Diperbarui tanggal 13/09/2022

Teori Belajar Kognitivisme

kategori Belajar dan Pembelajaran / tanggal diterbitkan 13 September 2022 / dikunjungi: 22.39rb kali

Pengertian Teori Belajar Kognitivisme

Teori belajar kognitivisme adalah suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antar stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar melibatkan prinsip-prinsip dasar psikologi, yaitu belajar aktif, belajar lewat interaksi sosial dan lewat pengalaman sendiri.

1. Jean Piaget

Menurut Jean Piaget perkembangan kognitif memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar. Perkembangan kognitif pada dasarnya merupakan proses mental. Proses mental tersebut pada hakekatnya merupakan perkembangan kemampuan penalaran logis (development of ability to respon logically). Bagi Piaget, berfikir dalam proses mental tersebut jauh lebih penting dari sekedar mengerti. Semakin bertambah umur seseorang, maka semakin kompleks susunan sel syarafnya dan semakin meningkat pula kemampuan kognitifnya. Proses perkembangan mental bersifat universal dalam tahapan yang umumnya sama, namun dengan berbagai cara ditemukan adanya perbedaan penampilan kognitif pada tiap kelompok manusia. Sistem persekolahan dan keadaan sosial ekonomi dapat mempengaruhi terjadinya perbedaan penampilan dan perkembangan kognitif pada individu, demikian pula dengan budaya, sisitem nilai dan harapan masyarakat masing-masing.

2. J.S Burner

Menurut Bruner, belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan yang terjadi dalam proses belajar. Guru harus menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mencari jawaban sendiri dan melakukan eksperimen. Bentuk lain dari belajar penemuan adalah guru menyajikan contoh-contoh dan siswa bekerja dengan contoh tersebut sampai dapat menemukan sendiri dan melakukan eksperiman.

3. Ausubel

Menurut Ausubel, belajar dapat di klasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama, berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang ada. Struktur kognitif tersebut mencakup fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diinginkan oleh siswa. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan kepada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang manyajikan informasi secara final, maupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru dengan struktur pengetahuan (fakta, konsep-konsep, generalisasi dan lainnya) yang dimiliki oleh siswa, dalam hal ini terjadi belajar bermakna (meaningful learning). Akan tetapi, siswa dapat juga berusaha mencoba-coba menerima, menguasai dan menghafal informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan konsep-konsep yang ada dalam kognitifnya, maka terjadilah belajar hafalan (rote learning).

4. Gestalt

Menurut Gestalt belajar adalah proses pengembangan yang didasarkan pada pemahaman atau insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian dalam suatu situasi permasalahan. Teori Gestalt menganggap bahwa insight adalah inti dari pembentukan tingkah laku. Teori belajar Gestalt pada dasarnya sebagai usaha untuk memperbaiki proses belajar dengan rote learning dengan pengertian bukan menghapal. Dalam belajar, menurut teori Gestalt, yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight.