Diperbarui tanggal 28/05/2022

Keterampilan Kerja Sama

kategori Belajar dan Pembelajaran / tanggal diterbitkan 2 Januari 2022 / dikunjungi: 4rb kali

Pengertian Keterampilan Kerjasama

Salah satu tujuan kooperatif adalah mengembangan keterampilan sosial, yaitu mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama (Majid, 2014). Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia harus saling bekerjasama dengan manusia lain. Isjoni (Kusumaningrum, 2013), kerjasama dilakukan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Dalam kamus besar bahasa indonesia, Filumena (2014), kerjasama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting dimiliki setiap orang dalam kehidupan sosial di masyarakat yang perlu diajarkan oleh lembaga sekolah Apriyono (Filumena, 2014). Haspari dan Berta (2014) juga menyatakan bahwa, kerjasama (kooperasi) adalah bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama yang menguntungkan diri sendiri dan semua anggota kelompok.kerjasama dapat terjalin apabila individu menyadari bahwa mereka mempunyai tujuan/kepentingan yang sama saling membutuhkan atau bergantung untuk mencapai tujuan (Haspari dan Berta, 2014).

Menurut Sriwilujeng (2017:54) kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yang berarti kegiatan ini dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu. Maksud dari pernyataan tersebut adalah kerja sama akan terjalin jika dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama.

Lifelong Guidelines dalam Samani dan Hariyanto (2013:104) mengatakan bahwa kerja sama (cooperation) maknanya ialah bekerja sama menuju tujuan bersama. Hal ini dibuktikan bahwa kerja sama belum dikatakan optimal, jika semua pihak yang terlibat tidak dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara bersama. Maka dari itu pentingnya menimbulkan rasa sikap kerja sama pada anak, sehingga ia akan memahami makna dari bekerja sama dalam suatu kelompok. Menurut Mulyasa (2014:73) kerja sama adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya mampu menjalin hubungan dengan orang lain dalam melaksanakan tindakan dan pekerjaan. Dengan menanamkan sikap kerja sama pada anak dapat melatih mereka untuk berinteraksi dengan sesama temannya, sehingga anak mampu menjalin hubungan dengan orang lain.

Kerja sama merupakan sifat ketergantungan manusia yang mengharuskan setiap insan/kelompok sosial untuk selalu berinteraksi dengan orang lain atau kelompok lain, seperti yang dikemukakan oleh Yudha dan Rudyanto (2005:39) sebagai berikut: “Kerja sama atau kooperatif adalah gejala saling mendekati untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan bersama. Kerjasama dan pertentangan merupakan dua sifat yang dapat dijumpai dalam seluruh proses sosial/masyarakat, di antara seseorang dengan orang lain, kelompok dengan kelompok, dan kelompok dengan seseorang”.

Fakta-fakta penting dalam kerja sama yang berguna yaitu adanya kesadaran akan kepentingan-kepentingan yang sama dalam suatu kelompok. Maunah (2016:137-138) mengemukakan bahwa: “Kerja sama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut dikemudian hari mempunyai manfaat bagi semua”.

Kemampuan yaitu kesanggupan, kecakapan dan kekuatan seseorang yang berusaha dengan diri sendiri. Menurut Soelaiman (2007:112) kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental ataupun fisik. Maksud dari mental ini ialah kemampuan dalam berfikir, menalar dan memecahkan masalah. Sedangkan fisik ialah kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan dan kekuatan.

Berdasarkan pendapat para ahli bahwa di dalam kerjasama adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling berkomunikasi, berkoordinasi, berkooperasi dan saling bertukar pikiran atau memberikan pendapat.

Pentingnya Keterampilan Kerjasama

Kerjasama memiliki peran yang sangat penting di dalam kehidupan keseharian kita. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat bekerja sendiri. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya dalam kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tidak ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah (Lie, 2008). Dalam proses belajar mengajar kerjasama juga sangat penting. Seperti yang dipaparkan oleh Sanjaya dalam Dirman dan Cicih (2014), setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok,sehingga individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Keberhasilan kelompok merupakan tujuan dari kerjasama. Tujuan yang dimaksud adaalah siswa secara berkelompok dapat memahami materi, menyelesaikan tugas, serta tuntas belajar (Haspari dan Berta, 2014).

Selama kerjasama berlangsung, tentunya ada diskusi, saling bertukar ide, yang pandai mengajari yang lemah, dari individu atau kelompok yang belum tahu menjadi tahu (Thobroni, 2015). Hal ini akan membuat siswa kaya akan pengetahuan, karena siswa saling bekerjasama demi mencapai keberhasilan kelompok. Thobroni (2015) juga memaparakan dengan adanya diskusi dan setiap siswa mau belajar dengan siswa lain, setiap siswa bisa menjadi sumber belajar. Hal ini berarti setiap siswa kaya akan pengetahuan dan pengalaman untuk bisa memecahkan masala, belajar untuk bercita-cita, memahami, dan berkeinginan untuk untuk belajar melakukan sesuatu.

Menurut Kusnaidi (Adistyasari, 2013), kerjasama memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:

  1. Kerjasama mendorong persaingan didalam pencapaian tujuan
  2. Kerjasama mendorong berbagai upaya terciptanya banyak energi
  3. Kerjasama mendorong terciptanya hubungan yang baik antar individu serta meningkatkan kesetiakawanan
  4. Kerjasama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat kelompok
  5. Kerjasama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang terjadi dilingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga dan melestarikan situasi dan kondisi yang telah baik

Tingkat Pencapaian Kemampuan Kerja Sama

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (2015:50-51) mengatakan bahwa tingkat pencapaian perkembangan sosial emosional pada anak usia 5-6 tahun yaitu sebagai berikut:

  1. Memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi
  2. Memperlihatkan kehati-hatian kepada orang yang belum dikenal (menumbuhkan kepercayaan pada orang dewasa yang tepat)
  3. Mengenal perasaan sendiri dan mengelolanya secara wajar (mengendalikan diri secara wajar)
  4. Tahu akan haknya
  5. Mentaati aturan kelas (kegiatan, aturan)
  6. Mengatur diri sendiri
  7. Bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan diri sendiri
  8. Bermain dengan teman sebaya
  9. Mengetahui perasaan temannya dan merespon secara wajar
  10. Berbagi dengan orang lain
  11. Menghargai hak/pendapat/karya orang lain
  12. Menggunakan cara yang diterima secara sosial dalam menyelesaikan masalah (menggunakan fikiran untuk menyelesaikan masalah)
  13. Bersikap kooperatif dengan teman
  14. Menunjukkan sikap toleran
  15. Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada (senang-sedih-antusias dan sebagainya)
  16. Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat.

Berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan sosial emosional pada anak usia 5-6 tahun tersebut, adapun yang tergolong dalam kemampuan kerja sama yaitu sebagai berikut:

  1. Memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi
  2. Mentaati aturan kelas (kegiatan, aturan)
  3. Bermain dengan teman sebaya
  4. Mengetahui perasaan temannya dan merespon secara wajar
  5. Berbagi dengan orang lain
  6. Menghargai hak/pendapat/karya orang lain
  7. Menggunakan cara yang diterima secara sosial dalam menyelesaikan masalah (menggunakan fikiran untuk menyelesaikan masalah)
  8. Bersikap kooperatif dengan teman
  9. Menunjukkan sikap toleran
  10. Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat.

Unsur-Unsur Keterampilan Kerjasama

Menurut West (Nurwanti, 2012), aspek-aspek dalam kerjasama kelompok meliputi komunikasi, koordinasi, kooperasi, dan saling tukar informasi. Selain itu, apek-aspek kooperasi menurut Nurwati (2012) meliputi, tanggung jawab terhadap tugas, memberi dan menerima masukan, serta percaya diri mengemukakan pendapat. Menurut Kartino (Kusumaningrum, 2013), faktor-faktor kerja kelompok sebagai berikut:

  1. Adanya rasa percaya (trust) diantara sesama anggota kelompok
  2. Adanya keterbukaan (openness) diantara sesama anggota
  3. Adanya kesempatan mengekspresiakn perwujudan diri ( self realization) bagi setiap anggota kelompok
  4. Adanya saling ketergantungan (independence) diantara setiap anggota dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, untuk mencapai tujuan kelompok.

Haspari dan Berta (2014) menyatakan bahwa kerjasama dalam diskusi kelompok lebih melibatkan kemampuan kognitif siswa. Kemampuan tersebut meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah secara kelompok. Interaksi yang mendukung dalam diskusi kelompok yaitu siswa saling bertukar informasi dan materi, memberikan feedback atau tanggapan satu sama lain untuk menyelesaikan tugas, menghargai pendapat siswa lain, berusaha untuk menyelesaikan tugas . Kerjasama memiliki konsep yang sama dengan gotong royong. Arti gotong royong dalam kamus besar bahasa indonesia adalah bersama-sama mengerjakan atau membuat sesuatu. Jadi, gotong royong memiliki kesamaan konsep dengan kerjasama.

Ada lima unsur gotong royong untuk mewujudkan pembelajaran kooperatif menurut Lie (2008), yaitu :

  1. Saling ketergantungan positif
    Ketergantungan yang positif antar anggota kelompok tercipta karena adanya tuntutan dari tugas untuk kontribusi setiap anggota untuk mencapai prestasi yang baik
  2. Tanggung jawab perorangan
    Anggota kelompok dituntut pertangung jawabannya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
  3. Tatap muka
    Tatap muka yang terjadi tidk hanya sekedar melihat wajah tetapi juga menciptakan interaksi. Modal utama yang diperlukan adalah proses saling memperkaya anggota kelompok, saling menerima dan mengenal, menghargai perbedaan baik latar belakang keluarga, ekonomi, sosial dan lainnya
  4. Komunikasi antar angota
    Komunikasi antar anggota kelompok yang efektif dan efisien serta positif mampu membuat suasana interaksi menjadi nyaman
  5. Evaluasi proses kelompok
    Evaluasi dilakukan setelah melakukan kegiatan belajar bersama dengan formulasi yang disesuaikan oleh tingkat pendidikan.

Seperti yang telah dipaparakan diatas, bahwa kerjasama dalam proses belajar mengajar disebut pembelajaran kooperatif. Berikut adalah ciri-ciri kooperatif menurut Stahl dalam Tanireja dkk. (2014) adalah sebagai berikut :

  1. Belajar bersama teman
  2. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman
  3. Saling mendengarkan pendapat antara anggota kelompok
  4. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
  5. Belajar dalam kelompok kecil
  6. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
  7. Keputusan tergantung pada mahasiswa sendiri
  8. Mahasiswa aktif

Berdasarkan pemaparan para ahli dapat disimpulkan bahwa dalam keterampilan kerjasama hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik sesama anggota kelompok, saling memberikan pendapat, menghargai pendapat anggota kelompok, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Kerja Sama

Kemampuan sosial termasuk kemampuan kerja sama dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor lingkungan keluarga dan faktor dari luar rumah atau luar keluarga. Namun ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan sosial anak yaitu faktor pengalaman awal yang diterima anak (Rachmawati, 2004). Adapun faktor-faktor tersebut adalah:

  1. Faktor Lingkungan Keluarga
    Diantara faktor-faktor yang terkait dengan keluarga yang berpengaruh terhadap kemampuan sosial salah satunya kemampuan
    kerja sama adalah hal-hal sebagai berikut;
    1. Status Sosial Ekonomi Keluarga
      Apabila perekonomian keluarga cukup anak mempunyai peluang untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang mungkin tidak akan didapat jika keadaan ekonomi keluarga tidak memada. Misalkan membentuk club olahraga, mengikuti bimbingan seni, ataupun bergabung dalam kelompok sosial tertentu yang membutuhkan biaya. Hal ini bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja sama anak. Kemampuan kerja sama anak tergantung pada bagaimana anak dan orang tua menyikapi keadaan ekonomi keluarga. Dengan status ekonomi yang memadai ataupun dengan status ekonomi menengah kebawah apakah mereka dapat bersikap bijaksana atau tidak.
    2. Keutuhan Keluarga
      Keluarga yang lengkap memberikan kesempatan yang lebih kepada anak untuk dapat menjalin kerja sama dalam kehidupan sehari-hari, berinteraksi dengan teman-temannya. Sedangkan keluarga yang broken home akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam berinteraksi dengan teman-temannya karena mungkin anak merasa malu dan kurang percaya diri.
    3. Sikap dan Kebiasaan Orang Tua
      Tingkah laku orang tua sebagai pemimpin kelompok dalam keluarga berpengaruh terhadap kemampuan interaksi anak. Orang tua yang otoriter akan membuat anak sulit untuk berkembang dan menjalin hubungan dengan lingkungan sosial diluar. Menjadikan anak bersikap penakut, mudah menyerah, berprilaku pasif dan tidak memiliki inisiatif. Sikap tersebut menjadikan anak sulit untuk diterima dalam kelompok. Sehingga kemampuan kerja sama anak terhambat.
  2. Faktor dari Luar Rumah
    Pengalaman anak yang didapatkan dari lingkungan luar rumah melengkapi pengalaman dari dalam rumah. Lingkungan luar rumah anak diantaranya adalah lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.
    1. Lingkungan Masyarakat
      Masyarakat mempunyai peranan penting dalam pembentukan pribadi anak. Lingkungan masyarakat yang baik akan memunculkan perilaku yang baik pula sedangkan lingkungan yang kurang baik tentu dapat membawa hal buruk terhadap perkembangan kemampuan anak. Anak meniru perilaku yang ditunjukkan oleh orang disekitarnya atau biasa disebut dengan imitasi, sehingga anak akan menunjukkan sikap atau perilaku yang dapat diterima dalam masyarakat tempat tinggalnya.
    2. Lingkungan Sekolah
      Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (murid) dibawah pengawasan guru. Guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik melalui interaksi edukatif. Interaksi edukatif adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai secara maksimal jika guru dapat menyampaikan dengan baik.