Diperbarui tanggal 31/08/2022

Gaya Kognitif

kategori Belajar dan Pembelajaran / tanggal diterbitkan 24 Agustus 2022 / dikunjungi: 7.23rb kali

Pengertian Gaya Kognitif

Setiap individu mempunyai cara khas sendiri-sendiri, sehingga setiap individu berbeda satu dengan lainnya. Kemampuan setiap individu untuk memahami dan menyerap pelajaran juga berbeda, ada yang cepat, sedang, dan ada yang lambat. Oleh karena itu, setiap individu seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor dan salah satunya adalah gaya kognitif. Ausburn dan Ausburn (Arifin, 2015) mendefinisikan gaya kognitif sebagai dimensi psikologis yang mewakili konsistensi dengan cara individu memperoleh dan memproses informasi. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Riding dan Rayner (Darmono, 2012) bahwa gaya kognitif adalah suatu pendekatan yang disukai individu secara konsisten dalam mengorganisasi dan menggambarkan informasi. Sementara itu, Woolfolk (Darmono, 2012) mengemukakan bahwa gaya kognitif adalah suatu cara yang berbeda untuk melihat, mengenal, dan mengorganisasi suatu informasi. Hal ini berarti bahwa setiap individu memiliki cara tersendiri yang disukai dalam menerima dan memproses informasi sebagai respon terhadap stimulasi lingkungannya. Ada individu yang cepat merespon dan ada pula yang sebaliknya.

Desmita (2012) menjelaskan bahwa gaya kognitif adalah karakteristik individu dalam menggunakan fungsi kognitif (berpikir, mengingat, memecahkan masalah, dan sebagainya) yang bersifat konsisten dan lama. Shi (2011: 20) mendefinisikan gaya kognitif sebagai sebuah konsep psikologis yang berkaitan dengan bagaimana seorang individu memproses informasi. Berdasarkan berbagai
pendapat tentang definisi gaya kognitif di atas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa gaya kognitif adalah cara khas yang dilakukan seorang individu dalam memfungsikan kegiatan mental dibidang kognitif, baik itu berpikir, mengingat, memecahkan masalah, membuat keputusan, mengorganisasi maupun memproses informasi yang bersifat konsisten.

Tipe Gaya Kognitif

Nasution (2006) menjelaskan terdapat empat tipe gaya kognitif siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu:

1. Field Dependent (FD) – Field Independent (FI)

Siswa dengan gaya kognitif FI cenderung memilih belajar individual, menanggapi dengan baik, dan bebas (tidak bergantung pada orang lain). Sedangkan, siswa yang memiliki gaya kognitif FD cenderung memilih belajar dalam kelompok dan sesering mungkin berinteraksi dengan siswa lain atau guru, memerlukan ganjaran atau penguatan yang bersifat ekstrinsik.

2. Impulsif – reflektif

Merupakan gaya kognitif yang didasarkan atas perbedaan konseptual tempo yaitu perbedaan gaya kognitif berdasarkan atas waktu yang digunakan untuk merespon suatu stimulus. Orang yang memiliki gaya kognitif impulsif menggunakan alternatif-alternatif secara singkat dan cepat untuk menyeleksi sesuatu. Mereka menggunakan waktu sangat cepat dalam merespon, tetapi cenderung membuat kesalahan sebab mereka tidak memanfaatkan semua alternatif. Sedangkan, orang yang mempunyai gaya kognitif reflektif sangat berhati-hati sebelum merespon sesuatu, dia mempertimbangkan secara hati-hati dan memanfaatkan semua alternatif. Waktu yang digunakan relatif lama dalam merespon tetapi kesalahan yang dibuat relatif kecil (Rahman, 2008:461)

3. Perseptif – reseptif

Siswa yang perseptif dalam mengumpulkan informasi mencoba mengadakan organisasi dalam hal-hal yang diterimanya, ia menyaring informasi yang masuk dan memperhatikan hubungan-hubungan diantaranya. Siswa yang reseptif lebih memperhatikan detail atau perincian informasi dan tidak berusaha untuk menghubungkan informasi yang satu dengan yang lain.

4. Sistematis – intuitif

Siswa yang sistematis mencoba melihat struktur suatu masalah dan bekerja sistematis dengan data atau informasi untuk memecahkan suatu persoalan. Siswa yang intuitif langsung mengemukakan jawaban tertentu tanpa menggunakan informasi sistematis. Banyak ahli yang membedakan jenis gaya kognitif, namun yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah gaya kognitif FI dan FD yang dikemukakan oleh Witkin. Hal ini dikarenakan gaya kognitif FI dan FD adalah dimensi yang paling penting (Salameh, 2011:189). Selain itu, gaya koginitf FI dan FD adalah gaya kognitif yang mampu menanggulangi efek pengecoh pada soal cerita (Istiqomah & Rahaju, 2014: 145). Gaya kognitif ini dipandang sebagai salah satu variabel penentu pada kemampuan siswa dalam memecahkan soal cerita.

Woolfolk sebagaimana dikutip oleh Uno (2006: 187) mengemukakan bahwa banyak variasi gaya kognitif yang diminati para pendidik salah satunya adalah gaya kognitif field independent (FI) dan field dependent (FD). Trinovita (2017) dalam penelitiannya mendefinisikan karakteristik utama dari gaya kognitif FI dan FD sebagai berikut:

  1. Individu field dependent (FD) cenderung merespon stimulus menggunakan syarat lingkungan sebagai dasar dalam persepsinya dan memandang suatu pola sebagai suatu keseluruhan, tidak memisahkan bagian-bagiannya atau memandang objek dan lingkungannya sebagai satu kesatuan.
  2. Individu field independent (FI) cenderung merespon stimulus menggunakan persepsi yang dimilikinya sendiri, lebih analitis, dan menganalisis pola berdasarkan komponennya.

Definisi karakter ini menjelaskan bahwa individu dengan gaya kognitif FI adalah individu yang dengan mudah dapat “bebas” dari persepsi yang terorganisir dan segera dapat memisahkan suatu bagian dari kesatuannya. Sedangkan individu dengan gaya kognitif FD adalah individu yang kurang atau tidak bisa memisahkan sesuatu bagian dari suatu kesatuan dan cenderung segera menerima bagian atau konteks yang dominan.

Nasution (2005:95) mengemukakan bahwa siswa dengan gaya kognitif FI tidak atau kurang dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan masa lampau, sedangkan siswa dengan gaya kognitif FD sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau bergantung pada lingkungan dan pendidikan sewaktu kecil. O'Brien et al (dalam Suryanti, 2014) menunjukkan bahwa perbedaan diantara siswa field dependent dan field independen adalah sebagai berikut:

  1. Field independent memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
    1. Memiliki analisis yang lebih tinggi dalam penerimaan dan pemrosesan informasi, sehingga sering disebut sebagai “analytical thinkers”.
    2. Mereka menunjukkan kecenderungan untuk mengorganisasikan informasi menjadi unit-unit yang dapat dikelola dan memiliki kapasitas yang lebih besar untuk penyimpanan informasi. Orang-orang ini suka dan terbiasa menggunakan teknik pemecahan masalah, organisasi, analisis dan penataan ketika terlibat dalam situasi belajar
      dan bekerja.
  2. Field dependent memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
    1. Peserta didik dengan field dependent lebih global dan holistik dalam pengolahan persepsi dan informasi sehingga sering disebut sebagai "global thinkers".
    2. Mereka cenderung untuk menerima informasi seperti yang disajikan atau dijumpai dan mengandalkan sebagian besar pada cara menghafal.

Mereka juga mewujudkan kecenderungan yang jelas untuk menggunakan acuan kerangka sosial untuk menentukan sikap, perasaan dan keyakinan.

Witkin, dkk (Desmita, 2012), menunjukkan bahwa pendekatan cognitive style dimensi FI dan FD bermanfaat jika diterapkan untuk permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan. Dimensi FI dan FD memiliki dampak bagi dunia pendidikan yaitu tentang bagaimana siswa belajar, bagaimana guru mengajar, bagaimana siswa dan guru berinteraksi, dan bagaimana siswa membuat keputusan dalam memilih pekerjaan.

Karakteristik guru dan siswa dengan dimensi FI dan FD, adalah sebagai berikut yang dapat dijadikan pertimbangan dalam proses pembelajaran di kelas.

  1. Tingkah laku guru:
    1. Guru dengan field dependent, menunjukkan pengajaran dan belajar yang lebih baik dengan melalui diskusi-diskusi kelas.
    2. Guru dengan field independent di dalam memperkenalkan topik-topik serta mengikuti jawaban-jawaban siswa cenderung untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan yang terarah.
    3. Guru dengan field independent dalam melakukan kontak dengan siswa lebih banyak menggunakan teknik-teknik pertanyaan langsung kepada siswa, lebih kritis terhadap jawaban-jawaban siswa dibandingkan mereka yang field dependent.
  2. Tingkah laku siswa
    1. Siswa dengan field independent bekerja secara independent.
    2. Gaya kognitif siswa mempengaruhi hasil belajar tergantung pula pada penguatan yang diberikan oleh guru. Siswa-siswa dengan field dependent, didalam memberikan jawaban-jawabannya banyak bergantung pada pujian yang diberikan oleh guru. Melalui interaksi dengan siswa field dependent, guru memiliki banyak kesempatan untuk mempengaruhi (secara kuat) belajar dan tingkah laku siswa.
    3. Umpan balik yang diberikan di dalam kelas oleh guru lebih banyak diterima oleh siswa field independent. Kecuali dalam hubungan hubungan yang bersifat pribadi, siswa dengan field dependent menerima lebih banyak umpan balik.

Agar pengalaman belajar menjadi lebih efektif dan relevan bagi siswa, maka:

  1. Menempatkan siswa di dalam kelas yang berbeda berdasarkan gaya kognitif mereka, agar guru dapat memberikan pengajaran melalui metode yang dianggap lebih efektif dan relevan bagi masing-masing gaya kognitif.
    1. Bagi siswa yang field dependent, penggunaan teknik ”discovery” atau proses belajar penemuan serta diskusidiskusi kelompok dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pemberian kuliah atau “expository”.
    2. Bagi siswa field independent, mengingat bahwa mereka cukup mampu bekerja secara independent, tidak dibutuhkan terlalu banyak bantuanbantuan atau pengarahan guru dalam bidang akademik, melalui ceramah dalam pembelajaran atau kuliah-kuliah yang diberikan atau metode “expository”, siswa field independent cukup mampu menerima pembelajaran secara optimal.
    3. Menempatkan siswa field dependent dan field independent di dalam kelas yang sama, dengan perbandingan yang cukup seimbang antara mereka yang field dependent dan field independent. Untuk cara ini, kesadaran guru akan gaya pengajaran yang dipilih penting sekali.
  2. Teknik pengajaran yang dipakai harus secara selektif diberikan:
    1. Sebagai tahap pertama pelaksanaan pengajaran, pemberian materi pembelajaran dengan didukung metode pengajaran yang dapat dilakukan.
    2. Kemudian, diskusi-diskusi kelompok dapat dilakukan. Melalui pendekatan diskusi, perhatian khusus perlu diberikan bagi siswasiswa field dependent. Melalui kelompok-kelompok diskusi ini pula diharapkan siswa-siswa field dependent dapat belajar, mengambil manfaat dari interaksi, dan diskusi yang dilakukan dengan siswasiswa field independent.
    3. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pengajaran adalah memberikan umpan balik kepada pengajar sehubungan dengan siswa-siswa tertentu. Informasi atau umpan balik yang diterima diharapkan dapat membantu pengajar untuk mengetahui bagaimana mereka dalam kenyataanya berhubungan dengan siswa dalam hal cara pengajaran yang digunakan.