orang tua akibatnya dapat terbawa arus hal-hal negative seperti penyalahgunaan obat-obat terlarang yang saat ini sedang berkembang dikota besar bahkan sampai kekampung-kampung yang akibatnya akan merusak mental dan masa depan anak.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Orang Tua

Diantara beberapa peran orang tua, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peran orang tua terhadap aktivitas anak, antara lain:

  1. Keterbatasan waktu yang tersedia para orang tua. Sedikitnya waktu luang yang dimiliki orang tua menyebabkan terabaikannya masalah pendidikan anak, mereka lebih mengandalkan guru ataupun ustadz di sekolah ataupun TPQ dll.
  2. Kesibukan yang dimiliki oleh orang tua sehingga mengesampingkan masalah pendidikan anaknya yang berimbas pada masa setelahnya yaitu remaja. Keberhasilan pendidikan tidak dapat tercapai jika hanya mengandalkan peran
    guru, orang tualah yang seharusnya memliki peran penuh dalam pendidikan, jika pendidikan berjalan maka aktifitas keagamaan pun juga berjalan.
  3. Keterbatasan penguasaan ilmu dan teknologi yang dimiliki oleh para orang tua. Tidak semua orang tua memiliki latar belakang pendidikan yang baik, dan tidak sedikit pula para orang tua yang ingin menjadikan anaknya mendapatkan pendidikan yang jauh lebih tinggi dibandingkan orang tuanya.
  4. Efisiensi biaya yang dibutuhkan dalam proses pendidikan anak. Media pembelajaran tentulah sangat membantu dalam menunjang keberhasilan pendidikan anak, sebagai alat yang dapat mempermudah orang tua atau guru ketika mengajar, sehingga membutuhkan biaya yang memadai untuk terwujudnya media tersebut.
  5. Efektifitas program kependidikan anak. pada umumnya anak didik lebih konsentrasi dan serius belajar apabila diajar oleh pendidik (guru) di sekolah daripada diajar oleh orang tuanya sendiri meskipun orang tuanya mungkin lebih berkualitas dan mumpuni dalam penguasaan ilmu yang dibutuhkan anak.

Indikator Peran Orang Tua

Menurut Hurlock (2013:204 ) peran orang tua terhadap anak berkaitan dengan sikap yang ditujukan oleh orang tua dalam mendidik dan memperlakukan seorang anak. Diantara sikap orang tua yang tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Overprotection (terlalu melindungi)
    Pola sikap orang tua tersebut dapat digambarkan sebagai berikut
    1. Kontak yang berlebihan pada anak
    2. Perawatan/ bantuan pada anak yang terus-menerus
    3. Mengawasi kegiatan anak secara berlebihan
    4. Memecahkan masalah anak
  2. Permissivitas
    1. Memberikan kebebasan untuk berfikir atau berusaha
    2. Menerima gagasan/pendapat
    3. Membuat anak merasa diterima dan merasa kuat
    4. Toleran dan memahami kelemahan anak
    5. Cenderung lebih suka member yang diminta anak daripada menerima
  3. Rejection (penolakan)
    1. Bersikap masa bodoh
    2. Bersikap kaku
    3. Kurang mempedulikan kesejahteraan anak
    4. Menampilkan sikap permusuhan atau dominasi terhadap anak
  4. Acceptance (penerimaan)
    1. Memberikan perhatian dan cinta kasih yang tulus kepada anak
    2. Menempatkan anak dalam posisi yang penting di dalam rumah
    3. Mengembangkan hubungan yang hangta dengan anak
    4. Bersikap respek terhadap anak
    5. Mendorong anak untuk menyatakan perasaan atau pendapatnya
    6. Berkomunikasi dengan anak secara terbuka dan mau mendengarkan masalahnya
  5. Domination (dominasi)
    Yaitu dimana sikap orang tua yang mendominasi anak
  6. Submission (penyerahan/tunduk pada anak)
    1. Senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak
    2. Membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah
  7. Overdiscipline (ambisi orang tua)
    1. Mudah memberikan hukuman
    2. Menanamkan kedisiplinan secara keras
  8. Favoritisme
    Yaitu sikap orang tua yang lebih menciantai atau memfavoritkan salah satu anak tertentu.

Daftar Pustaka

Afiatin (2003) Kemandirian Anak Usia Dini. Arti Kemandirian Anak Usia Dini, (Online), dalam (blog.elearning.unesa.ac.id), diakes 24 Juni 2019

Bacharuddin Mustafa (2010) Naili Sa’ida (2016) Kemandirian Anak Kelompok A Taman Kanak?Kanak Mandiri Desa Sumber Asri Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar

Banawati Nur Hidayah (2017) Pola Asuh Orang Tua Dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini Di Dukuh Branglor, Mancasan, Baki, Sukoharjo Tahun 2017 Skripsi Tarbiyah dan Keguruan IAIN

Butar Butar, Destriyani (2018) peningkatan kemandirian anak usia dini melalui kegiatan practical life pada kelompok b di tk islam al-muttaqin kota jambi. jurnal peningkatan kemandirian anak usia dini melalui kegiatan practical life pada kelompok b Di Tk Islam Al-Muttaqin Kota Jambi

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fatimah, Enung. (2010). Psikologi Perkembangan(Perkembangan Peserta Didik). Bandung : CV Pustaka Setia.

Gunarsa (2013) Psikologi Perkembangan, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta 

Krisbintara, (2009) Perbedaan Kemandirian ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua dan Jenis Kelamin Siswa Kelas XI SMA N 1 Pabelan Kabupaten Semarang. Salatiga: UKSW (blog.elearning.unesa.ac.id), diakes 29 Maret 2019

Kanisius (2009) Membuat Prioritas, Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Kansius Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga. Jakarta: KENCANA

Masrun (2009) Studi Mengenai Kemandirian Pada Penduduk Di Tiga Suku (Jawa, Batak, Bugis). Laporan Penelitian. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Martinis yamin dan Jamilah sanan (2013) Panduan Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: GP Press.

Naili Sa’ida (2016) Kemandirian Anak Kelompok A Taman Kanak?Kanak Mandiri Desa Sumber Asri Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar

Partowisastro (2009) Dinamika Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Ratri Sunar Astuti (2009) Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Kanisius

Rahmi Yulia (2016) Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemandirian Anak Usia Dini dalam Belajar di TK Al- Falah 1 Kota Jambi, Skripsi Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Jambi

Setyo Utomo, (2005) Hubungan Motivasi Berprestasi, Kemandirian dan Prestasi Belajar siswa kelas II Semester I Tahun Pelajaran 2004/2005 SMP N 2 Pabelan. Progdi BK UKSW. (blog.elearning.unesa.ac.id), diakes 29 Maret 2019

Satmoko, (2008) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Alih Bahasa Satmoko. Jakarta: Remaja Rosdakarya