Diperbarui tanggal 6/09/2022

Pelaksanaan Pembelajaran dan Asesmen pada Kurikulum Merdeka

kategori Telaah Kurikulum / tanggal diterbitkan 4 September 2022 / dikunjungi: 11.71rb kali

Pelaksanaan Pembelajaran dan Asesmen pada Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya keterpaduan pembelajaran dengan asesmen, terutama asesmen formatif, sebagai suatu siklus belajar. Prinsip Pembelajaran dan Asesmen mengindikasikan pentingnya pengembangan strategi pembelajaran sesuai dengan tahap capaian belajar peserta didik atau yang dikenal juga dengan istilah teaching at the right level (TaRL). Pembelajaran ini dilakukan dengan memberikan materi pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan pemahaman peserta didik. Tujuan dari diferensiasi ini adalah agar setiap anak dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran yang berorientasi pada kompetensi membutuhkan asesmen yang bervariasi dan berkala. Pendekatan pembelajaran seperti inilah yang sangat dikuatkan dalam Kurikulum Merdeka.

Berikut ini adalah beberapa contoh siklus perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan asesmen pada kurikulum merdeka:

  1. Pendidik menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, termasuk di dalamnya rencana asesmen formatif yang akan dilakukan di awal pembelajaran dan asesmen di akhir pembelajaran
  2. Pendidik melakukan asesmen di awal pembelajaran untuk menilai kesiapan setiap individu peserta didik untuk mempelajari materi yang telah dirancang
  3. Berdasarkan hasil asesmen, pendidik memodifikasi rencana yang dibuatnya dan/atau membuat penyesuaian untuk sebagian peserta didik
  4. Melaksanakan pembelajaran dan menggunakan berbagai metode asesmen formatif untuk memonitor kemajuan belajar
  5. Melaksanakan asesmen di akhir pembelajaran untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran. Asesmen ini dapat digunakan sebagai asesmen awal pada pembelajaran berikutnya.

Berdasarkan hasil asesmen di awal pembelajaran, pendidik perlu berupaya untuk menyesuaikan strategi pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Namun demikian, bagi sebagian pendidik melakukan pembelajaran terdiferensiasi bukanlah hal yang sederhana untuk dilakukan. Sebagian pendidik mengalami tantangan karena keterbatasan waktu untuk merancang pembelajaran yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan individu peserta didik. Sebagian yang lain mengalami kesulitan untuk mengelompokkan peserta didik berdasarkan kesiapan karena jumlah peserta didik yang banyak dan ruangan kelas yang terbatas.

Memahami adanya tantangan-tantangan tersebut, maka pendidik sebaiknya menyesuaikan dengan kesiapan pendidik serta kondisi yang dihadapi pendidik. Beberapa alternatif pendekatan pembelajaran sesuai tahap capaian peserta didik yang dapat dilakukan pendidik adalah sebagai berikut:

Alternatif 1: Berdasarkan asesmen yang dilakukan di awal pembelajaran, peserta didik di kelas yang sama dibagi menjadi dua atau lebih kelompok menurut capaian belajar mereka, dan keduanya diajarkan oleh guru yang sama atau disertai guru pendamping/asisten. Selain itu, satuan pendidikan juga menyelenggarakan program pelajaran tambahan untuk peserta didik yang belum siap untuk belajar sesuai dengan fase di kelasnya.

Alternatif 2: Berdasarkan asesmen yang dilakukan di awal pembelajaran, peserta didik di kelas yang sama dibagi menjadi dua atau lebih kelompok menurut capaian belajar mereka, dan keduanya diajarkan oleh guru yang sama atau disertai guru pendamping/asisten.

Alternatif 3: Berdasarkan asesmen yang dilakukan di awal pembelajaran, pendidik mengajar seluruh peserta didik di kelasnya sesuai dengan hasil asesmen tersebut. Untuk sebagian kecil peserta didik yang belum siap, pendidik memberikan pendampingan setelah jam pelajaran berakhir.

Pendidik dan satuan pendidikan dapat memilih strategi pembelajaran sesuai dengan tahap capaian peserta didik dari tiga alternatif pilihan di atas maupun merancang sendiri pendekatan yang akan digunakannya. Namun demikian, hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan pembelajaran terdiferensiasi menurut kesiapan peserta didik tersebut adalah bahwa pengelompokan peserta didik berdasarkan capaian atau hasil asesmen tidak mengarah pada terbentuknya persepsi tentang pengkategorian peserta didik ke dalam kelompok yang “pintar” dan tidak. Terbentuknya kelompok “unggulan” hingga kelompok yang dinilai paling rendah kemampuannya dapat menyebabkan diskriminasi terhadap peserta didik. Mereka yang ditempatkan pada kelompok yang paling marginal akan cenderung menilai diri mereka sebagai individu yang tidak memiliki kemampuan untuk belajar sebagai mana temantemannya yang lain. Demikian pula pendidik sering tanpa sadar memiliki harapan atau ekspektasi yang rendah terhadap peserta didik yang sudah dianggap kurang berbakat atau kurang mampu secara akademik. Akibatnya, mereka akan terus terpinggirkan.

Untuk menghindari dampak negatif sebagaimana dijelaskan di atas, hal yang dapat dilakukan ketika mengelompokkan peserta didik untuk keperluan pembelajaran terdiferensiasi sesuai dengan tahap capaian peserta didik, antara lain sebagai berikut.

  • Pembelajaran dalam kelompok kecil adalah metode yang biasa dilakukan peserta didik.
    Ada kalanya pendidik membagi kelompok berdasarkan minat (misalnya, kesamaan minat permainan olahraga dalam mata pelajaran PJOK), melakukan pengamatan atau eksperimen dalam mapel IPA secara berkelompok yang ditetapkan secara acak oleh pendidik, dan sebagainya sehingga pengelompokan berdasarkan kemampuan akademik dalam suatu pertemuan adalah hal yang biasa.
  • Pengelompokan berdasarkan kemampuan berubah sesuai dengan kompetensi yang menjadi kekuatan peserta didik, tidak permanen sepanjang tahun atau semester, dan tidak berlaku di semua mata pelajaran.
    Misalnya, di mata pelajaran bahasa Indonesia peserta didik A tergabung dalam kelompok yang masih butuh bimbingan, tetapi pada pelajaran IPA peserta didik A tergabung dalam kelompok yang sudah mahir.
  • Bagi peserta didik yang sudah mahir perlu dipikirkan bentuk-bentuk tantangan yang lebih beragam, menjadi tutor sebaya bisa menjadi salah satu opsi, namun perlu dipikirkan bahwa tidak semua siswa memiliki kompetensi mengajar dan tanggung jawab memfasilitasi tetap sepenuhnya ada di pendidik.
  • Perlu ada peran-peran beragam yang bisa dipilih oleh peserta didik untuk memperkaya atau mendalami kompetensi yang dibangun.
    Misalnya, di awal tahun ajaran pendidik mengajak peserta didik berdiskusi mengenai peran-peran apa yang dibutuhkan, setiap peran bisa diambil oleh peserta didik secara bergantian.

Dalam proses pembelajaran, salah satu diferensiasi yang dapat dilakukan pendidik adalah diferensiasi berdasarkan konten/ materi, proses, dan/atau produk yang dihasilkan peserta didik. Sebagai contoh, ketika mengajarkan materi tertentu, peserta didik yang perlu bimbingan dapat difokuskan hanya pada 3 (tiga) poin penting saja, sementara untuk peserta didik yang sudah cukup memahami materi dapat mempelajari seluruh topik; dan peserta didik yang mahir dapat melakukan pendalaman materi di luar materi yang diajarkan. Begitu juga dengan tagihan atau produk, peserta didik yang perlu bimbingan dapat bekerja kelompok dengan mengumpulkan satu lembar hasil kerja, sementara untuk peserta didik yang cukup mahir dapat mengumpulkan 5 (lima) lembar hasil kerja mandiri, dan peserta didik yang sudah mahir dapat mempresentasikan hasil kerja menggunakan power point dengan dilengkapi gambar dan grafis.

Contoh diferensiasi pembelajaran 1 Dalam melakukan pembelajaran terdiferensiasi pendidik dapat memilih salah satu atau kombinasi ketiga cara di bawah ini.

  • Konten (materi yang akan diajarkan). Bagi peserta didik yang memerlukan bimbingan dapat mempelajari 3 (tiga) hal terpenting terkait materi, bagi siswa yang cukup mahir dapat mempelajari keseluruhan materi dan bagi peserta didik yang sudah sangat mahir dapat diberikan pengayaan.
  • Proses (cara mengajarkan). Proses pembelajaran dan bentuk pendampingan dapat didiferensiasi sesuai kesiapan peserta didik, bagi siswa yang membutuhkan bimbingan pendidik perlu mengajarkan secara langsung, bagi peserta didik yang cukup mahir dapat diawali dengan Modeling yang dikombinasi dengan kerja mandiri, praktik, dan peninjauan ulang (review), bagi peserta didik yang sangat mahir dapat diberikan beberapa pemantik untuk tugas mandiri kepada peserta didik yang sangat mahir.
  • Produk (luaran atau performa yang akan dihasilkan). Diferensiasi pembelajaran juga dapat dilakukan melalui produk yang dihasilkan. Contohnya, bagi peserta didik yang memerlukan bimbingan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai konten inti materi, sedangkan bagi peserta didik yang cukup mahir dapat membuat presentasi yang menjelaskan penyelesaian masalah sederhana, dan bagi peserta yang sangat mahir bisa membuat sebuah inovasi atau menelaah permasalahan yang lebih kompleks.

Contoh diferensiasi pembelajaran 2

Instrumen asesmen awal pembelajaran yang digunakan adalah soal isian singkat dan soal cerita yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari terkait keliling segiempat, segitiga, dan lingkaran. Atas jawaban peserta didik, pendidik mengidentifikasi kesiapan peserta didik di kelasnya, yaitu:

  1. Mayoritas peserta didik telah memahami konsep keliling dan dapat menghitung keliling bangun datar.
  2. Beberapa peserta didik dapat memahami konsep keliling, namun belum lancar dalam menghitung keliling bangun datar.
  3. Beberapa peserta didik belum memahami konsep keliling.

Berdasarkan data tersebut, pendidik melakukan pembelajaran terdiferensiasi sebagai berikut:

Kesiapan BelajarMayoritas peserta didik telah memahami konsep keliling dan dapat menghitung keliling bangun datar.Beberapa peserta didik dapat memahami konsep keliling, namun belum lancar dalam menghitung keliling bangun datar.Beberapa peserta didik belum memahami konsep keliling.
Pembelajaran terdiferensiasi
  • Peserta didik mengerjakan soal-soal yang lebih menantang yang mengaplikasikan konsep keliling dalam kehidupan sehari-hari.
  • Peserta didik bekerja secara mandiri dan saling memeriksa pekerjaan masing-masing.
  • Pendidik menjelaskan cara menghitung keliling bangun datar
  • Peserta didik diberi latihan untuk berkelompok menghitung keliling bangun datar dengan menggunakan bantuan benda-benda konkret.
  • Jika mengalami kesulian, peserta didik diminta mengajukan pertanyaan kepada 3 teman sebelum bertanya langsung kepada pendidik. Pendidik akan sesekali mendampingi kelompok untuk memastikan
  • agar tidak terjadi miskonsepsi.

*Sumber: Diadaptasi dari LMS/Materi Guru Penggerak