Diperbarui tanggal 10/02/2023

Kecerdasan Visual Spasial

kategori Belajar dan Pembelajaran / tanggal diterbitkan 10 Februari 2023 / dikunjungi: 2.13rb kali

Pengertian Kecerdasan Visual Spasial

Setiap Anak yang lahir memiliki kemampuan kecerdasan yang berbeda-beda dan anak juga dibekali kecerdasan untuk menghadapi masalah-masalah yang akan ia hadapi dalam kehidupan nyata sehari-harinya dengan menghasilkan sesuatu yang berarga dalam dirinya. Menurut Musfiroh (2008) kecerdasan visual-spasial ditandai dengan kepekaan mempersepsi secara akurat dan mentransformasi persepsi awal, seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai bangunan, apresiasi seni, desain, dan efektif dalam membuat koordinasi warna, membuat bentuk, menciptakan serta dapat membayangkan secara detil benda-benda, dan juga seorang yang cenderung memliki kecerdasan visual-spasial suka melukis, membuat sketsa, bermain game ruang, berpikir dalam image atau bentuk. Anak-anak dengan kemampuan kecerdasan visual spasial cenderung akan berpikir dan berimajinasi.

Menurut Musfiroh (2008) Kecerdasan visual spasial berhubungan dengan kemampuan mengenal warna, bentuk, ukuran serta ruang yang akurat dapat mengubah penangkapannya melalui bentuk lain yaitu dekorasi, arsitektur, lukisan dan patung. Hal ini artinya anak senang membayangkan sesuatu dengan daya khayalnya dan menuangkannya melalui karya seni dalam bentuk dua dimensi atau tiga dimensi (Sulistiyani, 2012). Kecerdasan visual spasial pada anak merupakan kemampuan berfikir, memahami dan memproses suatu dalam bentuk visual (nyata).Seseorang dengan kecerdasan visual spasial akan mempunyai kepekaan pada garis, warna, bentuk, ruang, keseimbangan, bayangan, harmoni, pola dan hubungan antar unsur kecerdasan visual spasial benar-benar bertumpu pada ketajaman melihat dan ketelitian pengamatan (Amstrong 2008).

Dari beberapa pendapat diatas terkait definisi kecerdasan visual spasial dapat disimpulkan bahwa kecerdasan visual spasialatau kecerdasan pandang ruang didefinisikan sebagai kemampuan mempersepsi dunia visual-spasial secara akurat serta mentransformasikan persepsi dunia visual-spaial tersebut dalam berbagai bentuk. Anak mampu memvisualisasikan kembali apa yang dilihatnya baik melalui gambar, atau objek secara langsung dan menuangkan ide-idenya ke dalam sebuah karya. Kecerdasan visual spasial ini berhubungan dengan kemampuan mengenal warna, bentuk, ukuran.

Karteristik Kecerdasan Visual Spasial

Anak usia dini memiliki kepekaan merasakan dan membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat. Menurut Sefrina (2013) anak dengan kecerdasan visual spasialmenonjol memiliki ciri yang berhubungan dengan gambar dan ruang, oleh karena itu kadang disebut dengan anak dengan cerdas gambar. Ciri pertama yang mudah diamati adalah anak sering kali dapat menceritakan objek/benda yang ditemuinya dengan sangat mendetail, mulai dari bentuk, warna, ukuran hingga bagian-bagian dari objek tersebut.

Sedangkan Yus, A (2011) mengungkapkan bahwa kecerdasan visual spasial memiliki ciri-ciri seperti:

  1. Menata ruang dan menciptakan suatu tata ruang
  2. Membayangkan sesuatu, seperti benda, tempat, dan perjalanan
  3. Membentuk sesuatu seperti membuat pahatan dan menciptakan karya seni, seperti menggambar, melukis, merancang tata ruang dari sesuatu yang ada di sekitarnya
  4. Menghasilkan pengetahuan berdasarkan suatu ilmu seperti topologi dan anatomi

Strategi MengembangkanKecerdasan Visual Spasial

Menurut Sujiono (2010) strategi mengembangkan kecerdasan visual spasial pada anak, yaitu:

  1. Mencoret-coret
    Coretan merupakan tahapan dari menggambar merupakan sarana untuk megembangkan imajinasi dan kerativitas nya.suatu kemampuan yang mendukung kecerdasan visual spasialnya.Untuk mampu menggambar, anak memulai dengan tahapan mencoret terlebih dahulu.Mencoret biasanya dimulai sejak anak berusia sekitar 18 bulan ini, pada dasarnya kegiatan mencoret merupakan sarana anak mengekspresikan diri. Meski apa yang digambarnya dalam coretannya belum tentu lansung terlihat isi pikirannya. Selain itu, kegiatan ini juga dalam melatih koordinasi tangan dan mata anak.
  2. Menggambar dan melukis.
    Kegiatan menggambar dan melukis dapat dilakukan diamana saja, kapan saja dengan biaya yang relatif murah.Sediakan alat-alat yang diprerlukan seperti kertas, pensil warna, dan krayon. Biarkan anak menggambar atau melukis apa yang dia inginkan sesuai imajinasi dan kreativitasnya karena menggambar atau melukis merupakan ajang bagi anak untuk mengekspresikan diri.
  3. Kegiatan membuat prakarya atau kerajinan tangan
    Kegiata ini dapat meningkatkan kecerdasan visual spasial anak.kerajinan yang dilakukan anak adalah menggunakan kertas. menuntut kemampuan anak memanipulasi bahan. Kreativitas dan imajinasi anak pen terlatih karenanya.Selain itu, kerajinan tangan dapat membangun kepercayaan diri anak.
  4. Mengunjungi berbagai tempat
    Mengunjungi berbagai tempat dapat memperkaya pengalaman visual anak, seperti mengajaknya ke museum, kebun binatang, menempuh perjalanan wisata alam lainnya.

Menurut Hamza strategi yang dapat digunakan untuk mengaktifkan kecerdasan visual spasial antara lain:

  1. Visualisasi. Salah satu cara termudah membantu siswa menerjemahkan buku atau materi pelajaran menjadi gambar dan pencitraan adalah meminta mereka memejamkan mata dan membayangkan apa yang mereka pelajari.
  2. Penggunaan warna. Siswa yang memiliki kecerdasan spasial tinggi biasanya peka pada warna. Ada banyak cara yang kreatif memanfaatkan warna sebagai alat pembelajaran. Siswa dapat menggunakan warna kesukaan mereka sebagai
    penghilang stres ketika menghadapi masalah-masalah yang sulit atau gagasan yang tidak dipahami dengan cara bayangkanlah warna kesukaan kalian, hal ini akan membantu kalian menemukan jawaban yang tepat atau bahkan menemukan sendiri penjelasannya.
  3. Metafora gambar. Metafora adalah penggunaan satu gagasan untuk merujuk pada gagasan lain, dan metafora gambar adalah pengekspresian satu gagasan meliputi pencitraan visual.
  4. Sketsa gagasan. Guru harus membantu siswa dalam mengartikulasi pemahaman mereka tentang materi pembelajaran. Strategi sketsa gagasan ini misalnya dengan meminta menggambarkan poin kunci, gagasan utama, tema sentral atau konsep dasar yang diajarkan.
  5. Simbol grafis. Salah satu strategi pengajaran paling tradisional adalah menulis di papan tulis. Strategi ini sangat penting bagi proses pemahaman siswa yang memiliki kecenderungan pada kecerdasan spasial. Oleh karena itu, Anda harus berlatih menggambar sekurang-kurangnya di beberapa bagian pelajaran misalnya dengan menciptakan simbol grafis untuk konsep yang akan dipelajari.

Indikator Kecerdasan Visual Spasial

Anak minimal bisa mengenali beberapa bentuk bangunan atau tempat seperti halnya kotak, lonjong, maupun bundar.Selain itu anak yang memiliki kecerdasan visual spasial juga bisa mengenali warna dengan mudah dan bisa membedakan arah kanan maupun kiri.

Adapun indikator kecerdasan visual spasial menurut Musfiroh (2012), yaitu:

  1. Anak menonjol dalam kemampuan menggambar, mampu menunjukkan detil unsur daripada anak-anak sebayanya.
  2. Anak memiliki kepekaan terhadap warna, cepat mengenali warna dan mampu memadukan warna lebih baik daripana anak-anak sebayanya
  3. Anak suka menjelajah lokasi disekitarnya dan memperhatikan tata letak benda di sekitarnya, serta cepat menghafal letak benda-benda.
  4. Anak menyukai balok atau benda lain untuk membuat suatu bangun benda, seperti mobil, rumah, pesawat, atau apapun yang ingin di buat oleh anak.
  5. Suka melihat-lihat dan memperhatikan buku yang berilustrasi atau buku-buku yang penuh gambar.
  6. Anak mewarnai berbagai gambar yang ada di buku, menebalkan garisnya, dan meniru.
  7. Anak menikmati bermain kolase dari berbagai unsur ( usia TK), membuat sesuatu atau bentuk dari playdough, malam (lilin atau plastisin), atau sejenisnya
  8. Anak memperhatikan berbagai jenis grafik, peta, dan diagram serta menanyakan nama serta maksud bentuk-bentuk informasi tersebut sementara anak sebayanya kurang antusias.
  9. Anak banyak bercerita tentang mimpinyaa dan dapat menunjukkan detil mimpi daripada sebayanya
  10. Anak tertarik pada profesi yang terkait dengan penggunaan kecerdasan visual spasial secara optimal seperti pelukis (anak-anak menyebutnya sebagai tukang gambar), fotografer (tukang foto), arsitek (anak-anak menyebutnya sebagai tukang gambar rumah), perancang busana (anak menebutnya tukang baju), pilot, penjelajah ruang angkasa atau karier yang lain yang berorientasi visual spasial
  11. Anak dapat merasakan pola-pola sederhana dan mampu menilai pola mana yang bagus dari pola yang lainnya.

Adapun indikator kecerdasan visual-spasialanak usia dini 5-6 tahun Musfiroh (2008):

  1. Anak yang cerdas visual-spasialcepat menangkap karateristik objek dan memiliki kemampuan alami untuk menuangkannya kedalam bentuk gambar, bentuk tiga dimensi dan seni kerajinan.
  2. Anak yang memiliki kecerdasan visual-spasialpeka terhadap bentuk, ukuran, unsur bentuk, komposisi, warna, dan mereka detail lainnya, mereka mampu merekam dengan akurat apa yang dilihat dan dibayangkannya.
  3. Anak dengan kecerdasan visual-spasialsangat imajinatif, mampu membayangkan sesuatu dengan detail bentuk, warna, dan komposisinya.
  4. Anak cerdas visual-spasial senang membuat konstruksi tiga dimensi dan unsur seperti: lego, bricks, bombiq, dan balok.

Aspek Kecerdasan Visual Spasial

Menurut Musfiroh (2008) aspek dari kecerdasan visual spasial adalah kepekaan terhadap bentuk, unsur bentuk, ukuran, komposisi, dan warna. Mereka yang cerdas visual-spasial sangat imajinatif mampu membayangkan sesuatu dengan detil, senang membuat kontruksi seperti: lego, brick, bombiq, plastisin dan balok, mereka akan belajar dengan melihat dan mengamati
benda, bentuk dan warna. Adapun aspek yang dijadikan fokus dalam penelitian ini yaitu:

  1. Bentuk, Alat permainan edukatif yang mengandung unsur konsep bentuk juga dapat diberikan secara dini. Dengan bermain dan secara tidak khusus disebutkan nama bentuknya, juga pengulangan bermain dengan alat ini akan semakin memiliki konsep dan mengenal nama bentuk tersebut dengan spontan. Misalnya, bila terlalu sulit bagi anak untuk mengingat nama segiempat, maka tidak usah dipaksakan. Yang penting anak dapat memila-memila berdasarkan bentuk yang senada dan istilah segi empat diganti dengan istilah kotak. Hal ini juga dapat diperlakukan pada bentuk lain, misalnya kata “lingkaran” diganti benjadi bundaran.
  2. Ukuran, Menurut Jumaris (2006) kemampuan dasar yang berkaitan dengan ukuran diperoleh dari pengalaman anak pada waktu ia berinteraksi pada lingkungannya, khususnya pengalaman yang berhubungan dengan membandingkan, mengklasifikasikan, dan menyusun atau mengurutkan benda-benda.
  3. Warna, Sugiman dalam Buletin PAUD, (2006) warna-warna tersebut meliputi: merah, biru, hijau, kuning, coklat, jingga, hitam, putih dan abu-abu. Dalam hal memberikan kesempatan anak untuk belajar mengenal berbagai warna mengenal warna yang sama dan berbeda, melatih daya ingat dan konsentrasi melengkapi pola, dan menghitung.
  4. Menuangkan ide dalam merancang, Anak yang menonjol kecerdasan visual-spasialcenderung suka melakukan permainan konstruktif, menonjol dalam mengenal bentuk, ukuran dan warna. Permainan konstruksi dapat mengoptimalkan perkembangan kecerdasan visual-spasialanak. Anak dapat menggunakan alat permainan seperti balok-balok, maze (mencari jejak), puzzle (merangkai kepingan gambar), permainan rumah-rumahan, dan plastisin atau playdough.