Diperbarui tanggal 9/01/2023

Risiko Saham

kategori Ekonomi dan Keuangan / tanggal diterbitkan 24 Desember 2022 / dikunjungi: 480 kali

Risiko sekuritas atau saham dibentuk oleh dua komponen, yakni risiko yang dapat di diversifikasi (diversifiable risk/ unsystematic risk) dan risiko yang tidak dapat didiversifikasi (nondiversifiable risk/ systematic risk). Motif melakukan portofolio sekuritas adalah untuk menghilangkan risiko yang dapat didiversifikasi. Sementara risiko yang tidak dapat didiversifikasi akan tetap melekat pada tiap individu sekuritas. Dari perspektif teori, hukum yang melekat pada suatu sekuritas pada aset tunggal adalah high risk high return. Investor mendapatkan return karena dia harus menanggung risiko tertentu. Dengan demikian, apabila upaya portofolio telah dilakukan, seharusnya return sekuritas akan berkorelasi positif terhadap risiko yang terdiversifikasi tersebut.

Risiko Sistematis (systematic risk)

“Systematic risk refers to that portion of total variability investment return caused by factor effecting the price of all securities.” Dari definisi tersebut, risiko sistematis mengacu pada bagian variabilitas return saham total yang disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham semua sekuritas. Ciri khas risiko ini adalah bahwa risiko ini tidak dapat dikurangi atau dihilangkan (non
diversiviable risk). Beberapa contoh risiko sistematis sebagai berikut:

Risiko Pasar

Risiko pasar diakibatkan oleh kejadian nyata dan kejadian tidak nyata. Kejadian nyata berhubungan dengan politik, sosial dan ekonomi. Kejadian tidak nyata berhubungan dengan psikologi pasar (market psychological). Risiko pasar biasanya disebabkan oleh reaksi para investor terhadap suatu kejadian nyata, misalnya turunnya tingkat keuntungan berapa perusahaan akan menyebabkan merosotnya harga-harga saham perusahaan tersebut.

Risiko Tingkat Suku Bunga

Risiko tingkat suku bungan merupakan risiko ketidakpastian dalam nilai pasar dan pendapatan di masa yang akan datang yang disebabkan oleh fluktuasi tingkat suku bunga.

Risiko Daya Beli

Secara sederhana risiko ini dikenal sebagai dampak inflasi atau deflasi terhadap suatu investasi. Apabilai tingkat inflasi semakin tinggi maka nilai dari suatu investasi akan menurun.

Risiko Tidak Sistematis (unsystematic risk/ idiosyncratic risk)

Risiko tidak sistematis atau risiko (volatilitas) idiosinkratik merupakan bagian dari risiko total yang sifatnyta khas. Risiko idiosinkratik antara satu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan lainnya. Risiko idiosinkratik dapat dihilangkan dengan cara melakukan diversifikasi (portofolio). Risiko idiosinkratik merupakan risiko yang spesifik pada tiap perusahaan, oleh kerenanya pergerakannya independen terhadap pergerakan pasar. Risiko tidak sistematis/ risiko idiosinkratik adalah risiko yang dapat diabaikan dengan pembentukan portofolio yang terdiri dari beberapa aset finansial (proses diversifikasi), sedangkan risiko sistematis adalah risiko pasar atau yang biasa disebut risiko yang tidak dapat didiversifikasi yang besar kecilnya tergantung pada risiko portofolio pasar. Kedua komponen utama di dalam risiko biasanya disebut total risiko yang dapat diukur dengan standard deviasi dan diasumsikan dengan bahasa matematis sebagai volatilitas, apabila dikondisikan pada waktu tertentu maka disebut conditional volatility.

Hubungan antara mean dan conditional volatility merupakan permasalahan yang cukup penting dalam teori finansial. Banyak teori yang telah menyatakan bahwa asset pricing model menyiratkan suatu hubungan antara tingkat pengembalian dan risiko. Akan tetapi hubungan empiris antara mean dan conditional volatility dari tingkat pengembalian pasar sangat tidak biasa dilakukan. Hal tersebut terbukti sulit untuk menjelaskan seluruh perbedaan crosssectional di dalam pengembalian return saham melalui risiko differential (Fama dan French, 1996).

Kenyataan yang ada bahwa hubungan time series antara return saham dan volatilitas bersifat random walk, karena return saham pada suatu titik waktu sudah mencerminkan seluruh informasi yang ada dan relevan terhadap nilai asset. Return saham berubah hanya jika ada informasi yang sama sekali baru kemunculannya dan sifatnya tidak dapat diduga. Kemunculan informasi baru itu pun akan segera ditanggapi oleh para investor dalam waktu yang relatif singkat yang mendorong return saham kembali ke kondisi ekuilibrium.

Beberapa contoh yang termasuk risiko idiosinkratik ini antara lain:

Risiko bisnis (business risk)

Risiko bisnis merupakan dampak dari kondisi operasional yang dihadapi perusahaan terhadap laba perusahaan dan deviden yang dibagikan kepada pemegang sahamnya. Risiko bisnis ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang bersifat internal meliputi kapasitas manajemen dan efisiensi operasi, sedangkan yang bersifat eksternal adalah siklus bisnis yang dipengaruhi oleh kesehatan perusahaan.

Risiko keuangan (financial risk)

Risiko keuangan berkaitan dengan ketidakpastian return saham sebagai akibat keputusan pembelanjaan yang menyangkut sumber dana perusahaan dan lebih lanjut akan mempengaruhi struktur modalnya. Adapun sumber dana dari luar (financial leverage) akan mengakibatkan adanya beban berupa bunga yang harus dibayar berapapun besarnya laba operasi, sehingga besarnya financial leverage dapat mempengaruhi fluktuasi laba bersih yang dibagikan sebagai deviden. Dalam penelitian ini, penulis bermaksud meneliti dan menguji pengaruh mediasi volatilitas/ risiko idiosinkratik dalam model penilaian aset empat faktor terhadap hubungan atara persistensi akrual terhadap harga saham.

Volatilitas Idiosinkratik dalam Model Empat Faktor

Volatilitas idiosinkratik dalam model empat faktor merupakan volatilitas idiosinkratik dalam model penilaian aset empat faktor yang mempertimbangkan faktor risiko idiosinkratik dari nilai residu hasil regresi selisih imbal hasil (excess return) agar dapat mendeskripsikan dengan baik volatilitas idiosinkratik time series dari return saham individual. Variabel risiko/ volatilitas idiosinkratik turut diperhitungkan dalam model penilaian aset empat faktor agar dapat menangkap hubungan dan pengaruh risiko idiosinkratik ini terhadap ekuilibrium dari harga aset atau nilai saham (Levy, 1978).

Volatilitas idiosinkratik dalam model empat faktor (IVOL) dihitung dengan menggunakan standar deviasi dari nilai residual hasil regresi model empat faktor, seperti yang ditunjukkan pada persamaan berikut ini:

rumus mencari nilai volatilitas idiosinkratik dalam model empat faktor

Selanjutnya nilai residu hasil regresi selisih imbal hasil terebut dimasukkan ke dalam rumus berikut untuk mencari nilai volatilitas idiosinkratik dalam model empat faktor (IVOL) sebagai berikut:

rumus IVOL

Return Saham

Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return saham adalah keuntungan yang dinikmati investor atas investasi saham yang dilakukannya. Return terdiri atas dua komponen, yaitu current income dan capital gain. Current income adalah keuntungan yang didapat melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan secara cepat, sedangkan capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya. Jika harga saham sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga saham periode sebelumnya (Pt-1) maka pemegang saham mengalami capital gain. Jika yang terjadi sebaliknya maka pemegang saham akan mengalami capital loss. Menurut Jogiyanto (2007), menyatakan bahwa tanpa adanya pengembalian yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak mau berinvestasi jika pada akhirnya tidak ada hasil. Lebih lanjut setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan untuk mendapatkan pengembalian.

Menurut Jogiyanto (2007), return saham dibedakan menjadi dua, yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko di masa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high return, low risk low return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar yang tidak rasional. Menurut Adenso (1997) kinerja suatu saham dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk alat pengukur efisiensi perusahaan. Jika harga saham merefleksikan seluruh informasi mengenai perusahaan di masa lalu, sekarang dan yang akan datang, maka kenaikan harga saham dapat dianggap sebagai indikasi perusahaan yang efisien.

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004), terdapat korelasi antara tingkat pengembalian suatu saham dengan perubahan pasar (indeks pasar). Kalau perubahan pasar bisa dinyatakan sebagai tingkat keuntungan indeks pasar, maka tingkat pengembalian suatu saham (Ri) bisa dinyatakan sebagai:

Ri = ai + ßi Rm

Keterangan:
ai : Bagian dari tingkat pengembalian saham i yang tidak dipengaruhi oleh tingkat keuntungan pasar
Rm : Tingkat pengembalian indeks pasar
β i : Parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan pada Ri kalau terjadi perubahan pada Rm

β merupakan parameter untuk mengukur perubahan pada Ri jika terjadi perubahan pada Rm. Jika nilai β = 1 dapat dikatakan perubahan tingkat pengembalian saham I paralel dengan perubahan tingkat pengembalian pasar. Sedangkan jika nilai β >1, perubahan tingkat pengembalian saham i di atas perubahan tingkat pengembalian pasar atau disebut sebagai excess return saham i, sebaliknya jika nilai β < 1, perubahan tingkat pengembalian pasar di atas tingkat perubahan sekuritas i atau disebut excess return saham pasar.

Model pasar menyatakan bahwa return sekuritas adalah fungsi dari indeks pasar. Berbagai jenis proses penghasil return untuk sekuritas sebagai berikut:

Model Faktor

Model faktor atau model indeks mengasumsikan bahwa return sekuritas sensitif terhadap perubahan berbagai macam faktor atau indeks. Model pasar mengasumsikan bahwa terdapat satu faktor return pada indeks pasar. Namun dalam upaya mengestimasi return yang diharapkan, simpangan baku, dan kovarian sekuritas secara akurat, model faktor berganda lebih berpotensi untuk digunakan dibanding model pasar. Model faktor berganda lebih berpotensi karena return nyata sekuritas tidak hanya sensitif terhadap perubahan indeks pasar. Artinya terdapat kemungkinan bahwa lebih dari satu faktor penyebar (pervasive factor) dalam perekonomian yang mempengaruhi return sekuritas.

Model Satu Faktor

Sebagian investor berpendapat bahwa proses penghasil return untuk sekuritas melibatkan faktor tunggal. Model satu faktor dapat diterapkan secara umum dalam bentuk persamaan untuk setiap sekuritas i dengan periode t:

rit = ai + biF t + eit

Keterangan:
F t = nilai faktor yang diramalkan pada periode t
bi = sensitivitas sekuritas i terhadap faktor tersebut.

Jika nilai faktor yang diramalkan adalah nol, return sekuritas = ai + eit

Keterangan:
eit = random error term, artinya nilai itu adalah nilai acak dengan return yang diharapkan nol dan simpangan baku σei.

Model Multifaktor

Situasi perekonomian mempengaruhi hampir semua perusahaan. Jadi perubahan perekonomian yang diramalkan memiliki dampak yang besar terhadap return sebagian besar sekuritas. Namun, perekonomian bukanlah suatu entitas sederhana dan tunggal. Beberapa faktor umum yang dapat mempengaruhi perekonomian yang bisa diidentifikasi: tingkat pertumbuhan GDP, tingkat bunga sekuritas, treasury jangka pendek, spread hasil antara sekuritas, treasury jangka panjang dan jangka pendek, spread hasil antara sekuritas jangka panjang korporasi dan treasury, tingkat inflasi, tingkat harga minyak.

Meskipun banyak metode yang digunakan untuk mengestimasi model faktor, metode-metode ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga pendekatan utama:

  1. Pendekatan deret waktu (time series approach)
    Pendekatan yang paling intuitif bagi investor mungkin adalah deret waktu (time-series). Penyusun model memulai dengan asumsi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi return sekuritas telah diketahui sebelumnya. Identifikasi faktor yang relevan biasanya merupakan hasil dari analisis ekonomi terhadap perusahaan yang bersangkutan. Analisis aspek makroekonomi dan mikroekonomi, organisasi perindustrian dan sekuritas secara mendasar memainkan peran penting pada proses ini.
  2. Pendekatan cuplikan lintas (cross-sectional approach)
    Pendekatan cuplikan lintas (cross-sectional) kurang intuitif dibandingkan pendekatan deret waktu tetapi sering dapat menjadi alat yang tidak kalah unggul. Penyusun model memulai dengan estimasi sensitivitas terhadap faktor-faktor tertentu. Kemudian dalam waktu tertentu, nilai faktor-faktor tersebut diestimasi berdasarkan return sekuritas dan sensitivitas return terhadap faktor-faktor tersebut. Proses ini diulang beberapa periode waktu yang pada akhirnya memberikan estimasi simpangan baku dan korelasi faktor-faktor.
  3. Pendekatan analisis faktor (factor-analytic approach)
    Dalam pendekatan analisis faktor ini, penyusun model tidak mengetahui nilai faktor atau sensitivitas sekuritas terhadap faktor-faktor tersebut. Suatu teknik statistik yang disebut analisis faktor (factor analytic) digunakan untuk mengekstrak jumlah faktor dan sensitivitas sekuritas hanya berdasarkan pada seperangkat return sekuritas masa lalu. Analisis faktor mengambil return sejumlah sekuritas yang dijadikan sampel dari periode ke periode dan berusaha mengidentifikasi satu atau lebih faktor yang secara statistik signifikan, yang dapat menghasilkan kovarian dari return dalam sampel yang diobservasi. Pada intinya, data return memberi informasi kepada penyusun model mengenai struktur model faktor. Sayangnya, analisis faktor tidak menspesifikasi variabel ekonomi apakah yang diwakili oleh faktor.