Diperbarui tanggal 15/Nov/2022

Etos Kerja

kategori Ekonomi dan Keuangan / tanggal diterbitkan 15 November 2022 / dikunjungi: 1.20rb kali

Pengertian Etos Kerja

Menurut Ginting (2016: 2) etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang berarti karakter yang digunakan untuk menggambarkan keyakinan yang memandu atau standar prinsip yang menuntun dan menjadi ciri khas suatu komunitas. Etos memiliki elemen-elemen etika dikarenakan etika merupakan bagian dari alasan atau dasar berpikir, bersikap, dan bertindak (etos). Mengacu pada oxford dictionaries, etos (ethos) adalah the characteristic spirit of a culture, era or community as manifested in its attitudes and aspirations ( semangat yang bersifat khas dari sebuah budaya, era atau komunitas yang diwujudkan dalam sikap dan tekadnya). Sementara itu Oxford Advanced Learner’s Dictionary menambahkan definisi etos (ethos) sebagai “The moral ideas and attitudes that belong to a particular group or society (ide-ide moral, dan prespektif /sudut pandang yang memengaruhi sikap yang dimiliki oleh sebuah kelompok tertentu atau kalangan) (Ginting, 2016 ; 2). Geertz (dalam Sumardjoko, 2010 : 136) mendefinisikan etos sebagai suatu sikap yang mendasari terhadap diri sendiri dan dunia kehidupan yang dipancarkannya. Etos merupakan aspek evaluatif dan bila dihubungkan dengan dunia kerja maka etos membentuk aktivitas yang bermakna bagi kehidupan dan dunia lingkungan. Etos membentuk aktivitas, dalam hal ini merupakan wujud dari partisipasi atau kepedulian dunia lingkungannya.

Ndraha (2005:204) menyatakan bahwa etos merupakan kekuatan pendorong atau penggerak, sehingga manusia siap bekerja keras. Hadiran etos kerja antara lain produktivitas dan kualitas kerja. Sebagai inti budaya, hadiran etos kerja dapat diukur dengan tinggi atau rendah, kuat (keras) atau lemah, tidak dengan baik-buruk atau benar salah.  Menurut Ginting (2016: 7) etos kerja merupakan semangat kerja yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang dalam bekerja, yang berlandaskan etika dan prespektif kerja yang diyakini, dan diwujudkan melalui tekat dan perilaku konkret dalam dunia nyata. Menurut Alma (2010 : 127) etos kerja adalah suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan perhatian yang penuh. Maka pekerjaan itu akan terlaksana dengan sempurna walaupun banyak kendala yang harus di atasi.

Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (dalam Alma, 2010 : 127) etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Selain itu disebutkan bahwa etos kerja adalah:

  1. Keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok orang atau sebuah institusi
  2. Etos kerja merupakan perilaku khas suatu komunitas atau organisasi, mencakup motivasi yang menggerakkan, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, dan standar-standar
  3. Sehimpunan perilaku positif yang lahir sebagai buah keyakinan fundamental dan komotmen total pada sehimpunan paradigma kerja yang integral.

Dari penjelasan diatas, maka dapat disumpulkan bahwa etos kerja adalah yaitu suatu pandangan terhadap kerja yang diwujud nyatakan dalam sikap atau perilaku kerja positif yang disertai dengan komitmen untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan perhatian yang penuh.

Indikator Etos Kerja

Untuk mengukur etos kerja dan mengembangkannya maka harus diketahui dimensi dan indikator etos kerja. Wirawan (2015:280) mengemukakan contoh dimensi dan indikator etos kerja sebagai berikut:

Tabel 2.2 Dimensi dan Indikator Etos Kerja

No Dimensi Indikator
1 Internal locus control
  1. Percaya keberhasilan & kegagalan karena upaya sendiri
  2. Percaya kemampuan diri sendiri
  3. Orang lain tidak menentukan keberhasilan diri
2 Komitmen terhadap pekerjaan
  1. Berkomitmen dalam pekerjaan
  2. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan
  3. Mau melakukan pekerjaan diluar jam kerjanya
  4. Kerja keras merupakan kunci keberhasilan
  5. Malas bekerja merupakan penyebab kegagalan
3 Bekerja merupakan investasi
  1. Bekerja keras akan menghasilkan return on investment
  2. Semakin keras bekerja semakin tinggi hasilnya
4 Bekerja merupakan ibadah Semua agama memerintahkan umatnya untuk bekerja keras
5 Manajemen waktu
  1. Waktu sangat berharga dan tidak dapat diulang
  2. Merencanakan penggunaan waktu untuk produktivitas
  3. Tidak membuang-buang waktu

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja dapat diukur melalui 5 dimensi, yaitu : Internal locus control, komitmen terhadap pekerjaan,bekerja merupakan investasi, bekerja merupakan ibadah, manajemen waktu.

Sifat Etos Kerja

Menurut Kartono (dalam Sumardjoko, 2010:136), mengacu pada pengertian etos sebagai watak, maka dalam psikologi kepribadiannya sering disamakan dengan pengertian watak, yaitu sifat-sifat yang khas dan mencolok pada seseorang dan menampakkan ciri-ciri khusus dari bentuk organisasi, perasaan dan kehendak yang ditujukan pada suatu sistem nilai dan diekspresikan secara konsekuen pada perbuatan atau partisipasi yang sesuai dengan sistem nilai yang hendak dikejar. Orang yang berwatak merupakan orang yang setia pada prinsip hidup dan pada diri sendiri, konsekuen pada perjuangannya dalam mengejar nilai-nilai tertentu meskipun menemukan banyak hambatan dan perubahan. Dengan demikian watak atau etos menekankan pada kualitas kemauan dan niai-nilai etis, siftnya konstan dan selalu terarah secara finalistis.

Manusia selalu mengejar nilai-nilai yang dihayati kebenarannya. Dengan demikian, terdapat hubungan antara manusia sebagai subjek dengan niai-nilai tertentu (nilai yang diyakininya). Norma etis ini menjadi pengarah bagi seluruh aktivitas manusia sehingga watak merupakan aspek susila atau moral dari kemanusiaan. (Suryabrata dalam Sumardjoko, 2010:137). Menurut Sumardjoko (2010:137) Watak merupakan aku-psikhis yang mengekpresikan tingkah laku dan keseluruhan dari aku. Watak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan atau hereditas (endogen) yang dibawa sejak lahir tetapi juga dipengaruhi faktor millieu, yaitu lingkungan hidup, pendidikan, kondisi dan situasi hidup dan kondisi masyarakat (faktor eksogen). Dengan demikian etos memiliki kecenderungan untuk dididik. Watak adalah organisasi kehidupan pengenalan, perasaan dan konatif (kemauan) yang mempunyai objek tertentu, yakni nilai-nilai sehingga merupakan aspek susila/moral dari kemanusian.

Sumardjoko (2010:137) menyatakan bahwa sifat watak atau etos dinamis dan dapat berkembang terus sepanjang hidup manusia. Manusia mengambil sikap dan distansi terhadap dunia dan lingkungannya yang selalu berubah, karena itu maka manusia juga harus selalu mengubah bentuk tingkah laku dan mengubah sikap hidupnya. Menurut Koentjaraningrat (dalam Sumardjoko, 2010:137) jika pemaknaan etos disamakan dengan watak maka di dalamnya mengandung makna aktivitas yang aktif dari individu atau manusia dalam mengejar nilai-nilai oral atau susila dari kemanusiaan yang diyakini kebenarannya sebagai objek final. Apa yang dikejar manusia dan apa tujuan yang diraihnya, ke arah mana ia akan memastikan dirinya menunjukkan bahwa etos memunyai tujuan final, yakni nilai-nilai kebenaran sebagai objek materialnya. Karena aktifitas ini berhubungan dengan nilai yang diyakini sehingga mengandung aspek evaluatif yang akan mepengaruhi kemauan individu berpartisipasi daam lingkungannya. Partisipasi yang melekat dan menjadi simbol sakral dapat membentuk pandangan dunia.

Goldman (dalam Sumardjoko, 2010:138) mendefinisikan pandangan dunia sebagai aktivitas pemberian makna yang menjadi respons terhadap situasi sosial guna menciptakan keseimbangan antara kegiatan masyarakat dan kegiatan sosial.Asumsi tersebut timbul karena (1) perilaku manusia selalu berupa respons terhadap lingkungannya; (2) kelompok sosial cenderung menciptakan pola tertentu yang bereda dari pola yang sudah ada; dan (3) perilaku merupakan usaha secara tetap menuju transendensi.

Menurut Koentjaranigrat (dalam Sumardjoko, 2010:138) nilai-nilai yang dihayati dan diakui kebenarannya oleh masyarakat disebut sebagai sistem nilai budaya. Sistem nilai budaya merupakan konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyaraka tentang apa yang dinggap berharga atau bernilai dalam hidup. Fungsi dari sistem nilai budaya merupakan pedoman tinggi bagi tata kelakuan manusia. Untuk menjawab masalah-masalah apa yang ada dalam sistem budaya.

Pada tahap yang paling tinggi kebudayaan dihayati sebagai sistem kognitif, yakni sebagai sautu kerangka pengetahuan dan pedoman bagi orientasi setiap orang sehingga kebudayaan merupakan pengetahuan kolektif yang akan menentukan persepsi dan defenisi tentang realitas hidup yang meliputi antara lain: (1) apakah dunia sesuatu yang tetap berubah; (2) apakah pada dasarnya manusia baik atau jahat; (3) apakah masyarakat lebih utama dari perorangan; (4) apakah nasib hidup dapat diperbaiki atau harus diterima begitu saja; (5) apakah kehidupan dunia merupakan suatu kontinum atau sutu diskontinum; dan (6) apakah transendensi terpisah dari imanensi atau keduanya resep meresapi. ( Sumardjoko, 2010:139)

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa etos kerja merupakan pandangan hidup seseorang yang pada akhirnya mempengaruhi persepsi terhadap realitas dan memngkinkan untuk mengambil sikap terhadap realitas dunia yang dipahaminya. Etos ini tidak sekedar sebagai pemahaman terhadap sistem nilai tetapi dimanifestasikan ke dalam sistem tingkah laku atau tindakan ke dalam sistem sosial.

Unsur-Unsur Etos Kerja

Sinamo (dalam Sumardjoko, 2010:139) merumuskan etos kerja dari konsep Darma Mahardika yang berakar dari bahasa Sanskerta , yang artinya „Tiga Jalan Keberhasilan?. Tri Dharma Mahardika meliputi butir-butir sebagai berikut.

  1. Mencetak prestasi dengan motivasi akbar. Dengan keterampilan dan pengetahuan yang sama, maka motivasi akbar menjadi faktor pembeda utama. Motivasi merupakan unsur penting untuk mencapai prestasi.
  2. Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner. Kepemimpinan visioner adalah cara untuk mewujudkan apa yang dibayangkan bisa terjadi atau harus terjadi. Yang dimaksud dengan kepemimpinan di sini tidak terbatas pada organizational leadership, tetapi terutama self-leadership.
  3. Mencapai nilai baru dengan inovasi kreatif. Produksi dan sajian nilai yang dibuat melalui prestasi dan visi pada suatu saat akan mengalami keusangan karena pesaing dapat menyajikan yang lebih baik. Jadi, harus ada kemampuan untuk memperbaruhi sajian nilai agar tetap unggul.
    Dari ketiga Tri Dharma Mahardika ini kemudian dijabarkan menjadi delapan pasang perilaku sukses, yaitu perilaku yang menunjukkan adanya (1) kerja tulus penuh rasa syukur; (2) kerja benar penuh rasa syukur; (3) kerja tuntas penuh integritas; (4) kerja keras penuh semangat; (5) kerja serius penuh kecintaan; (6) kerja penuh kreativitas; (7) kerja penuh keunggulan; dan (8) kerja paripurna penuh kerendahan hati.

Etos kerja pada hakikatnya merupakan pandangan hidup seseorang yang mempengaruhi persepsinya terhadap realitas dan memungkinkannya untuk mengambil sikap terhadap realitas dunianya yang dipahaminya. Etos ini tidak sekedar sebagai pemahaman terhadap sistem nilai, tetapi dimanifestasikan ke dalam sistem tingkah laku atau tindakan ke dalam sistem sosial. Sumardjoko, 2010:142)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa etos kerja dapat mengajarkan kepada individu untuk membangun kebiasaan-kebiasaan positif yang secara tulus dan iklas dari hatinya dalam upaya memberikan pelayanan berkualitas tinggi kepada setiap orang tanpa terkecuali.