Diperbarui tanggal 16/Nov/2022

Iklim Kelas

kategori Belajar dan Pembelajaran / tanggal diterbitkan 16 November 2022 / dikunjungi: 6.40rb kali

Pengertian Iklim Kelas

Proses pembelajaran adalah proses interaksi bealajar antara guru dan peserta didik, dan antara peserta didik dan peserta didik yang lainnya. Dalam proses pembelajaran di kelas, upaya guru unuk menciptakan iklim kelas juga menjadi faktor yang sangat penting dalam proses pembelajran tersebut. Menurut Hadiyanto, (2016:2) iklim sebenarnya merupakan terjemahan kata “climate’ dalam bahasa inggris. Namun demikian, beberapa istilah kadang- kadang dginakan secara bergantian dengan kata “climate”, seperti feel, atmosphere, ton, dan environment. Dalam konteks ini, istilah” iklim kelas” digunakan untuk mewakili kata-kata tersebu, dan kata-kata lain seperti learning environment, group climate dan classroom environment.

Menurut Bloom (dalam Hadiyanto, 2016:3) mendifinisikan “iklim” sebagai kondisi, pengaruh, dan ransangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, social, dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik. Dengan penggunaan “lingkungan kelas” selanjutnya Hadiyanto (2016:3) mengatakan bahwa iklim kelas adalah organisasi sosial informal dan aktivitas guru kelas yang secara spontan memengaruhi tingkah laku peserta didik. Di samping itu Hoy dan Miskell menambahkan bahwa istilah “iklim” seperti halnya “kepribadian” pada manusia. Apabila definisi Hoy dan Miskell tersebut di terapkan pada “kelas”, maka iklim kelas berarti “kepribadian kelas”. Pengertian ini dapat diterima dengan alasan bahwa masing-masing kelas mempunyai ciri (kepribadian) yang tidak samam dengan kelas-kelas lain, meskipun kelas itu dibangun dengan fisik dan bentuk atau arsitektur yang sama. Moos (1987) dalam Hadiyanto (2016:3) juga menambahkan, bahwa iklim kelas seperti halnya manusia, ada yang sangat berorientasi pada tugas, demokratis, formal, terbuka, atau tertutup.

Dengan menyebut istilah “iklim kelompok”, Kinney dan Hurst (1980) dalam Hadiyanto (2016:3) mengatakan bahwa iklim merupakan suasana kejiwaan dan social dari anggota kelompok yang terjadi karena interaksi dan kerja sama kelompok, seperti perasaan, kesan atau pengaruh, sikap, pola hubungan timbal balik, kepemimpinan dan reaksinya, moral, dan prestasi. Dalam lingkup organisasi, Newell dalam Hadiayanto (2016:3) mengatakan bahwa “iklim organisasi” mencakup keseluruhan sistematik kejiwaan dari kelompok manusia atau organisasi yang meliputi perasaan, reaksi terhadap system, subsistem, suprasistem, atau system lain dari peroranagan, tugas-tugas, prosedur, dan konseptualisasi, “iklim” merujuk kepada hubungan yang dialami oleh orang-orang dalam situasi berkelompok. Sementara itu, Zhan, Kagan, dan Widaman dalam Hadiyanto (2016:3) mendefinisikan iklim kelas sebagai seperangkat tingkah laku, persepsi dan respons efektif di antara para peserta didik yang berkaitan dengan proses belajar mengajar didalam kelas.

Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa iklim kelas adalah Iingkungan keilmuan, sosial, emosional, dan lingkungan fisik dimana para peserta didik belajar. Iklim ditentukan oleh konstelasi interaksi berbagai factor, mencakup interaksi antara guru dan peserta didik. Dengan berdasarkan pada beberapa pengertian iklim atau iklim kelas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa iklim kelas adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan antara pendidik dan peserta didik atau hubungan antar- peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan memengaruhi proses belajar menagjar. Situasi di sini dapat dipahami sebagai beberapa skala (scales) yang ditemukan oleh beberapa ahli dengan istilah seperti kekompakan (cohesiveness), kepuasan (satisfaction), kecepatan (speed), formalitas (formality), kesulitan (difficulty), dan demokrasi (demoncracy) dari kelas. (Hadiyanto, 2016:4) Iklim kelas merupakan bagian dari sekolah atau institusi yang dapat mempengaruhi motivasi belajar. Terciptanya suasana belajar yang kondusif dapat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar bahwa iklim kelas merupakan kualitas lingkungan kelas yang terus menerus dialami oleh guru yang mempengaruhi tingkah laku peserta didik dalam menciptakan proses pembelajaran yang kondusif. Pada iklim kelas yang positif, peserta didik akan merasa nyaman ketika memasuki ruang kelas, mereka mengetahui bahwa akan ada yang memperdulikan dan menghargai mereka, dan mereka percaya bahwa akan mempelajari sesuatu yang berharga. Namun sebaliknya, pada iklim kelas negatif, peserta didik akan merasa takut apabila berada didalam kelas dan ragu apakah mereka akan mendapat pengalaman yang berharga.

Jenis-Jenis iklim kelas

Berdasarkan tinjauan tentang suasana kelas (classroom climate) dikemukakan oleh Nasution (2003:119), menurutnya ada tiga jenis suasana yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran di sekolah berdasarkan sikap guru terhadap anak dalam mengajarkan materi pelajaran

  1. Iklim kelas dengan sikap guru yang “otoriter”. Suasana kelas dengan sikap guru yang otoriter, terjadi bila guru menggunakan kekuasaan atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya tanpa lebih jauh mempertimbangkan akibatnya bagi anak, khususnya bagi perkembangan pribadinya. Dengan hukuman dan ancaman anak dipaksa untuk menguasai bahan pelajaran yang dianggap perlu untuk ujian dan masa depannya. Memang upaya guru tersebut menjadikan suasana kelas tenang, akan tetapi suasana hati peserta didik menjadi tidak tenang karena berada di bawah tekanan guru yang otoriter.
  2. Iklim kelas dengan sikap guru yang “permisif”. Suasana kelas dengan sikap guru yang permisif ditandai dengan membiarkan anak berkembang dalam kebebasan tanpa banyak tekanan frustasi, larangan, perintah, atau paksaan. Pelajaran selalu dibuat menyenangkan. Guru tidak menonjolkan dirinya dan berada di belakang untuk memberi bantuan bila dibutuhkan. Sikap ini mengutamakan perkembangan pribadi anak khususnya dalam aspek emosional, agaranak bebasdari kegoncangan jiwa dan menjadi anak yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
  3. Iklim kelas dengan sikap guru yang “riil”. Suasana kelas dengan sikap guru yang riil ditandai dengan adanya kebebasan anak yang disertai dengan pengendalian terhadapnya. Anak-anak diberi kesempatan yang cukup untuk bermain bebas belajar sesuai dengan tipe belajarnya serta minatnya tanpa diawasi atau diaturdengan ketat. Dilain pihak anak diberi tugas sesuai petunjuk dan pengawasan guru.

Kemudian A. Sholah (1989:25) yang mengutip pendapat Dreikurs dan Leron Grey yang menggunakan pendekatan sosio-emosional kelas, mengemukakan bahwa ada tiga jenis suasana kelas yang dihadapi oleh peserta didik setiap harinya.

  1. Suasana kelas autokrasi, dalam suasana autokasi ini guru lebih banyak menerapkan persaingan, hukuman dan ancaman untuk mengawasi perilaku peserta didik selama mengikuti kegiatan belajar-mengajar di kelas. Dominan guru pada kelas autokrasi ini sangatlah menonjol sehingga jalannya kegiatan belajar-mengajar cenderung berpusat pada guru (teacheroriented)
  2. Suasana kelas laissez-faire, pada suasana kelas ini guru sangat sedikit bahkan sama sekali tidak memperlihatkan kegiatannya atau kepemimpinannya serta banyak memberikan kebebasan kepada peserta didiknya. Guru melepasan tanggung jawab kepada masing-masing peserat didiknya untuk melakukan tugas belajarnya. Dalam suasana kelas ini kegiatan belajar-mengajar lebih didominasi oleh peserta didik (studentoriented)
  3. Suasana kelas demokratisDalam suasana kelas demokratis ini guru memperlakukan peserta didiknya sebagai individu yang dapat bertanggung jawab, berharga, mampu mengambil keputusan, dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Manfaat yang dapat diperoleh dari suasana kelas yang demokratis ini adalah tumbuhnya rasa percaya diri, saling menerima dan percaya satu sama lain, baik antara guru dengan peserta maupun antar peserta didik. Guru membimbing mengembankan, dan membagi tanggung jawab untuk semua warga kelas termaksud guru itu sendiri.

Dari deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa suasana kelas yang demokratis dengan sikap guru yang nyata lebih memungkinkan untuk terciptanya iklim kelas yang kondusif, yang memberi peluang dalam mencapai hasil kegiatan belajar-mengajar secara optimal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim kelas

Muhtadi dikutip Sulni (2016), menjelaskan bahwa banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan iklim kelas yang berkualitas dan kondusif guna meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun faktor yang perlu diiperhatikan tersebut antara lain:

  1. Pendekatan pembelajaran hendaknya berorientasi pada bagaimana siswa belajar (student centered).
  2. Adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam konteks pembelajaran.
  3. Guru hendaknya bersikap demokratis dalam memanajemen kegiatan pembelajaran.
  4. Setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran sebaiknya dibahas secara dialogis.
  5. Lingkungan kelas sebaliknya disetting sedemikian rupa sehingga memotivasi belajar siswa dan mendorong terjadinya proses pembelajaran.
  6. Menyediakan berbagai jenis sumber atau informasi yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat diakses atau dipelajari siswa dengan cepat.

Menciptakan iklim kelas yang positif

Banyak dari iklim ruang kelas muncul dalam domain efektif, jadi sulit untuk menciptakan iklim itu secara lansung. Akan tetapi,kita dapat melakukan banyak hal untuk berkontribusi pada iklim ruang kelas positif dengan prilaku yang kita tampilkan dan keyakinan kita tentang mengajar dan belajar. Empat yang secara khusus penting. (Eggen, Kauchak, 2012:44)

  1. Modeling atau mencontohkan
    Modeling oleh guru adalah salah satu kekuatan paling bertenaga yang ada diruangan kelas dan berperan penting dalam menciptakan iklim ruang kelas yang positif.
  2. Memedulikan
    Penelitian mendukung pentingnya mempedulikan.”siswa yang memiliki persepsi bahwa pada guru peduli terhadap mereka melaporkan hasil motivasi yang positif seperti tanggung jawab yang lebih pro-sosial dan sosial, upaya akademis, dan kekayaan pengendalian diri yang lebih besar.tampaknya siswa ingin guru peduli terhadap mereka sebagai murid dan manusia”.
  3. Ekspetasi positif
    Ekspetasi juga memengaruhi interaksi guru denga siswa secara individual. Secara spesifik, guru yang berprilaku sesuai dengan pola-pola yang diidentifikasi oleh penelitian cenderung memperlakukan siswa yang mereka anggap sebagai siswa bermotivasi prestasi tinggi secara berbeda dengan siswa-siswa yang yang mereka anggap sebagai siswa yang bermotivasi prestasi rendah.
  4. Efektifitas pengajaran personal
    Guru dengan efektivitas tinggi bersikap adil dan menuntut. Mereka memaksimalkan waktu yang ada untuk mengajar,memuji siswa karena pemahaman mereka yang semakin baik, dan bertahan dengan mereka yang berprestasi rendah.

Ciri-ciri iklim kelas yang baik

Ciri-ciri kelas yang memiliki iklim yang baik menurut Moedjiarto (dalam Sari, 2013:21) adalah sebagai berikut:

  1. Suasana pembelajaran dikelas, tenang, jauh dari kegaduhan dan kekacauan.
  2. Adanya hubungan yang akrab, penuh pengertian, dan rasa kekeluargaan antara warga sekolah.
  3. Di sekolah tampak adanya sikap mendahulukan kepentingan sekolah dan kepentingan banyak, sedangkan kepentingan pribadi mendapatkan tempat yang paling belakang.
  4. Semua kegiatan sekolah diatur dengan tertib, dilaksanakan dan dilakukan dengan penuh tanggungjawab dan merata.
  5. Siswa mendapat perlakuan adil, tidak dibeda-bedakan antara yang miskin dan kaya, pandai dan yang lamban berfikir, semuanya mendapat kesempatan yang sama untuk berprestasi sebaik-baiknya.
  6. Di dalam kelas dapat dilihat adanya aktvitas belajar mengajar yang tinggi.
  7. Siswa aktif mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang pelajaran yang kurang dipahami, sedangkan guru dengan senang hati senantiasa bersedia menjawabnya. Untuk pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab, dengan bijaksana guru meminta waktu untuk mencari data dan informasi lebih lanjut.
  8. Siswa saling menghargai satu sama lainnya, dan terhadap gurunya siswa memiliki rasa hormat yang tinggi.
  9. Meja dan kursi serta perlengkapan lainnya, yang terdapat di kelas senantiasa ditata dengan rapi dan dijaga kebersihannya.
  10. Siswa ikut merawat kebersihan perabot sekolah dan kebersihan ruang kelas yang penugasannya dilakukan secara bergilir.

Sudarwan, D. dan Yunan, D. (2010:91) yang dikutip oleh Satriawan (2016:20) mengatakan bahwa ciri-ciri kelas yang memiliki iklim yang baik adalah sebagai berikut:

  1. Membangun kedisiplinan siswa di dalam kelas
  2. Menciptakan hubungan positif antara guru dan siswa di dalam kelas
  3. Mengkreasi hubungan positif antara siswa di dalam kelas
  4. Membangun dinamika kelompok di dalam kelas
  5. Bekerja sama dengan orang tua siswa
  6. Menggunakan metodelogi pembelajaran
  7. Memotivasi dan menumbuhkan gairah belajar
  8. Mengoptimalkan aktivitas belajar mengajar
  9. Siswa mendapat perlakuan adil, semuanya mendapatkan kesempatan yang sama untuk berprestasi sebaik-baiknya
  10. Menciptakan aturan yang baik
  11. Memecahkan macam-macam masalah
  12. Mengoptimalkan sumber daya kelas untuk meningkatkan produktivitas proses pembelajaran

Tujuan Penciptaan Iklim Kelas

Iklim kelas yang kondusif sangat penting untuk diciptakan agar tujuan akan tercapainya hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa dan antar siswa, suasana pembelajaran yang sejuk, menyenangkan, tenang tanpa permusuhan, atmosfir belajar yang penuh kebermaknaan serta suasana pembelajaran dikelas yang tidak kaku dapat diwujudkan. Depdikbud dalam Ismiarti (2004:26-27) mengemukakan tujuan penciptaan iklim kelas yang kondusif yaitu:

  1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk megembangkan kemampuannya semaksimal mungkin.
  2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar.
  3. Menyediakan dan mengatur fasilitas perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.

Indikator Iklim Kelas

Menurut Sudarman dan Yunan (2010:91) menyatakan bahwa indikator dari iklim kelas yaitu:

  1. Membangun kedisiplinan siswa didalam kelas
  2. Menciptakan hubungan positif antara guru dan siswa
  3. Membangun dinamika kelompok didalam kelas
  4. Mengoptimalkan aktivitas belajar mengajar
  5. Memotivasi dan menumbuhkan gairah belajar