Diperbarui tanggal 18/Nov/2022

Prokrastinasi Akademik

kategori Ekonomi dan Keuangan / tanggal diterbitkan 18 November 2022 / dikunjungi: 2.58rb kali

Pengertian Prokrastinasi Akademik

Seseorang yang mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu, sesuai batas waktu yang telah ditentukan, sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan sesuatu dengan berlebihan, maupun gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai batas waktu yang telah ditentukan, dikatakan sebagai seorang yang melakukan prokrastinasi. Menurut Rachmahana (dalam Kuswandi, 2009:2) Kata prokrastinasi sendiri berasal dari bahasa Latin “crastinuse” yang mendapat awalan “pro”, sehingga memunculkan kata procrastination. Awalan “pro” berarti mendorong maju atau bergerak maju, sedangkan “crastinuse” berarti keputusan hari esok. Sehingga menurut asal kalanya, istilah procrastination berarti menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya. Prokrastinasi merupaka kecenderungan menunda memulai menyelesaikan tugas dengan melakukan aktivitas lain yang tidak berguna sehingga tugas menjadi terhambat, tidak selesai tepat waktu, dan sering terlambat.

Prokrastinasi berarti menanguhkan aksi, menunda, menunda sampai hari atau waktu yang akan datang. Prokrastinasi adalah tendensi individu dalam merespon tugas yang dibebankan. Prokrastinasi dilakukan dengan cara mengulur ulur waktu untuk memulai maupun menyelesaikan kinerja, secara sengaja melakukan aktivitas lain yang tidak dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Menurut Millgram (dalam Sandra dan Djalali, 2017 :218) Prokrastinasi adalah perilaku spesifik, meliputi:

  1. Penundaan, baik untuk memulai maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas;
  2. Menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih jauh, misalnya keterlambatan menyelesaikan tugas maupun kegagalan dalam mengerjakan tugas;
  3. Melibatkan suatu tugas yang dipresepsikan oleh prokrastinator sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan, misalnya: tugas kantor dan tugas kursus;
  4. Menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan, misalnya perasaan cemas, perasaan bersalah dan sebagainya.

Menurut Lay (dalam Triyono dan Khairi, 2018:59) mengungkapkan prokrastinasi merupakan tindakan penundaan atau menunda menyelesaikan sesuatu pekerjaan untuk beberapa waktu kedepan, sebab tugas atau pekerjaan itu dianggap berat, kurang menarik dan menyenangkan. Ketika seseorang melakukan prokrastinasi akan berdampak buruk bagi orang tersebut. Dampak buruk untuk dirinya sendiri itu adalah pencapain akademik yang diinginkan rendah karena individu tersebut selalu menunda-nunda tugasnya yang harus dikumpulkan, kualitas hidup menurun karena individu menunda-nunda kegiatan yang menunjang kualitas hidup, contohnya malas berolahraga. Seseorang yang melakukan prokrastinasi ini akan mengalami stres, perasaan cemas dan rasa bersalah. Ketika bebas pekerjaan yang menumpuk, harus nya bisa diselesaikan sedikit demi sedikit tetapi tak kunjung dikerjakan maka seseorang akan stress melihat tugas yang sudah menumpuk. Adanya perasaan cemas yang membuat seseorang merasa ketakutan yang luar biasa terhadap tugasnya yang tertunda-tunda itu sehingga ia merasa tidak akan bisa menyelesaikannya.

Prokrastinasi dapat dikatakan sebagai salah satu perilaku yang tidak efisien dalam menggunakan waktu, dan adanya kecenderungan untuk tidak segera memulai suatu kerja ketika menghadapi suatu tugas. Prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai segi, karena prokrastinasi ini melibatkan berbagai unsur masalah yang komplek, yang saling terkait satu dengan lainnya. Menurut Djamahari, Dewahrani dan Octaviani, (2020:9) Penundaan dapat menyebabkan penurunan produktivitas rendah, tugas tidak diselesaikan, atau diselesaikan, namun tidak maksimal karena dikerjar deadline. Prokrastinasi tidak hanya suatu penundaan atau kecenderungan menunda-nunda suatu kerja. Namun prokrastinasi juga bisa dikatakan penghindaran tugas, yang diakibatkan perasaan yang tidak senang terhadap tugas dan ketakutan untuk gagal dalam mengerjakan tugas. Prokrastinasi juga bisa sebagai suatu kebiasaan seseorang terhadap respon dalam mengerjakan tugas.

Menurut Shinta dan Purwanto, (2015:46) adanya hukuman yang diberikan kepada seseorang berpengaruh akan menimbulkan prokrastinasi. Ketika seseorang mendapat hukuman maka ia semakin menghindari prokrastinasi. Sebaliknya, semakin ia mendapatkan hukuman maka semakin sering ia melakukam prokrastinasi. Selain itu, suasana lingkungan yang kebanyakan menganggap perilaku prokrastinasi sebagai hal yang wajar maka akan semakin banyak individu yang melakukan prokrastinasi.
Menurut Reswita, (2018:27) Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas kuliah dan makalah.

Sutriyono, Riyani dan Prasetya, (2012:128) menyatakan bahwa prokrastinasi akademik merupakan tindakan penundaan yang dilakukan secara sengaja terhadap tugas-tugas dalam lingkup kehidupan akademik yang berguna untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Safitri, Purnamasari dan Wakhyudin, (2020:32) prokrastinasi akademik merupakan suatu perilaku yang
bertujuan untuk menunda tugas yang berhubungan dengan tugas akademik yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang dan mengganti aktivitas-aktifitas yang tidak penting sehingga tugas tidak dikerjakan. Prokrastinasi bisa juga disebut sebagai keterlambatan atau kegagalan menyelesaikan suatu aktivitas karena kecenderungan untuk menunda pekerjaan.

Berdasarkan uraian diatas tersebut, prokratinasi akademik dapat dirumuskan sebagai suatu penundaan dalam memulai atau menyelesaikan suatu tugas secara sengaja dan berulang dengan melakukan aktivitas lain sehingga mengakibatkan terhambatnya penyelesaian tugas atau aktivitas.

Ciri –Ciri Prokrastinasi Akademik

Menunda tugas yang berkaitan dengan tugas akademik disebut juga dengan prokrastinasi akademik. Menurut Ferrari (Arumsari & Muzaqi, 2009:34) adapun ciri-ciri prokrastinasi akademik adalah sebagai berikut:

  1. Penundaan untuk memulai ataupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi. Individu yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda untuk memulai menyelesaikannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya.
  2. Adanya keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Individu yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam menyelesaikan suatu tugas. Seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri utama dalam prokrastinasi akademik. Seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian pekerjaan, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Tindakan tersebut yang terkadang mengakibatkan individu tidak berhasil menyelesaikan pekerjaannya secara memadai.
  3. Adanya kesenjangan waktu antara rencana dengan kenerja actual dalam mengerjakan tugas. Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana yang telah dia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai menyelesaikan tugas pada waktu yang telah ia tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba ia tidak juga melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan ketidaksesuaian antara niat atau rencana untuk menyelesaikan tugasnya.
  4. Adanya kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih mendatangkan hiburan dan kesenangan. Seorang procrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang ia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang ia miliki untuk menyelesaikan tugas yang harus diselesaikannya.
    Menurut Chu dan Choi (dalam Mohammed, Eissa dan Mostofa, 2013:5) mengungkapkan bahwa ada dua bentuk penunda yaitu penunda pasif, dan penunda aktif. Orang yang suka menunda-nunda pasif adalah orang yang akan gagal menyelesaikan tugas tepat waktu, sedangkan orang yang suka menunda aktif akan menunda tugasnya sampai menit terakhir, merekalah yang “bekerja lebih baik dibawah tekanan”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan atau terwujudkan dalam indicator tertentu yang dapat diukur dan diamati pada ciri-ciri tertentu meliputi penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan pekerjaan pada tugas yang dihadapi, meliputi melakukan penundaan untuk memulai menyelesaikan tugas, melakukan penundaan untuk menyelesaikan tugas secara tuntas, kelambanan dalam menyelesaikan tugas, meliputi membutuhkan waktu yang lama untuk mempersiapkan diri untuk memulai menyelesaikan tugas, tidak memperhitungkan waktu yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas, Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, meliputi keterlambatan dalam memenuhi batas waktu yang ditentukan dalam menyelesaikan tugas, ketidaksesuaian antara niat atau rencana untuk menyelesaikan tugas, dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan, meliput melakukan kegiatan yang lebih menyenangkan dari pada menyelesaikan tugas.

Menurut Solomon & Rothblum (Arumsari & Muzaqi, 2009:35) ciri-ciri prokrastinasi akademik terdiri dari enam area akademik yaitu:

  1. Tugas Magang
    Mencakup penundaan melaksanakan kewajiban menulis makalah, laporan atau tugas mengarang lainnya.
  2. Belajar Menghadapi Ujian
    Mencakup penundaan belajar untuk menghadapi ujian tengah semester, atau kuis-kuis.
  3. Membaca
    Menunda membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan tugas akadek yang diwajibkan.
  4. Kinerja Tugas Administratif
    Penundaan mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas administrative. Menyalin catatan kuliah, mendaftarkan diri dalam presendi kehadiran, daftar peserta pratikum, dan lain-lain.
  5. Menghadiri Pertemuan
    Penundaan atau keterlambatan menghadari kuliah, pratikum, dan pertemuan-pertemuan lain.
  6. Kinerja Akademik Secara Keseluruhan. 
    Menunda kewajiban mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik lainnya secara keseluruhan.

Prokrastinasi dapat dipandang dari batasan tertentu, antara lain:

  1. Prokrastinasi hanya sebagai perilaku penundaan , yaitu setiap perbuatan untuk menunda mengerjakan suatu tugas, tanpa mempermasalahkan tujuan dan alas an penundaan.
  2. Prokrastinasi sebagai kebiasaan atau pola perilaku individu yang mengarah pada trait, penundaan yang dilakukan sudah merupakan respons tetap yang selalu dilakukan dalam menghadapi tugas, biasanya disertai adanya keyakinan-keyakinan yang irasional.
  3. Prokrastinasi sebagai suatu trait kepribadian, prokrastinasi tidak hanya perilaku menunda saja, tetapi merupaikan trait yang melibatkan komponen-kommponen perilaku maupun struktul mental lain yang saling berkaitan dapat diketahui secara langsung Maupin tidak langsung.

Menurut Haynes (2010:53) mengungkapkan ketika seseorang menunda itu disebabkan oleh tugas yang membosankan, sulit, tidak menyenangkan, atau memerlukan kerja keras tetapi pada akhirnya memerlukan penyelesaian. Ada pertimbangan gagasan ketika hal itu terjadi yaitu:

  1. Tetapkan tenggat waktu untuk menyelesaikan tugas dan taatilah.
  2. Buatlah system penghargaan. Contohnya , katakana kepada diri sendiri, “Jika saya sudah menyelesaikan tugas ini, saya akan menikmati hidangan lezat
    bersama orang istimewa.” Atau, “Saya tidak akan pulang ke rumah jika saya belum menyelesaikan tugas ini.”
  3. Aturlah dengan seseorang (teman) agar secara rutin memeriksa bersama atas kemajuan tugas yang cenderung ditunda.
  4. Selesaikan tugas yang tidak disukai pada wal hari sehingga bisa segera menyingkirkannya dan mengerjakan tugas yang lebih mudah dengan senang hati.

Indikator Prokrastinasi Akademik

Menurut Ghufron dan Risnawati, (2011:152) mengatakan bahwa dalam indikator prokrastinasi akademik yang dapat di ukur dan di amati terdiri dari 4 hal yaitu:

  1. Perceived time, merupakan kecenderungan seorang prokrastinator salah satunya gagal menepati deadline. Mereka berorientasi pada masa sekaramg dan tidak mepertimbangkan masa mendatang. Prokrastinator tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera di selesaikannya jika ia sudah memulai pekerjaan nya tersebut. Hal ini mengakibatkan individu tersebut gagal memprediksikan waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas.
  2. Intention-action gap, merupakan celah antara keinginan dan perilaku ataupun tindakan. Perbedaan antara keinginan dengan tindakan hal ini terwujud pada kegagalan siswa dalam mengerjakan tugas akademik walaupun
    siswa tersebut punya keinginan untuk mengerjakannya. Hal ini terkait pula dengan batas waktu. Seorang siswa mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas nya pada waktu yang telah ia tentukan sendiri, akan tetapi saat waktunya telah tiba dia tidak juga melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang telah ia rencakan sehingga menyebabkan keterlambatan atau bahkan kegagalan dalam menyelesaikan tugas secara memadai.
  3. Emotional distress, merupakan salah satu aspek yang tampak dari perasaan cemas saat melakukan prokrastinasi. perilaku menunda-nunda akan membawa perasaan tidak nyaman pada pelakunya (siswa), konsekuensi negative yang ditimbulkan memicu kecemasan dalam diri pelaku prokrastinasi. Pada mula nya siswa tenang karena merasa waktu yang tersedia masih banyak .tanpa terasa waktu sudah hampir habis,ini menjadikan mereka merasa cemas karena belum menyelesaikan tugas.
  4. Perceived ability, merupakan keyakinan terhadap kemampuan diri pada seseorang. Keragu-raguan seseorang terhadap kemampuan diri akan menyebabkan seseorang melakukan prokrastinasi.mengambil keputusan.

Dari uraian diatas, maka yang dimaksud prokrastinasi akademik atau penundaan adalah perilaku yang bersifat kebiasaan dalam menunda-nunda pekerjaan/tugas akademik dengan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan sehingga menimbulkan beberapa dampak negative pada pelakunya yang di jelaskan oleh indikator seperti takut, stress, terlambat dalam mengerjakan tugas dan kurang keyakinan dalam dirinya.

Jenis-Jenis Prokrastinasi Akademik

Ferrari (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010:154) membagi prokrastinasi menjadi dua: a. Functional procrastination, yaitu penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat. b. Disfunctional procrastination yaitu penundaan yang tidak bertujuan, berakibat jelek dan menimbulkan masalah. Ada dua bentuk prokrastinasi yang disfunctional berdasarkan tujuan mereka melakukan penundaan, yaitu decisional procrastination dan avoidance procrastination. Menurut Ferrari, Decisional procrastination adalah suatu penundaan dalam mengambil keputusan. Bentuk prokrastinasi ini merupakan sebuah anteseden kognitif dalam menunda untuk mulai melakukan suatu kerja dalam menghadapi situasi yang dipersepsikan penuh stress . Jenis prokrastinasi ini terjadi akibat kegagalan dalam mengindentifikasikan tugas, yang kemudian menimbulkan konflik dalam diri individu, sehingga akhirnya seorang menunda untuk memutuskan masalah. Decisional procrastination berhubungan dengan kelupaan, kegagalan proses kognitif, akan tetapi tidak berkaitan dengan kurangnya tingkat intelegensi.

Avoidance procrastination atau Behavioral procrastination adalah suatu penundaan dalam perilaku tampak. Penundaan dilakukan sebagai suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk dilakukan. Prokrastinasi dilakukan untuk menghindari kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan yang akan datang.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik

Noran, (dalam Akinsola, Tella, & Tella, 2007) mengungkapkan faktor terjadinya penundaan, yaitu manajemen waktu, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, ketakutan dan kecemasan terkait dengan kegagalan, dan kurang yakin terhadap kemampuan yang dimiliki.

  1. Manajemen waktu. Individu yang sering mengerjakan tugas lain disamping tugas utamanya akan membuat indivu tersebut memnjadi tidak focus dalam menyelesaikan tugas utamnya sehingga tugasnya tidak terselesaikan dengan baik dan tidak selesai dengan tepat waktu. Individu yang melakukan hal demikian menunjukkan bahawa ia tidak dapat mengelolah waktu yang ada dengan bijak. Sehingga prioritas dan tujuan yang ingin dicapai tidak ada kepastian.
  2. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Individu yang mempunyai tingkat konsentrasi yang rendah akan mempunyai peluang untuk melakukan prokrastinasi yang disebabkan oleh lingkungan yang bising, tempat belajar yang berantakan atau menyelesaikan tugas ditempat yang tidak sesuai.
  3. Ketakutan dan kecemasan terkait dengan kegagalan. Individu yang memiliki rasa takut dan cemas yang tinggi akan menghabiskan banyak waktu hanya untuk menghawatirkan apa yang akan terjadi dari pada mencari cara untuk menyelesaikannya.
  4. Kurang yakin terhadap kemampuan yang dimiliki. Individu yang memiliki sikap perfeksionis akan menjadi alasan terjadinya prokrastinasi dimana harapannya
    tidak sesaui dengan kenyataan sehingga ada alasan untuk menunda-nunda pekerjaannya.

Faktor yang mempengaruhi perilaku prokrastinasi adalah Ferrari (dalam Basri, 2017:60), menurutnya ada tiga faktor internal individu yang dapat mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi, yaitu kondisi kodrati, psikologis dan kondisi fisik individu.

  1. Faktor Internal yaitu faktor yang terdapat dari dalam individu antara lain:
    1. Kondisi kodrati, kondisi kodrati individu merupakan faktor alamiah sebagai organisme. Terdiri dari jenis kelamin, umur, dan urutan kelahiran. Jenis kelamin juga dapat menjadi faktor yang menentukan perilaku prokastinasi. Sebagaimana laki-laki memiliki kecenderungan prokrastinasi yang lebih tinggi dibanding perempuan. Kemudian faktor kodrati lainnya adalah usia. Semakin dewasa atau tua usia seseorang semakin berkurang perilaku prokrastinasinya. Terakhir, faktor kodrati lainnya adalah urutan kelahiran. Anak sulung cenderung lebih diperhatikan, dilindungi, dibantu, apalagi orang tua belum berpengalaman. Sedangkan anak bungsu cenderung dimanja, apalagi bila selisih usianya cukup jauh dari kakaknya.
    2. Kondisi psikologis, kondisi psikologis individu ini sebagaimana dikemukakan oleh Ferrari menyebutkan bahwa prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh adanya keyakinan yang tidak rasional dan perfeksionisme. Trait kepribadian yang dimiliki individu turut mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi,
      misalnya hubungan kemampuan sosial dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial.
    3. Kondisi fisiologis, kondisi fisik yang dapat menyebabkan perilaku prokrastinasi adalah kondisi kesehatan. Bahwa kondisi kesehatan seseorang akan menentukan tingkat prokrastinasinya. Kemudian kondisi fisiologis lainnya adalah kelelahan. Jadi, orang yang dalam kondisi fisik kurang fit/sehat, ternasuk juga mengalami kelelahan, akan cenderung malas beraktivitas dan menjadikan kesehatannya sebagai alasan untuk menunda-nunda pekerjaan.
  2. Faktor Eksternal yaitu faktor yang terdapat dari luar individu antara lain:
    1. Gaya pengasuhan orang tua otoriter
      Ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subjek penelitian anak perempuan, sedangakan tingkat pengasuhan otoriter ayah menghasilkan anak perempuan yang bukan procrastinator. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance prokcrastination menghasilkan anak perempuan yang memiliki kecenderungan untuk melakukan avoidance procrastination pula.
    2. Kondisi keluarga yang lineant atau lunak.
      Prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah atau orang tua yang lunak serta memanjakan anaknya dalam pengawasan dari pada lingkungan yang penuh pengawasan.
    3. Kondisi lingkungan.
      Kondisi Lingkungan yang mendukung prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan dari pada lingkungan yang penuh pengawasan.
    4. Banyaknya tugas (Overload Task).
      Banyaknya tugas yang menuntut penyelesaian pada waktu yang hampir bersamaan. Kemudian tugas yang banyak menguras tenaga seseorang sehingga ia mengalami kelelahan dan tidak mampu menyelesaikan tugas.

Menurut Bernard (1991:72) mengungkapkan tentang sepuluh wilayah magnetis yang menjadi faktor-faktor dilakukannya prokrastinasi:

  1. Anxiety
    Anxiety merupakan kecemasan. Kecemasan yang berlebihan akhirnya menjadi kekuatan yang besar untuk melawan dimana tugas-tugas yang seharusnya dapat dikerjakan dengan cepat tetapi tidak di selesaikan sehingga seseorang cenderung menunda tugas dikarenakan memiliki kecemasan yang tinggi. Munculnya perasaan membuat seseorang memilih untuk menghindari tugasnya dengan menunda untuk menyelesaikannya
  2. Self-Depreciation
    Self-Depreciation merupakan pencelaan terhadap diri sendiri. Ketika individu merasa tidak percaya atas dirinya dan selalu menyalahkan dirinya sendiri ketika terjadi kesalahan merupakan seseorang yang memiliki
    penghargaan yang rendah atas dirinya sendiri. Individu ini cenderung menanamkan pikiran negatif terhadap dirinya sendiri yang selalu membandingkan-bandingkan kelemahan dirinya dengan kelebihan orang lain, tidak membuka mata serta bersyukur atas berbagai keistimewaan yang dimilikinya dan tidak percaya diri untuk mendapat masa depan yang cerah.
  3. Low Discomfort Tolerance
    Low Discomfort Tolerance merupakan rendahnya toleransi terhadap ketidaknyaman. Ketika seorang individu menghadapi tugas yang membosankan atau sulit untuk dikerjakan yang akan menyebabkan individu tersebut menghindari dan menarik diri dari tugas-tugas yang membuatnya merasa tertekan. Ketika Iindividu tersebut mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya individu tersebut akan mengalami kesusahan untuk menoleransi rasa frustasi dan kecemasannya, sehingga mereka mengalihkan dirinya untuk tugas-tugas yang mengurangi ketidaknyaman dalam dirinya, misalnya pergi jalan-jalan atau menghabiskan waktunya dengan bermain gadget.
  4. Pleasure-Seeking
    Pleasure-Seeking diartikan sebagai pencari kesenangan. Individu ini ada dalam keadaan dimana menolak mengorbankan kesenangannya untuk mengerjakan suatu tugas sekali pun itu penting. Individu ini yang mencari kesenangan cenderung tidak mau melepaskan kondisi yang membuat dirinya nyaman. Jika seseorang memiliki kecenderungan tinggi dalam mencari situasi yang nyaman, maka individu tersebut akan memiliki hasrat kuat untuk
    bersenang-senang dan memiliki control implus yang rendah. Semakin ia mengabaikan tugasnya atau memilih bersenang-senang dan banyak tugas yang menumpuk sehingga dengan sengaja menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikan.
  5. Time Disorganization
    Time Disorganization merupakan kondisi tidak teraturnya waktu. Keadaan ini ketika seseorang dapat menunda melakukan pekerjaan karena tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengerjakannya, namun dapat pula disebabkan karena terlalu banyak waktu yang terbuang sia-sia. Untuk dapat menyelesaikan suatu tugas harus nya bisa mengatur waktu atau bisa memperkirakan waktu dengan baik berapa lama dalam menyelesaikan tugas tersebut. Sulitnya seseorang memutuskan pekerjaan apa yang penting dan kurang penting untuk dikerjakan merupak aspek lain dari lemahnya pengaturan waktu yang dipunya. Semua pekerjaan terlihat sangat penting sehingga muncul kesulitan untuk menentukan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu.
  6. Environmental Disorganisation
    Environmental Disorganisation merupakan situasi berantakan atau tidak teraturnya lingkungan. Lingkungan yang terlalu bising dan terlalu banyak gangguan yang akan mengakibatkan sulitnya berkonsentrasi pada seseorang sehingga membuat individu menunda melakukan pekerjaanya. Lingkungan yang berantakan atau tidak teratur dengan baik merupakan salah satu faktor prokrastinasi. Ketika lingkungannya tidak teratur bisa terbentuk
    dari interuosi atau penyelaan dari orang lain, kurangnya privasi, banyak sampah atau kertas bertebaran dimana mana, dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pekerjaan tidak tersedia. Ketika banyaknya gangguan pada ruang pekerjaan akan menyulitkan seseorang untuk berkonsentrasi sehingga pekerjaan tidak bisa terselesaikan tepat pada waktunya.
  7. Poor Task Approach
    Poor Task Approach merupakan pendekatan yang lemah terhadap tugas. Keadaan dimana seseorang tidak mengerti bagaimana mengawali atau bagaimana mengerjakan tuga yang diberikan kepadanya, maka hal ini dapat membuat seseorang menunda menyelesaikan tugasnya. Ketika seseorang merasa siap untuk mengerjakan tugas, kemungkinan dia akan membiarkannya kembali pekerjaannya tersebut karena tidak tahu darimana harus memulai sehingga cenderung menjadi tertahan oleh ketidaktahuan tentang bagaimana harus memulai dan menyelesaikan tugas tersebut.
  8. Lack of Assertion
    Lack of Assertion merupakan kurangnya memberikan pernyataan yang tegas. Keadaan dimana seseorang sulit menolak permintaan orang lain yang menyebabkan individu tersebut semakin sulit untuk mengatur waktu dan harus menunda pekerjaan yang harus segera dilakukan. Misalnya ketika seseorang sulit untuk berkata tidak terhadap permintaan yang ditujukan kepadanya sedangkan banyak hal yang harus dikerjakan karena telah dijadwalkan terlebih dahulu. Karena kurang memberi komitmen dan tanggung jawab atas dirinya hal itu bisa terjadi.
  9. Hostility With Other
    Hostility With Other merupakan permusuhan atau kekerasan terhadap orang lain. Kemarahan seseorang terhadap orang lain yang berupa penolakan untuk bekerja sama dengan orang tersebut dengan menunda melakukan tugas yang diperintahkan dan diharapkan orang tersebut bisa memicu permusuhan. Kemarahan ini bisa menimbulkan dendam dan sikap bermusuhan sehingga bisa menuju sikap menolak atau menentang apapun yang dikatakan oleh orang tersebut. Misalnya seseorang merasa kecewa dengan rekan kerjanya sehingga ia enggan melakukan tugas yang rekan kerjanya berikan sehingga akan banyak tugas yang menumpu.
  10. Stress And Fatigue
    Stress And Fatigue merupakan perasaan tertekan dan kelelahan. Stress dan kelelahan cenderung menimbulkan sikap seseorang untuk menunda melakukan pekerjaannya. Ketika seseorang tidak mampu mengerjakan tugas secara maksimal sehingga ia terus menunda pekerjaan tersebut sampai ia tidak merasa lelah dan stress. Ketika banyaknya tuntutan dan semakin lemah sikap individu dalam memecahkan masalah, dan gaya hidup yang kurang baik, maka semakin tinggi stress seseorang.

Menurut Solomon & Rothblum (Arumsari & Muzaqi, 2009:35) juga membagi faktor prokrastinasi menjadi tiga kategori yaitu:

  1. Takut gagal (fear of failure), yaitu kecemasan bila hasil tidak sesuai dengan yang diharapkan, kurang percaya diri, terlalu perfeksionis (memiliki standard sendiri dan ingin lebih sempurna). Ketika seseorang memiliki rasa takut akan kegagalan yang dihadapi akan cenderung melakukan penundaan pekerjaan sampai tugas tersebut benar-benar telah diselesaikan agar meminimalkan mengalami kegagalan. Ketika individu yang memiliki standard kesuksesan yang tinggi dalam segala sesuatu akan merasa tidak berguna bila mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga untuk mengatasi hal tersebut individu itu akan menunggu waktu yang tepat untuk memulai mengerjakan atau melanjutkan menyelesaikan tugasnya.
  2. Tidak menyukai tugas (aversive of the task). Tidak menyukai tugas ini merupakan perasaan tidak suka terhadap tugas, kurang termotivasi mengerjakan tugas dan rasa malas, perasaan dibebani tugas yang telalu berlebihan, karena merasa tugas menimbulkan kebosanan ataupun memerlukan tenaga atau energy yang terlalu banyak menyita banyak waktu sementara tugas lain masih ada untuk dikerjakan. Ketika seseorang memiliki rasa yang tidak suka terhadap tugas akan cenderung melihat tugas tersebut sebagi sesuatu yang tidak menyenangkan, sehingga hal tersebut menyebabkan seseorang tersebut akan melakukan penundaan dalam penyelesaian tugas atau pekerjaan.
  3. Faktor lain, ada beberapa faktor yang mempengaruhi prokrastinasi yaitu kurang mandiri ditandai adanya ketergantungan terhadap orang lain dalam menyelesaikan tugas, memiliki sikap kurang asertif, memiliki sikap pembantah dan sulit mengalami keputusan, mengambil resiko yang berlebihan, kepribadian seperti ini mempunyai peluang besar untuk mengalami penundaan dalam penyelesaian pekerjaannya.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu dan faktor eksternal berupa faktor di luar diri individu. Faktor tersebut dapat menjadi munculnya perilaku prokrastinasi maupun menjadi faktor kondusif (peluang) yang akan menjadi katalisator (penyebab) sehingga perilaku prokrastinasi akademik seseorang semakin meningkat dengan adanya pengaruh faktor tersebut.

Teori Perkembangan Prokrastinasi Akademik

Menurut Ghufron dan Risnawati (2010:160) menjelaskan ada beberapa teori perkembangan prokrastinasi akademik yaitu:

  1. Psikodinamik
    Psikodinamik ini diartikan sebagai trauma atau pengalaman seseorang ketika masa kecil akan mempengaruhi perkembangan kognitif ketika mereka dewasa. Individu yang mengalami trauma terhadap tugas tertentu, misalnya gagal menyelesaikan tugas sekolahnya, akan cenderung melakukan prokrastinasi ketika berhadapan dengan tugas yang sama. Dimana dia akan teringat terhadap pengalaman dan kegagalan dan perasaan tidak menyenangkan yang pernah dialami. Oleh sebab itu, individu tersebut akan menunda mengerjakan tugas yang dipersepsikan akan mendatangkan perasaan seperti masa lalu.
    Menurut Ghufron dan Risnawati (2010:160) konsep tentang seseorang yang menghindari tugasnya bahwa individu tersebut yang dihadapkan dengan tugas yang mengancam ego pada alam bawah sadarnya akan mengakibatkan ketakutan dan kecemasan. Akibat dari penghindaran tugas dan sebagai mekanisme pertahanan diri disebut perilaku penundaan atau prokrastinasi. Seseorang secara tidak sadar melakukan penundaan untuk menghindari penilaian yang dirasakan akan mengancam keberadaan ego atau harga dirinya. Akibatnya tugas yang cenderung dihindari adalah jenis tugas yang mengancam seseorang, misalnya tugas-tugas dikampus.
  2. Behavioristik
    Behavioristic diartikan sebagai perilaku penundaan atau prokrastinasi akademik muncul karena proses pembelajaran. Ketika individu mendapatkan hukuman dalam proses belajar dia akan melakukan prokrastinasi akademik. Dan ketika invidu tersebut sukses dalam melakukan penundaan tersebut, akan cenderung mengulanginya lagi. Karena telah mendapat reward ketika melakukannya akan dijadikan untuk mengulai perilaku yang sama pada masa yang akan datang.
    Adanya objek lain yang memberikan reward yang lebih menyenangkan daripada objek yang diprokrastinasi dapat memunculkan perilaku prokrastinasi akademik. Misalnya seseorang yang bermain game merasa lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas sekolah, akan mengakibatkan tugas sekolah lebih sering ditunda. Di samping reward yang diperoleh, prokrastinasi akademik juga cenderung dilakukan pada jenis tugas sekolah yang mempunyai punishment atau konsekuensi dalam jangka waktu yang lebih lama daripada tugas yang tidak ditunda. Perilaku penundaan atau prokrastinasi juga bisa muncul pada kondisi lingkungan tertentu. Kondisi yang lenient atau rendah dalam pengawasan akan mendorong seseorang untuk melakukan prokrastinasi akademik karena tidak adanya pengawasan akan mendorong seseorang untuk berperilaku tidak tepat waktu.
  3. Kognitif dan Behavioral-kognitif
    Prokrastinasi akademik terjadi karena adanya keyakinan irasional, keyakinan tersebut dapat disebabkan suatu kesalahan dalam mempersepsikan tugasnya, yang memandang suatu tugas sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan. Oleh karena itu, seseorang merasa tidak mampu menyelesaikan tugasnya secara memadai sehingga menunda-nunda menyelesaikan tugas tersebut.

Fear of the failure merupakan ketakukan yang berlebihan untuk gagal. Ketika individu menunda pekerjaannya karena takut jika gagal akan mengakibatkan penilaian negatif terhadap kemampuannya. Sehingga individu tersebut menunda-nunda untuk mengerjakan tugas yang dihadapinya. Orang yang melakukan penundaan akan merasa bila mengalami kegagalan atau hasilnya tidak memuaskan, itu bukkan karena rendahnya kemampuan, tetapi karena ketidaksungguhannya dalam mengerjakan tugas yang dihadapi, yaitu dengan menunda-nunda.