Diperbarui tanggal 12/Nov/2022

Intensi Berwirausaha

kategori Ekonomi dan Keuangan / tanggal diterbitkan 12 November 2022 / dikunjungi: 2.19rb kali

Pengertian Intensi Berwirausaha

Intensi adalah tahapan kecenderungan individu untuk bertindak sebelum keputusan terakhir untuk berperilaku benar-benar dilaksanakan (Fishbenin dan Azam, 2014: 21). Hal ini sejalan dengan pendapat Fishbein & Ajzen (Dalam Suprapti, 2015: 6) Intensi merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjektif individu dalam kaitan antara diri dan perilaku.

Intensi berwirausaha telah terbukti menjadi prediktor terbaik bagi perilaku berwirausaha seseorang (Krueger & Carsrud dalam Indarti dan Rostiani, 2008: 4). Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha. Intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha (Choo & Wong 2006: 49). Menurut Krueger & Carsrud, intensi berwirausaha telah terbukti menjadi prediktor terbaik bagi perilaku berwirausaha seseorang (Indarti dan Rostiani, 2008: 4). Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha. Intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha (Choo & Wong 2006: 49).

Upaya mendorong intensi berwirausaha mahasiswa sudah mulai dilakukan berbagai perguruan tinggi. Namun, hasilnya masih belum terlihat. Lingkungan akademik ternyata tidak memberikan berpengaruh secara signifikan terhadap kewirausahaan mahasiswa Wulandari (2011: 2). Para lulusan perguruan tinggi masih saja tidak mau untuk langsung terjun sebagai wirausahawan (Sondari, 2010: 3).

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa intensi adalah kesungguhan niat atau keinginan seseorang untuk melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu yang dapat digunakan untuk memprediksi suatu perubahan perilaku di masa mendatang karena intensi mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan perilaku yang diinginkan.

Intensi Berwirausahaan Berbasis Teknologi

Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha. Intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha.

  1. Intensi berwirausaha
    Intensi berwirausaha adalah niat seseorang untuk mendirikan suatu bisnis atau menerapkan konsep bisnis yang belum ada dengan sesuatu yang baru. Technopreneurship berasal dari bentukan dua kata, yaitu teknologi dari entrepreneurship. Kata teknologi digunakan untuk merujuk pada penerapan praktik ilmu pengetahuan ke dunia indutri atau sebagai kerangka pengetahuan yang digunakan untuk menciptakan alat-alat untuk mengembangkan keahlian dan mengekstraksi materi guna memecahkan persoalan yang ada.
  2. Kebutuhan Akan Prestasi
    Menurut Lee (Indarti dan Rostiani, 2008: 7) kebutuhan akan prestasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan watak yang memotivasi seseorang untuk menghadapi tantangan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan. konsep kebutuhan akan prestasi sebagai salah satu motif psikologis. Lebih lanjut, menegaskan bahwa kebutuhan akan prestasi sebagai salah satu karakteristik kepribadian seseorang yang akan mendorong seseorang untuk memiliki intensi kewirausahaan. Menurutnya, ada tiga atribut yang melekat pada seseorang yang mempunyai kebutuhan akan prestasi tinggi, yaitu menyukai tanggung jawab pribadi dalam mengambil keputusan, mau mengambil risiko sesuai dengan kemampuannya, dan memiliki minat untuk selalu belajar dari keputusan yang telah diambil.
  3. Efikasi Diri
    Efikasi diri adalah “penilaian diri terhadap kemampuan diri untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang ditetapkan.” Efikasi diri memberikan dasar bagi motivasi manusia, kesejahteraan, dan prestasi pribadi (Hidayat, 2011: 156). Self-Efficacy merupakan salah satu faktor personal yang menjadi perantara atau mediator dalam interaksi antara faktor perilaku dan faktor lingkungan. Self-Efficacy dapat menjadi penentu keberhasilan performansi dan pelaksanaan pekerjaan. Self-Efficacy juga sangat mempengaruhi pola pikir, reaksi emosional, dalam membuat keputusan (Mujiadi, 2003: 86). Persepsi pribadi seperti ini memegang peranan penting dalam pengembangan intensi seseorang. Senada dengan hal tersebut, menjelaskan bahwa efikasi diri mempengaruhi kepercayaan seseorang pada tercapai atau tidaknya tujuan yang sudah ditetapkan Cromie (Indarti dan Rostiani, 2008: 8).
  4. Kesiapan Instrumen
    Menurut Indarti (2004: 34), kesiapan instrumen meliputi akses pada modal, informasi, dan kualitas jaringan sosial. Ketiga hal tersebut termasuk faktor lingkungan yang di-percaya mempengaruhi wirausaha. Environmental support adalah keadaan lingkungan yang baik dan teratur dalam infrastruktur fisik, aset fisik perusahaan, laboratorium litbang dan hal-hal yang tidak berwujud (manusia, modal, rutinitas, sumber daya) memiliki peranan dalam mendorong intensi berwirausaha (Niosi dan Bas dalam Indarti, 2004: 35).
  5. Gender
    Istilah gender dipakai untuk pengertian jenis kelamin secara non-biologis, yaitu secara sosiologis dimana perempuan direkonstruksikan sebagai makhluk yang lemah lembut, sedangkan laki-laki sebagai mahluk yang perkasa. Hal yang sama juga dijelaskan bahwa gender adalah perbedaan peran, perilaku, perangai laki-laki dan perempuan oleh budaya/masyarakat melalui interpretasi terhadap perbedaan biologis laki-laki dan perempuan. Secara umum, sektor wirausaha adalah sektor yang didominasi oleh kaum laki-laki. Mazzarol (2009: 24) membuktikan bahwa perempuan cenderung kurang suka membuka usaha baru dibandingkan kaum laki-laki. Penelitian yang dilakukan Matthews dan Moser (2006: 121) pada lulusan master di Amerika menggunakan studi longitudinal menemukan bahwa minat laki-laki untuk berwirausaha konsisten dibandingkan minat perempuan yang berubah menurut waktu. Schiller dan Crawson (2007:14) menemukan perbedaan signifikan dalam kesuksesan usaha dan kesuksesan dalam berwirausaha antara perempuan dan laki-laki (Indarti dan Rostiani, 2008: 11).
  6. Prestasi Akademik
    Prestasi akademik adalah perubahan dalam hal kemampuan yang disebabkan karena proses belajar. Bentuk hasil proses belajar dapat berupa pemecahan tulisan atau lisan, keterampilan dan pemecahan masalah yang dapat diukur dan dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar (Sobur, 2003: 17). Prestasi akademik seseorang terutama yang terkait dengan bidang usaha, seperti bisnis dan manajemen atau ekonomi dipercaya akan mempengaruhi keinginan dan minatnya untuk memulai usaha baru di masa mendatang. Penelitian yang mengkaji perempuan wirausaha menemukan bahwa perempuan berpendidikan universitas mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi untuk menjadi wirausaha (Lee, dalam Indarti dan Rostiani, 2008: 18).
  7. Pengalaman Kerja
    Seseorang yang memiliki pengalaman bekerja mempunyai intensi kewirausahaan lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah bekerja sebelumnya. Sebaliknya, secara lebih spesifik, penelitian yang dilakukan oleh Mazzarol (2009: 25) membuktikan bahwa seseorang yang pernah bekerja di sektor pemerintahan cenderung kurang sukses untuk memulai usaha, namun, tidak menganalisis hubungan antara pengalaman kerja di sektor swasta terhadap intensi kewirausahaan.

Intensi Untuk Bertindak Secara Wirausaha

Tindakan wirausaha sering kali dilakukan dengan sengaja, para pengusaha bermaksud untuk mengejar peluang-peluang tertentu, memasuki pasar-pasar baru dan menawarkan produk-produk baru dan hal ini jarang merupakan proses diri sebuah perilaku yang tidak disengaja. Intensi menunjukan faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku dan merupakan indikasi-indikasi tentang betapa sulitnya orang-orang bersedia untuk berusaha, serta seberapa banyak upaya yang mereka rencanakan untuk digunakan dalam melaksanakan perilaku tersebut. Pada umumnya, semakin kuat intensi untuk terlibat dalam sebuah perilaku, semakin besar kemungkinan hal itu dilaksanakan. Individu-individu mempunyai intensi-intensi yang lebih kuat untuk bertindak ketika pengambilan tindakan dirasakan lebih layak dan menyenangkan jadi, hal tersebut mencerminkan persepsi mengenai kemampuan seseorang untuk melakukan sebuah pekerjaan tertentu. Kemampuan diri yang tinggi menghasilkan inisiatif dan ketekunan yang lebih baik, sehingga meningkatkan kinerja, kemampuan diri yang rendah akan mengurangi upaya, sehingga menurunkan kinerja.

Indikator Intensi Berwirausahaan

Menurut Isabella (2010: 14) adapun indikator dari intensi berwirausaha adalah sebagai berikut:

  1. Pendidikan
    Pendidikan kewirausahaan merupakan faktor yang penting dalam membentuk budaya wirausaha yang positif. demikian pula mendukung satu kultur tidak hanya memfokuskan pada bagaimana untuk mulai suatu bisnis, finansial dan manajemen, tetapi juga ke sikap lebih luas seperti kreativitas, pengambilan resiko, dan lain-lain (Maguire dalam Isabella, 2010: 14). Pendidikan kewirausahaan berkaitan dengan seperangkat progam pendidikan dan pelatihan yang mencoba mengarahkan pada perilaku kewirausahaan atau memberikan elemen-elemen yang berpengaruh pada intensi seseorang seperti pengetahuan kewirausahaan, menumbuhkan keinginan berwirausaha melalui mengadakan kegiatan kewirausahaan (Selcuk and Turker dalam Isabella, 2010 : 14). Sehingga dari teori di atas dapat simpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan berperan penting dalam mengenali sikap kewirausahaan yang ada pada diri mahasiswa, karena pada dasarnya program dasar pendidikan kewirausahaan umumnya ditargetkan pada mahasiswa yang masih duduk dibangku kuliah.
  2. Pengalaman Kerja
    Ketika seseorang sudah mempunyai pengalaman dalam berwirasusaha maka orang tersebut akan lebih siap dalam mendirikan usaha baru karena sebelumnya sudah memahami kemampuan manajerial. Salah satu contohnya itu seperti mahasiswa yang menyelingkan kegiatan perkuliahannya dengan berjualan onlineshop, jika usaha berjalan dengan baik dan mendapatkan keuntungan yang lumayan maka mahasiswa tersebut akan semakin giat dalam menjalankan usahanya tersebut, sehingga lama kelamaan mahasiswa tersebut dengan sendirinya mampu mengelola penjualannya ataupun produk yang dijualnya.
  3. Orangtua
    Menurut Crant (Isabella, 2010: 17), mahasiswa dengan orang tua yang berwirausaha memiliki intensi berwirausaha karena orang tua mereka sebagai model panutan. Anak–anak yang mempunyai pandangan kewirausahaan dan berasal dari keluarga wirausahawan akan mempunyai pandangan yang positif dan realistik terhadap persyaratan yang diperlukan untuk menjadi seorang pengusaha. (Gray dalam Isabella, 2010) menyatakan orang-orang yang mempunyai dukungan keluarga yang kuat akan siap menghadapi kemampuan dan sumber daya yang diperlukan dalam berwirausaha.

Dari uraian di atas diketahui bahwa indikator dari intensi berwirausaha adalah pendidikan, pengalaman kerja dan keluarga. Dimana pendidikan dapat cepat menumbuhkan intensi berwirausaha pada diri seseorang, karena pendidikan kewirausahaan yang telah dipelajari di sekolah maupun perguruan tinggi memiliki tujuan untuk mendorong siswa/ mahasiswanya memiliki keinginan dalam berwirausaha. Pada seseorang yang telah memiliki pengalaman berwirausaha sebelunya juga dapat maningkatkan keinginan seseorang tersebut dalam membuka usaha mereka sendiri. Dan seseorang yang berlatar belakang wirausaha atau memiliki keluarga yang memiliki usaha dapat cepat menumbuhkan keinginan untuk membuka usaha terlebih usaha yang dijalankan keluarga sudah berhasil.