Diperbarui tanggal 12/Nov/2022

Perilaku Konsumtif

kategori Ekonomi dan Keuangan / tanggal diterbitkan 12 November 2022 / dikunjungi: 2.65rb kali

Pengertian Perilaku Konsumtif

Menurut Effendi (2016:5) konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jadi konsumen merupakan suatu tingkah laku yang menyangkut pilihan terhadap suatu produk atau jasa untuk digunakan sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Konsumen dapat digunakan dengan dua istilah yang berbeda untuk menggambarkan kesatuan konsumsi yaitu konsumen organisasi dan konsumen individu.

Konsumen organisasi mencakup perusahaan yang mencari laba atau nirlaba, badan pemerintah, lembaga pemerintah, lembaga sosial semuanya membeli produk dan jasa untuk dijual kembali dalam menjalankan aktivitas organisasinya. Sedangkan konsumen individu adalah konsumen yang secara individual membeli barang dan jasa untuk digunakan dan memenuhi kebutuhan sendiri seperti untuk pemakaian rumah tangga, atau sebagai kado. Pindyck dan Rubinfeld (2014:72) berpendapat bahwa perilaku konsumen adalah penggambaran bagaimana konsumen mengalokasikan jumlah pendapatan yang dimilikinya di antara berbagai barang dan jasa yang tersedia untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka sesuai dengan pendapatan yang dimilikinya.

Hakikat konsumen dapat diartikan sebagai individu, kelompok, badan usaha atau organisasi sebagai pengguna produk atau jasa secara langsung baik melalui pembelian atau pemberian untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan tidak untuk diperdagangkan kembali. Konsumen yang rasional biasanya memiliki ciriciri antara lain: memilih barang berdasarkan kebutuhan, produk/jasa yang dipilih konsumen memberikan kegunaan optimal, memilih produk atau jasa mutunya terjamin dan memilih produk dan jasa yang harganya sesuai dengan kemampuan konsumen.

Hal yang hampir sama diungkapkan oleh Schiffman dan Kanuk (2007) dalam Suryani (2012) bahwa perilaku konsumen merupakan studi yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan membelanjakan sumberdaya yang tersedia dan dimiliki (waktu, uang dan usaha) untuk mendapatkan barang atau jasa yang nantinya akan dikonsumsi. Dalam studi ini juga dikaji tentang apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, dimana mereka membeli dan bagaimana (berapa sering membeli) dan bagaimana mereka menggunakannya. Perilaku konsumen merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen dalam menggunakan atau mendapatkan barang dan jasa. Di dalam menganalisis perilaku konsumen perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan kegiatan saat pembelian dan juga proses pengambilan keputusan yang menyertai pembelian.

Secara harfiah konsumsi adalah suatu aktivitas memakai atau menggunakan suatu produk barang atau jasa yang dihasilkan oleh para produsen. Konsumsi diambil dari bahasa Belanda yaitu consumptie pengertiannya adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Konsumsi adalah pengguna atau pemakaian barang hasil produksi seperti bahan pakaian, makanan, dan sebagainya yang digunakan langsung untuk memenuhi keperluan hidup. Kegiatan konsumsi merupakan tindakan pemuasan atas berbagai jenis tuntutan kebutuhan manusia.

Chaney (2003) dalam Effendi (2016) menjelaskan bahwa konsumsi adalah seluruh tipe aktivitas sosial yang dilakukan orang sehingga dapat dipakai untuk mencirikan dan mengenal mereka, apa yang mungkin mereka lakukan untuk hidup. Selain itu, gagasan bahwa konsumsi telah menjadi fokus utama kehidupan sosial dan nilai-nilai kultural mendasari gagasan lebih umum dari budaya
konsumen.

Konsumsi dalam arti ekonomi adalah semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan manusia guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Barang yang digunakan oleh manusia dalam berkonsumsi dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu barang produksi dan barang konsumsi. Barang produksi yaitu barang yang dapat dipergunakan melalui proses produksi lebih lanjut atau sebagai alat untuk menghasilkan barang, contoh benang adalah barang produksi, karena akan diproses kembali menjadi tekstil atau kain. Barang konsumsi yaitu barang yang langsung dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Sedangkan tujuan konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup secara langsung dan terpenuhi kepuasan maksimum terhadap barang dan jasa dalam mencapai kemakmuran hidup manusia. Selanjutnya ciri-ciri barang yang dikonsumsi adalah barang yang dihasilkan atau diproduksi oleh manusia, ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup dan akan habis atau mengalami penyusutan sedikit-demi sedikit, akhirnya habis tidak dapat digunakan lagi.

Dalam konsumsi terdapat tiga asas yaitu keseimbangan, surplus dan defisit. Asas keseimbangan maksudnya dalam melakukan tindakan konsumsi jumlah pengeluaran sama dengan jumlah penghasilan yang diterima. Artinya pendapatan seimbang dengan pengeluaran. Asas surplus maksudnya dalam melakukan tindakan konsumsi jumlah pengeluaran lebih kecil atau lebih sedikit dari penghasilan, sehingga terdapat surplus (sisa) pendapatan yang dapat digunakan untuk menabung sebagai persiapan konsumsi yang akan datang. Asas defisit maksudnya dalam melakukan tindakan konsumsi jumlah pengeluaran lebih besar dibandingkan jumlah pendapatan, sehingga menimbulkan kekurangan atau utang. Pola konsumsi seseorang atau rumah tangga secara ekonomi akan sangat tergantung pada pendapatan yang dimilikinya yang dipengaruhi beberapa faktor, antara lain besarnya pendapatan, jumlah anggota dalam keluarga, tingkat harga kebutuhan, tingkat pendidikan dan lingkungan masyarakat.

Konsumtif berasal dari bahasa Inggris consumtive yang berarti sifat mengkonsumsi, memakai, menggunakan, menghabiskan sesuatu, berperilaku boros untuk yang mengonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Dalam artian luas konsumtif adalah perilaku berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah.

Menurut Nur dan Arnasik (2018:3) konsumtif merupakan kegiatan menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa bukan berdasarkan kebutuhan melainkan karna faktor gengsi. Konsumtif adalah suatu tindakan menggunakan suatu produk secara tidak tuntas. Artinya belum habis suatu produk dipakai, seseorang telah menggunakan produk jenis yang sama dari merek lain. Singkatnya konsumtif adalah keinginan untuk mengonsumsi barang dan jasa yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal.

Adapun Sarlito W. Sarwono (1994) dalam (Effendi, 2016) mengatakan bahwa perilaku konsumtif biasanya lebih dipengaruhi oleh faktor emosional dari pada rasional, karena pertimbangan-pertimbangan dalam membuat keputusan untuk membeli atau menggunakan suatu barang dan jasa lebih menitikberatkan pada status sosial, mode dan kemudahan dari pada pertimbangan ekonomis. Ia menambahkan bahwa perilaku konsumtif berkaitan dengan proses belajar. Artinya dalam perkembangan individu akan belajar bahwa memperoleh suatu barang dan jasa atau melakukan perbuatan tentunya dapat memberikan kesenangan atau justru perasaan tidak enak.

Menurut Effendi (2016) Perilaku konsumtif sendiri merupakan sebagai suatu kecenderungan manusia yang melakukan konsumsi tiada batas, di mana manusia lebih mementingkan keinginan dari pada kebutuhan. Individu yang berperilaku konsumtif- konsumen yang bersifat irrasional biasanya memiliki ciri-ciri antara lain: cepat tertarik dengan iklan dan promosi, mengoleksi produk bermerek atau branded yang sudah dikenal luas, memilih produk bukan berdasarkan kebutuhan, melainkan gengsi atau prestise.

Menurut Soffian Assauri (1987) dalam (Effendi, 2016), tingkat keinginan seseorang menempati tingkat yang paling tinggi dalam pembelian. Perilaku konsumtif dapat terjadi karena tindakan pembelian dilakukan ingin tampak berbeda dari yang lain, misalnya remaja melakukan pembelian atau pemakaian dengan maksud untuk menunjukkan bahwa dirinya berbeda dengan yang lain. Kemudian karena ikut-ikutan, seseorang melakukan tindakan pembelian hanya untuk meniru orang lain atau kelompoknya dan mengikuti mode yang sedang trend. Menurut Maslow dalam

Dwiastuti, Shinta, dan Isaskar (2012:61) mengenai teori kebutuhan berjenjang/hirarki kebutuhan manusia. Menurutnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan tingkat rendahnya terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Lima kebutuhan manusia berdasarkan tingkat kepentingannya mulai dari yang paling rendah:

  1. Kebutuhan Fisiologis
    Adalah kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan tubuh manusia untuk mempertahankan hidup (makanan, air, udara, rumah, pakaian, seks). Menurut teori engel, semakin sejahtera seseorang maka semakin kecil persentase pendapatannya untuk membeli makan.
  2. Kebutuhan Rasa Aman
    Merupakan kebutuhan perlindungan bagi fisik manusia. Manusia membutuhkan perlindungan dari gangguan kriminalitas, sehingga ia bisa hidup aman dan nyaman. Keamanan fisik menyebabkan diperolehnya rasa aman secara psikis karena konsumen tidak merasa was-was dan khawatir.
  3. Kebutuhan Sosial
    Berdasarkan kepada perlunya manusia berhubungan satu dengan yang lainnya, karena sesama individu saling membutuhkan.
  4. Kebutuhan Ego
    Yaitu kebutuhan untuk berprestasi sehingga mencapai derajat yang lebih tinggi dari yang lainnya. Manusia berusaha mencapai prestis, reputasi : status lebih baik.
  5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
    Menjadikan dirinya sebagai orang yang terbaik sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya, adalah keinginan untuk bisa menyampaikan ide, gagasan dan sistem nilai yang diyakininya kepada orang lain.

Dikria dan Mintarti (2016:133) mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah kecenderungan membeli atau mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan serta tidak didasarkan atas pertimbangan yang rasional dimana karena individu lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan. Perilaku ini lebih banyak dipengaruhi oleh nafsu yang semata-mata untuk memuaskan kesenangan serta lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan. Sehingga tanpa pertimbangan yang matang seseorang begitu mudah melakukan pengeluaran untuk macam-macam keinginan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pokoknya sendiri. Oleh karena itu, arti kata konsumtif (consumtive) adalah boros atau perilaku yang boros, yang mengonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Menurut Mahrunnisya, Indriayu dan Wardani (2020:2) perilaku konsumtif dapat terus mengakar di dalam gaya hidup remaja, dan menjadi masalah ketika kecenderungan yang sebenarnya wajar dilakukan secara berlebihan.

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku individu dalam mengonsumsi barang ataupun jasa secara berlebihan dan tidak berdasarkan pertimbangan rasional karena individu bukan mementingkan faktor kebutuhan melainkan keinginan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumtif

Menurut Sumarwan (2015:5) dalam Nur dan Arnasik (2018:5), Riset perilaku konsumen terdiri atas tiga perspektif dimana ketiga perspektif tersebut sangat mempengaruhi cara berpikir dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen. Ketiga perspektif tersebut ialah sebagai berikut:

  1. Perspektif Pengambilan Keputusan. Konsumen melakukan serangkaian aktivitas dalam membuat keputusan pembelian. Perspektif ini mengasumsikan bahwa konsumen memiliki masalah dan melakukan proses pengambilan keputusan yang rasional untuk memecahkan masalah tersebut.
  2. Perspektif Eksperiensial (pengalaman). Perspektif ini mengemukakan bahwa konsumen sering kali mengambil keputusan membeli suatu produk tidak selalu berdasarkan keputusan rasional untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Konsumen sering kali membeli suatu produk karena alasan kegembiraan, fantasi, ataupun emosi yang diinginkan.
  3. Perspektif Pengaruh Behavioral. Perspektif ini menyatakan bahwa seorang konsumen membeli suatu produk sering kali bukan karena alasan rasional atau emosional yang berasal dari dalam dirinya. Perilaku konsumen dalam perspektif ini menyatakan bahwa perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti program pemasaran yang dilakukan oleh produsen, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, faktor ekonomi dan undang-undang, serta pengaruh lingkungan yang kuat membuat konsumen melakukan pembelian.

Sedangkan menurut Laily dan Pristiadi (2013:161) mengatakan bahwa konsumsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

  1. Tingkat kekayaan,
  2. Sosial Ekonomi,
  3. Tingkat harga,
  4. Selera,
  5. Tingkat bunga,
  6. Dan lain-lain.

Menurut Suyasa dan Fransisca (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku konsumtif yaitu:

  1. Hadirnya Iklan
    Iklan merupakan pesan yang menawarkan sebuah produk yang ditujukan kepada khalayak lewat suatu media yang bertujuan untuk mempersuasi masyarakat untuk mencoba dan akhirnya membeli produk yang ditawarkan. Iklan mengajak masyarakat untuk melakukan suatu tindakan memakai produk yang tidak habis.
  2. Konformitas
    Konformitas umumnya terjadi pada remaja, khususnya remaja putri. Hal tersebut disebabkan keinginan yang kuat pada remaja putri untuk tampil menarik, tidak berbeda dengan rekan rekannya dan dapat diterima sebagai bagian dari kelompoknya. Konformitas yang jelas terlihat pada remaja putri adalah konformitas pada mode, seperti dalam hal berpakaian, berdandan, dan gaya potong rambut.
  3. Gaya Hidup
    Perilaku konsumtif muncul disebabkan karna gaya hidup budaya barat. Hadirnya pusat-pusat perbelanjaan yang menyajikan segala nama merk terkenal yang berasal dari luar negeri, untuk segala pakaian dan barang mewah membuat seseorang lebih tertarik untuk berbelanja. Pembelian barang bermerk dan mewah yang berasal dari luar negeri dianggap dapat meningkatkan status sosial seseorang.
  4. Penggunaan Kartu kredit
    Penggunaan kartu kredit juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi konsumtif. Dengan kartu kredit membuat penggunanya seringkali membeli dan mengkonsumsi barang secara berlebihan. Hal tersebut disebabkan kartu kredit menyediakan fasilitas kredit bagi penggunanya, dengan fasilitas batas kredit ini membuat penggunanya tak perlu takut tidak memiliki uang saat berbelanja.

Menurut Schiffman-Kanuk (2000:469) dalam Nitisusastro (2012:114) studi tentang perilaku konsumen difokuskan kepada bagaimana individu-individu membuat keputusan keputusan untuk menghabiskan ketersediaan sumber daya yang mereka miliki, seperti waktu, uang dan usaha, untuk mengkonsumsi barang kebutuhan terkait, termasuk di dalamnya jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli itu, kapan mereka membeli itu, dimana mereka membeli itu dan seberapa sering mereka membeli itu. Secara sederhana perilaku konsumen adalah seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan konsumen pada saat akan memutuskan untuk membeli produk guna memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Yang dimaksud produk dalam pengertian ini meliputi produk barang dan jasa. Rangkaian kegiatan itu sendiri meliputi, mengenali kebutuhan, mencari informasi sebelum membeli, memiliki beberapa alternatif, melakukan pembelian, dalam arti mencoba dan membeli ulang dan evaluasi setelah membeli.

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor internal individu dan faktor eksternal individu. Faktor internal individu meliputi, motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian dan sikap. Sedangkan faktor eksternal individu di kategorikan dalam dua kelompok, yakni, upaya pemasaran perusahaan dan lingkungan sosial budaya.

Faktor Interval Individu

Unsur-unsur faktor internal yang terdapat pada setiap individu konsumen, secara rinci dapat dijelaskan seperti berikut.

  1. Kepribadian, adalah hal yang merujuk kepada sifat khas yang melekat pada seseorang dan bagaimana dengan sifat khas tersebut orang yang bersangkutan merespons terhadap semua kejadian lingkungan di sekitarnya.
  2. Pembelajaran, merupakan proses yang mengakibatkan perubahan perilaku seseorang secara tetap, yang disebabkan oleh pengalamannya. Seseorang tidak harus menjalani sendiri pengalaman tersebut secara langsung, akan tetapi bisa belajar dari pengalaman orang lain.
  3. Persepsi, adalah proses dimana sensasi diseleksi, diorganisasi dan diinterpretasikan. Urutan terbentuknya persepsi, dimulai dari penampilan (exposure), kemudian atensi dan diakhiri dengan interpretasi. Persepsi juga berarti kegiatan yang bertujuan untuk menghubungkan pandangan konsumen sebagai individu dengan pengaruh berbagai kegiatan yang bernuansa pemasaran.
  4. Motivasi, adalah prose yang merujuk terhadap penyebab yang mengakibatkan seseorang berperilaku. Perilaku itu sendiri terjadi manakala pada diri konsumen timbul suatu kebutuhan dan atau juga keinginan yang kemudian ingin di refleksikan guna memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut bahkan untuk memuaskannya.
  5. Sikap, adalah hal yang berkaitan dengan pandangan umum seseorang tentang sesuatu dan sifatnya lebih abadi. Sikap juga berarti suatu proses yang berlangsung terus menerus serta merupakan kombinasi antara motivasi, emosi, persepsi dan pembelajaran serta pembentukan kepercayaan seseorang terhadap sesuatu yang ada disekitarnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui unsur-unsur faktor internal yang terdapat pada setiap individu konsumen yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu meliputi, kepribadian, pembelajaran, persepsi, motivasi dan sikap.

Faktor Eksternal Individu

Faktor eksternal individu dibedakan dalam dua kategori yakni, lingkungan sosial budaya dan upaya para pemasar perusahaan.

Lingkungan Sosial-Budaya

  1. Budaya, adalah konsep pemikiran yang kompleks meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, kebiasaan, kemampuan, serta pola tingkah laku yang dibentuk oleh setiap individu atau kelompok individu sebagai anggota masyarakat.
  2. Demografi, ialah ilmu yang menjelaskan tentang kependudukan, yang meliputi ukuran, struktur dan distribusi. Ukuran berkaitan dengan besar atau kecilnya kelompok jumlah penduduk, struktur berkaitan dengan gender,usia,tingkat pendidikan, jenis pendapatan dan tingkat pendapatan, sedangkan distribusi berkaitan dengan penyebaran pemukiman penduduk dikota atau didesa.
  3. Referensi Kelompok, ialah perilaku suatu kelompok dengan latar belakang tertentu didalam masyarakat, yang oleh seseorang individu atau kelompok individu digunakan sebagai pedoman dan acuan dalam pengambilan keputusan pada situasi dan kondisi tertentu. Pengaruh referensi kelompok terhadap keputusan konsumen direfleksikan dalam beberapa kemungkinan, seperti informasi tentang nama perusahaan atau tentang jenis produk yang ditawarkan. Referensi kelompok semakin kuat apabila pemimpin kelompok tersebut memiliki pengaruh yang luas dikalangan masyarakat.
  4. Keluarga, ialah satu unit rumah tangga yang didalamnya turut serta tinggal dan turut serta makan dua atau lebih orang anggota keluarga lainnya dalam satu tempat tinggal. Perilaku konsumsi dan pola membeli dalam satu keluarga umumnya mewarisi perilaku konsumsi dan pola membeli yang dilakukan oleh kepala keluarga.
  5. Status Sosial, didasari atau tidak kehidupan individu seseorang didalam masyarakat secara kelompok telah membentuk sistem kelas sosial, yakni kelompok-kelompok masyarakat yang terbentuk berdasarkan perbedaan dan atau persamaan secara relatip atas sikap, nilai, budaya dan gaya hidup.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa faktor eksternal individu kategori lingkungan sosial budaya yang mempengaruhi perilaku konsumen yakni meliputi, budaya, demografi, referensi kelompok, keluarga dan status sosial.

Indikator-indikator Perilaku Konsumtif

Menurut Pyndick dan Rubinfeld (2014:72) 3 langkah paling mudah untuk memahami perilaku konsumen yaitu:

  1. Preferensi/Selera Konsumen: Langkah pertama adalah mencari cara praktis untuk menggambarkan alasan orang-orang memilih satu produk ketimbang produk lain. Kita akan melihat bagaimana preferensi konsumen atas berbagai barang dapat digambarkan secara grafis dan aljabar.
  2. Kendala Anggaran: Konsumen mempertimbangkan harga. Pada Langkah 2, kita akan mempertimbangkan fakta bahwa konsumen memiliki batasan pendapatan yang membatasi kuantitas barang yang mereka beli.
  3. Pilihan Konsumen: Dengan selera dan pendapatan terbatas yang ada, konsumen memilih untuk membeli kombinasi barang yang memaksimumkan kepuasaan mereka. Kombinasi ini bergantung pada harga berbagai barang. Oleh karena itu, memahami pilihan konsumen akan membantu kita dalam memahami permintaan yaitu, berupa kuantitas barang yang konsumen pilih untuk dibeli bergantung pada harganya.

Menurut Sumartono (2002) indikator perilaku konsumtif, yaitu:

  1. Membeli produk karena iming-iming hadiah. Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika membeli barang tersebut.
  2. Membeli produk karena kemasannya menarik. Konsumen sangat mudah terbujuk untuk membeli produk yang dibungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna menarik. Artinya motivasi untuk membeli produk tersebut hanya karena produk tersebut dibungkus rapi dan menarik.
  3. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi. Konsumen mempunyai keinginan membeli yang tinggi, karena pada umumnya konsumen mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya dengan tujuan agar konsumen selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian yang lain. Konsumen membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri.
  4. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya). Konsumen cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah.
  5. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status. Konsumen mempunyai kemampuan membeli yang tinggi baik dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya sehingga hal tersebut dapat menunjang sifat eksklusif dengan barang yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi. Dengan membeli suatu produk dapat memberikan simbol status agar kelihatan lebih keren dimata orang lain.
  6. Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan. Konsumen cenderung meniru perilaku tokoh yang diidolakannya dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dapat dipakai tokoh idolanya. Konsumen juga cenderung memakai dan mencoba produk yang ditawarkan bila ia mengidolakan publik figur produk tersebut.
  7. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi. Konsumen sangat terdorong untuk mencoba suatu produk karena mereka percaya apa yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan rasa percaya diri.
  8. Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda). Konsumen akan cenderung menggunakan produk jenis sama dengan merek yang lain dari produk sebelum ia gunakan, meskipun produk tersebut belum habis dipakainya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa indikator perilaku konsumtif, yaitu: Membeli produk karena iming-iming hadiah, Membeli produk karena kemasannya menarik, Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi, Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya), Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status. Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan, Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi, dan Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda).