Diperbarui tanggal 11/Des/2021

Pola Interaksi dalam Pembelajaran

kategori Belajar dan Pembelajaran / tanggal diterbitkan 11 Desember 2021 / dikunjungi: 26.58rb kali

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesamanya, interaksi antara guru dan murid, baik itu disengaja maupun tidak disengaja (Sardiman, 2011:1).

Dalam dunia pendidikan pola-pola interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar itu sangatlah penting untuk menciptakan apa yang diinginkan sekolah. Dengan demikian akan menciptakan dorongan dari guru terhadap siswa akan timbul sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari interaksi, tanpa adanya interaksi di dalamnya proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik. Interaksi ini akan terlaksana jika ada hubungan yang baik antara guru dengan siswanya. Semua komponen dalam sistem pembelajaran haruslah saling berhubungan satu sama lain (Mahmud, 2012:169).

Untuk menciptakan hubungan yang baik antara guru dengan siswa, maka seorang guru hendaknya dalam berinteraksi menggunakan pola interaksi yang bisa membuat siswa lebih aktif, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik. Dalam penelitian ini, pola interaksi yang dimaksud adalah bagaimana pola interaksi guru terhadap siswa selama dalam proses pembelajaran, atau menggambarkan bagaimana pola interaksi guru terhadap siswa selama dalam proses pembelajaran.

Jenis Pola Interaksi dalam Pembelajaran

Menurut Sanjaya (2005:170) dalam pembelajaran, interaksi antara guru dengan siswa terdapat model atau pola interaksi, dimana model atau pola interaksi ini terdiri atas tiga, yaitu:

  1. Pola interaksi Satu Arah
    Pengajaran adalah transfer pengetahuan kepada siswa. Dalam bentuk ini guru mengajar di sekolah hanya menyuapi makanan kepada anak. Siswa selalu menerima suapan itu tanpa komentar, tanpa aktif berfikir. Mereka mendengarkan tanpa kritik, apakah pengetahuan yang diterimanya di bangku sekolah itu benar atau tidak. Dalam hal seperti ini, guru sangat berperan penting, karena apa yang disampaikan oleh guru itulah yang diterima oleh siswa, namun walau disini siswa hanya menerima dari penjelasan guru saja, interaksi seperti ini juga sangat penting, karena dengan adanya interaksi ini siswa akan fokus dan memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh gurunya.
  2. Pola interaksi Dua Arah
    Pengajaran ialah mengajar siswa bagaimana caranya belajar. Dalam bentuk ini guru hanya merupakan salah satu sumber belajar, bukan sekedar menyuapi materi saja kepada siswa. Pendapat ini timbul karena pengaruh perkembangan psikologi dari pengajar medern ialah bahwa mengajar adalah melatih siswa bagaimana belajar. Pada interaksi seperti ini, seorang guru tidak mutlak atau tidak menyuapkan langsung dengan siswanya, namun, disini guru hanya sebagai fasilitator saja, dimana seorang guru mengantar siswa untuk menciptakan suasana belajar yang yang memungkinkan, siswa dihadapkan dengan bermacam-macam pertanyaan yang menyangkut dengan materi, sehingga siswa dapat menimbulkan inisiatif untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian, disini guru hanya memberikan rangsangan saja, hingga siswa dapat dan berani mengeluarkan pendapatnya sehingga masalah yang diberikan dapat dipecahkan, dengan ini pembelajaran akan mulai lebih aktif.
  3. Pola interaksi Multi Arah
    Pengajaran adalah hubungan interaksi antara guru dan siswa. Apakah hakikat interaksi itu? Sebenarnya interaksi itu bukan sekedar adanya aksi dan reaksi, melainkan adanya hubungan interaktif antara tiap individu. Ialah antara guru dan murid, serta antara murid dan murid. Tiap individu ikut aktif, tiap individu berperan. Dalam ini guru hanya menciptakan situasi dan kondisi, agar tiap individu dapat aktif belajar. Dimana akan timbul suasana atau proses mengajar yang aktif. Masing-masing siswa sibuk belajar, melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Interaksi seperti ini, guru hanya menciptakan suasana atau kondisi yang dimana akan menciptakan belajar yang aktif oleh siswa. Dimana disini guru hanya sebagai fasilitator, siswa akan belajar dengan sendirinya secara aktif dan guru sebagai pemandu atau mengawasi saja.

Untuk menciptakan suasana belajar yang aktif ini, disini guru harus merencanakan secara yang matang dulu. Namun untuk diketahui bahwa pola-pola interaksi tersebut masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan, pola satu arah dimana interaksi hanya diperankan oleh pendidik saja, sementara murid kurang dilibatkan (guru aktif, murid pasif) maka interaksi ini dapat dikatakan interaksi yang kurang ideal.

Sementara pola interaksi dua arah, guru berperan dan siswa juga sedikit berperan karena siswa diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat, dengan ini pembelajaran akan mulai aktif. Sedangkan pola interaksi multi arah adanya transaksi yang menggambarkan suasana hidup dan akrab, menyenangkan dan membangkitkan motivasi anak didik untuk saling aktif dan saling pengaruh mempengaruhi atau sama lain sehingga pola interaksi seperti ini dapat digolongkan kepada pola interaksi dinamis, dengan kata lain dapat memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak didik dalam meningkatkan pola pikir dan mengembangkan potensi diri (Ramayulis, 2008:180).

Dimyati dan Mudjiono (2006:119-120) mengutip pendapat Lindgren, mengemukakan 4 (empat) kemungkinan interaksi dalam pembelajaran, yakni:

  1. Pola guru – siswa
    Interaksi satu arah, di mana guru bertindak sebagai penyampai pesan dan siswa penerima pesan.
  2. Pola guru – siswa – guru
    Interaksi dua arah, antara guru – siswa, di mana guru memperoleh balikan dari siswa.
  3. Pola guru – siswa – guru
    Interaksi dua arah antara guru – siswa, di mana guru mendapatbalikan dari siswa. Selain itu, siswa saling berinteraksi atau saling belajar satu dengan yang lain.
  4. Pola guru – siswa, siswa – guru, siswa – siswa
    Interaksi optimal antara guru – siswa, dan antara siswa dengan siswa.
  5. Pola melingkar
    Setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.

Menurut Sudjana (1998:43), ada tiga pola komunikasi dalam proses interaksi guru-siswa, yakni komunikasi sebagai aksi, interaksi, dan transaksi.

  1. Komunikasi sebagai Aksi (Komunikasi Satu Arah)
    Dalam komunikasi ini, guru berperan sebagai pemberi aksi dan peserta didik pasif. Artinya, guru adalah sektor utama sebagai sumber pesan yang ingin disampaikan. Dalam hal ini, guru memiliki peran paling penting serta memikul beban yang cukup berat. Penyebabnya adalah guru harus memposisikan dirinya sebaik mungkin dalam menyampaikan pesan.Semua materi harus terlaksana dan terorganisir dengan baik. Posisi peserta didik yang pasif mengharuskan guru terlebih dahulu mengetahui segala kekurangan dan kelemaham para peserta didiknya. Bagian dari pesan yang dianggap sulit, seharusnya lebih ditekankan dan memiliki porsi lebih dibandingkan yang lain. Ceramah pada dasarnya merupakan contoh komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi.Contoh komunikasi satu arah di dalam kelas adalah ketika guru memberikan arahan materi dengan metode ceramah. Ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.

    Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur.Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru atau pun siswa. Guru biasanya belum merasa puas jika dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar jika ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak belajar. Beriku beberapa keunggulan dan kelemahan ceramah. Ceramah merupakan metode yang “murah” dan “mudah” untuk dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suaru guru. Dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit. 

    Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, metode ini memiliki kekurangan di antaranya adalah materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru. Selanjutnya adalah Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran; pikirannya melayang kemana-mana atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik, dan lain lain.
  2. Komunikasi sebagai Interaksi (Komunikasi Dua Arah)
    Pada komunikasi ini guru dan peserta didik dapat berperan sama, yaitu pemberi aksi dan penerima aksi. Antara guru dan peserta didik memiliki peran yang seimbang, keduanya sama-sama berperan aktif. Di sini sudah terlihat hubungan dua arah, artinya dalam hal ini sudah disertai feedback atau umpan balik dari komunikan (peserta didik). Komunikasi dengan cara seperti ini dinilai lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah. Peserta didik dalam hal ini bisa memposisikan dirinya untuk bertanya ketika ia tidak memahami pesan yang disampaikan oleh pendidik. Mereka mulai memiliki kesempatan untuk memberi saran atau masukan ketika merasa kurang puas atas penjelasan yang diterima.Komunikasi dua arah hanya terbatas pada guru dan siswa secara individual, antara pelajar satu dengan pelajar lainya tidak ada hubungan.Peserta didik tidak dapat berinteraksi dengan teman lainnya. Dengan kata lain, kesempatan untuk berbagi pesan serta menerima opini teman masih belum terlaksana dalam komunikasi dua arah. Kendati demikian, komunikasi ini lebih baik dari yang pertama.
  3. Komunikasi sebagai Transaksi (Komunikasi Banyak Arah)
    Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dan siswa tetapi juga melibatkkan interaksi yang dinamis antara siswa dengan siswa. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah pada proses pemebelajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif. Diskusi dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini.

Situasi pengajaran atau proses interaksi belajar mengajar bisa terjadi dalam berbagai pola interaksi/komunikasi di atas, akan tetapi komunikasi sebagai transaksi yang dianggap sesuai dengan konsep cara belajar siswa aktif sebagaimana yang dikehendaki oleh para ahli dalam pendidikan modern. Dalam mengelola interaksi belajar guru harus memiliki kemampuan mendesain program, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara atau metode yang digunakan, memiliki keterampilan mengkomunikasikan program serta memahami landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak.

Pengajaran berintikan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Di dalam interaksi belajar mengajar terjadi proses pengaruh-mempengaruhi, bukan hanya guru yang mempengaruhi siswa, tetapi siswa juga dapat mempengaruhi guru. Dengan demikian, dari dua pendapat diatas, mengenai pola interaksi pendidikan pada dasarnya sama yaitu mengunakan pola interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungan serta didukung oleh metode dan media pembelajaran.

Ciri-ciri Interaksi dalam Pembelajaran

Sardiman (2011:15-18) yang mengutip pendapat Edi Suardi, menguraikan ciri-ciri interaksi belajar mengajar, antara lain:

  1. Interaksi belajar memiliki tujuan, yakni tujuan untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi belajar mengajar itu sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian.
  2. Adanya suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematik yang relevan.
  3. Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya interaksi belajar mengajar.
  4. Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Siswa sebagai pusat pembelajaran, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar.
  5. Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi dan sebagai mediator dalam segala situasi proses belajar mengajar.
  6. Di dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin. Disiplin dalam interaksi belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak dengan secara sadar, baik pihak guru maupun pihak siswa.
  7. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok siswa), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan.
  8. Unsur penilaian/evaluasi. Evaluasi merupakan bagian penting yang tidak bisa diabaikan. Evaluasi ini untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai melalui interaksi belajar mengajar.

Adapun ciri interaksi dalam pembelajaran (dalam http://sacarida.blogspot.-com Diakses tanggal 29 Agustus 2017) adalah sebagai berikut:

  1. Ada tujuan yang ingin dicapai
    Tujuan dalam interaksi pembelajaran adalah membantu siswa dalam perkembangan tertentu, yaitu dengan menempatkan anak sebagai pusat perhatian perkembangan tertentu, yaitu dengan menempatkan anak sebagai pusat perhatian sedangkan unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
  2. Ada penggarapan materi khusus
    Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa dan disiapkan sebelum berlangsungnya interaksi edukatif sehingga sesuai untuk mencapai tujuan.
  3. Ada aktivitas anak
    Sebagai konsekuensi bahwa siswa merupakan sentral maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi edukatif.
  4. Ada guru yang berperan sebagai pembimbing
    Guru berperan sebagai pembimbing dalam proses belajar maka guru diharapkan mampu untuk mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun kelompok, memberikan penjelasan kepada siswa mengenai hal yang diperlukan dalam proses belajar, memberikan kesempatan agar mereka belajar sesuai dengan kemampuannya serta membantu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan menilai setiap keberhasilan langkah kegiatan yang telah dilakukan.
  5. Ada batas waktu
    Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok) batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi batas waktu tertentu, kapan tujuan itu harus sudah tercapai.
  6. Ada metode untuk mencapai tujuan
    Metode belajar adalah sistem dengan menggunakan teknik-teknik tertentu didalam interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sebagai proses pendidikan.
  7. Ada evaluasi
    Sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam pengajaran, evaluasi harus dilakukan dengan terus menerus. Evaluasi tidak hanya sekedar menentukan angka keberhasilan belajar tetapi yang lebih penting adalah sebagai dasar untuk mendapat umpan balik (feed back) dari proses interaksi edukatif yang dilaksanakan.

Sehubungan dengan uraian di atas bahwa dalam mengelola interaksi belajar mengajar, guru harus memiliki kemampuan mendesain program, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara atau metode yang digunakan, memiliki keterampilan mengkomunikasikan program serta memahami landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak.

Faktor-faktor Pendukung Interaksi Dalam Pembelajaran

Ada beberapa faktor pendukung dalam berinteraksi dengan siswa pada proses pembelajaran.

  1. Menguasai Bahan Ajar
    Sebelum guru tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal menguasai bahan, guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran secara dinamis (Sardiman, 2011:164).

    Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Majid, 2011). Menguasai bahan ajar akan menjadi faktor pendukung apabila guru benar-benar menguasainya, dan menguasai dengan baik akan menjadi faktor penghambat dalam interaksi jika guru tidak menguasai bahan dengan baik.
  2. Mengelola Program Belajar Mengajar
    Guru yang kompeten, juga harus mampu mengelola programbelajar mengajar. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru. Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut (Sardiman, 2011:165-168):
    1. Merumuskan tujuan instruksional/pembelajaran
    2. Mengenal dan dapat menggunakan proses intruksional yang tepat
    3. Mengenal kemampuan anak didik
    4. Merencanakan dan melaksanakan program remedial.
      Mengelola program belajar mengajar akan menjadi faktor pendukung apabila guru melaksanakannya, dan akan menjadi faktor penghambat dalam interaksi apabila guru tidak melakukannya.
  3. Mengelola Kelas
    Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sisi emosional kelas yang positif. Definisi ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio emosional yang positif didalam kelas. Definisi ini beranggapan, bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa (Mudasir, 2011:3).

    Dengan adanya pengelolaan kelas ini, maka guru akan mudah berinteraksi karena siswa sudah diatur dengan sedemikian rupa yang sesuai dengan metode belajar. Mengelola kelas akan menjadi faktor pendukung apabila guru melakukannya, jika guru tidak melakukan pengelolaan kelas, maka akan menjadi faktor penghambat dalam interaksi.
  4. Menggunakan Media/Sumber
    Media merupakan sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media juga sangat berpengaruh terhadap interaksi. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2010:2-3).
    Yamin (2013:197) mengatakan, media dalam komunikasi merupakan bagian dari komponen yang tidak dapat tidak mesti ada karena media merupakan perangkat penyalur informasi. Penggunaan media pembelajaran sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan menyampaikan pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Menggunakan media akan menjadi faktor pendukung apabila guru menggunakannya dalam berinteraksi, namun akan menjadi faktor penghambat dalam interaksi, jika guru tidak menggunakan media dalam berinteraksi dengan siswanya dalam pembelajaran.
  5. Menguasai Landasan-landasan Kependidikan
    Menguasai landasan-landasan kependidikan akan menjadi faktor pendukung dalam berinteraksi, apabila guru menguasainya, dan apabila guru tidak menguasainya, maka akan menjadi faktor penghambat dalam interaksi. Adapun faktor yang mendasari terjadinya interaksi dalam pembelajaran menurut Rohani (2010:122-141) adalah sebagai berikut:
    1. Faktor tujuan
      Interaksi pengajaran memang dibatasi dan dilahirkan oleh tujuannya. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan tentang perubahan perilaku apa yang akan diperoleh setelah proses pembelajaran. Jika tujuan diketahui, siswa mempunyai motivasi untuk belajar. Agar tujuan pembelajaran mudah diketahui, maka harus dirumuskan secara khusus (Sumiati dan Asra, 2008:34). Tujuan ini perlu dirumuskan karena untuk membantu mempermudah guru dalam mendesain program dan kegiatan pengajaran, mempermudah pengawasan dan penilaian hasil belajar sesuai yang diharapkan dan memberikan pedoman bagi siswa dalam menyelesaikan materi dan kegiatan mengajar.
    2. Faktor bahan atau materi pembelajaran
      Bahan adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses interaksi edukatif. Tanpa bahan pelajaran proses interaksi edukatif tidak akan berjalan (Djamarah, 2010:17). Karena itu, guru yang akan mengajar pasti mempelajari dan mempersiapkan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswanya. Penguasaan bahan oleh guru, seyogyanya mengarah pada spesifik atas ilmu kecakapan yang diajarkannya. Mengingat isi, sifat, dan luasnya ilmu, maka guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa-apa yang akan diajarkannya ke dalam bidang ilmu atau kecakapan yang bersangkutan.
      Penyusunan unsur-unsur atau informasi-informasi yang baik itu bukan saja akan mempermudah siswa untuk mempelajarinya, melainkan juga memberikan gambaran yang jelas sebagai petunjuk dalam menetapkan metode pengajaran.
    3. Guru dan siswa
      Guru dan siswa adalah dua subjek dalam interaksi pengajaran. Guru sebagai pihak yang berinisiatif awal untuk penyelenggaraan pengajaran, sedang siswa sebagai pihak yang secara langsung mengalami dan mendapatkan kemanfaatan dari peristiwa belajar mengajar terjadi.
    4. Metode
      Metode adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum, yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan (Rohani, 2004:118). Makin baik suatu metode makin efektif pula dalam pencapaiannya. Tetapi tidak ada satu metode pun yang dikatakan paling baik/dipergunakan bagi semua macam usaha pencapaian tujuan. Baik tidaknya, tepat tidaknya suatu metode dipengaruhi oleh berbagai faktor.
      Guru harus dapat memilih, mengkombinasikan, serta mempraktekkan berbagai cara penyampaian bahan sesuai dengan situasi. Keberhasilan dalam melaksanakan suatu pengajaran sebagian besar ditentukan oleh pilihan bahan dan pemakaian metode yang tepat. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru guna kepentingan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugas, guru sangat jarang menggunakan satu metode, tetapi selalu memakai lebih dari satu metode. Karena karakteristik metode yang memiliki kelebihan dan kelemahan menuntut guru untuk menggunakan metode yang bervariasi.

      Ketepatan (efektifitas) penggunaan metode pembelajaran tergantung pada kesesuaian metode pembelajaran dengan beberapa faktor, yakni (Sumiati dan Asra, 2008:92):
      1. Kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran;
      2. Kesesuaian metode pembelajaran dengan materi pembelajaran;
      3. Kesesuaian metode pembelajaran dengan kemampuan guru;
      4. Kesesuaian metode pembelajaran dengan kondisi siswa;
      5. Kesesuaian metode pembelajaran dengan sumber dan fasilitas tersedia;
      6. Kesesuaian metode pembelajaran dengan situasi kondisi belajar mengajar;
      7. Kesesuaian metode pembelajaran dengan tempat belajar.
        Metode pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan agar siswa belajar. Metode pembelajaran pada umumnya ditujukan untuk membimbing belajar dan memungkinkan setiap individu siswa dapat belajar sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Guru seharusnya memikirkan bagaimana cara (metode) yang membuat siswa dapat belajar secara optimal. Dalam arti sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Belajar secara optimal dapat dicapai jika siswa aktif di bawah bimbingan guru yang aktif pula.
    5. Situasi
      Adapun yang dimaksud situasi adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran. Termasuk dalam pengertian ini adalah suasana yang berkaitan dengan siswa, seperti: kelelahan, semangat belajar, keadaan cuaca, keadaan guru, keadaan kelas yang kurang kondusif.

Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa faktor interaksi hakikatnya merupakan rangkaian komunikasi antara guru dan siswa yang dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran, bahan atau materi pembelajaran, guru dan siswa, metode belajar, media/sumber belajar, dan landasan pendidikan dimana semuanya saling mempengaruhi dalam membentuk interaksi pembelajaran.