Diperbarui tanggal 17/Des/2022

Pertumbuhan Ekonomi

kategori Ekonomi Pembangunan / tanggal diterbitkan 16 Desember 2022 / dikunjungi: 689 kali

Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil suatu perekonomian riil atau pendapatan riil. Jadi suatu perekonomian dapat dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi output riil. Pertumbuhan ekonomi juga didefinisikan sebagai peningkatan dalam kapasitas suatu bangsa dalam jangka panjang untuk memproduksi aneka barang dan jasa bagi masyarakat, kapasitas ini bertumpu pada kemajuan teknologi produksi (Gerardo,P, dkk, 1991). Menurut Todaro (2004) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur prestasi ekonomi suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang. Karena pada dasarnya aktifitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksiuntuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki masyarakat. Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan bila seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari tahun sebelumnya.

Teori Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan beberapa ahli ekonomi yaitu:

Teori Pertumbuhan Klasik

Adam Smith merupakan ahli ekonomi yang pertama kali mengemukakan kebijaksanaan laissez-faire, dan merupakan ahli ekonomi yang banyak berfokus pada permasalahan pembangunan. Dalam bukunya An Inquiry into the Natural and Causes of the Wealth of Nation (1776) ia menemukan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang yang sistematis. Inti dari proses pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith dibagi menjadi dua aspek utama yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan Output

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses kenaikan kapasitas produksi perekonomian yang diwujudkan kedalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.

Sistem produksi nasional suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu:

  1. Sumber daya alam (faktor produksi tanah)
  2. Sumber daya manusia (jumlah penduduk)
  3. Stok kapital yang tersedia.

Sumberdaya alam merupakan faktor pembatas (batas atas) dari pertumbuhan ekonomi. Selama sumberdaya alam belum sepenuhnya dimanfaatkan maka yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah sumberdaya manusia (tenaga kerja) dan stok kapital. Namun, jika sumberdaya alam telah dimanfaatkan sepenuhnya (dieksploitir) atau dengan kata lain batas atas daya dukung sumberdaya alam telah dicapai maka pertumbuhan ekonomi akan berhenti. Sumber daya manusia atau jumlah penduduk dianggap mempunyai peranan yang pasif di dalam pertumbuhan output. Artinya, jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan tenaga kerja di suatu masyarakat, berapapun tenaga kerja yang dibutuhkan akan dapat terpenuhi.

Dengan demikian, faktor tenaga kerja bukan kendala di dalam proses produksi nasional. Faktor kapital merupakan faktor yang aktif dalam pertumbuhan ekonomi. Akumulasi kapital sangat berperanan dalam proses pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan Penduduk

Mengenai peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi, Adam Smith berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar, maka akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Perkembangan spesialisasi dan pembagian kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi karena adanya spesialisasi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi (Sukirno, 2011). 

Pandangan Ricardo (2011) mengenai proses pertumbuhan ekonomi berfokus pada laju pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga mengungkapkan adanya keterbatasan faktor produksi tanah yang bersifat tetap sehingga akan menghambat proses pertumbuhan ekonomi (the law of demishing return). Proses pertumbuhan ekonomi menurut David Ricardo dalam ( Sadono Sukirno 2011) yaitu:

  • Pada permulaannya jumlah penduduk rendah dan kekayaan alam masih melimpah sehingga para pengusaha memperoleh keuntungan yang tinggi. Karena pembentukan modal tergantung pada keuntungan, maka laba yang tinggi tersebut akan diikuti dengan pembentukan modal yang tinggi pula. Pada tahap ini maka akan terjadi kenaikan produksi dan peningkatan permintaan tenaga kerja.
  • Pada tahapan kedua, karena jumlah tenaga kerja diperkerjakan bertambah, maka upah akan naik dan kenaikan upah tersebut akan mendorong pertambahan penduduk. Karena luas tanah tetap, maka makin lama tanah yang digunakan mutunya akan semakin rendah. Akibatnya, setiap tambahan hasil yang diciptakan oleh masing-masing pekerja akan semakin berkurang. Dengan semakin terbatasnya jumlah tanah yang dibutuhkan, maka harga sewa lahan akan semakin tinggi. Hal ini akan mengurangi keuntungan pengusaha yang menyebabkan pengusaha tersebut mengurangi pembentukan modal dan menurunkan permintaan tenaga kerja yang berakibat pada turunnya tingkat upah.
  • Tahap ketiga ditandai dengan menurunnya tingkat upah dan pada akhirnya akan berada pada tingkat minimal. Pada tingkat ini, perekonomian akan mencapai stationary state. Pembentukan modal baru tidak akan terjadi lagi karena sewa tanah yang sangat tinggi menyebabkan pengusaha tidak memperoleh keuntungan.

Teori Pertumbuhan Neo Klasik

Teori pertumbuhan neo klasik dikembangkan oleh Sollow (1956) adalah akumulasi stok capital dan kaitannya dengan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi dan menabung, konsekuensi dari asumsi teori pertumbuhan neo klasik terutama Diminishing Return to Scale adalah selama Gross Invesment lebih besar dari tingkat depresiasi dan pertumbuhan penduduk maka investasi baru akan mendorong pertumbuhan melalui proses Capital Deepening.

Ahli ekonomi Neo-Klasik yang terkenal, yaitu Yoseph Schumpeter, dalam bukunya The Theory of Economics Development menekankan tentang peranan pengusaha dalam pembangunan. Menurutnya pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan terputus-putus (discountinuos). Pembangunan ekonomi disebabkan oleh karena adanya perubahan-perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Sebagai kunci dari teori Schumpeter adalah bawa untuk perkembangan ekonomi, faktor yang terpenting adalah entrepreneur, yaitu orang yang memiliki inisiatif untuk perkembangan produk nasional. Yoseph Schumpeter berkeyakinan bahwa pembangunan ekonomi diciptakan oleh inisiatif golongan pengusaha yang inovatif, yaitu golongan masyarakat yang mengorganisasikan barang-barang yang diperlukan masyarakat secara keseluruhan. Merekalah yang menciptakan inovasi dan pembaharuan dalam perekonomian. Pembaharuan yang diciptakan para pengusaha itu dalam bentuk (Suryana, 2000):

  1. Memperkenalkan barang baru.
  2. Menggunakan cara-cara baru dalam memproduksi barang.
  3. Memperluas pasar barang ke daerah-daerah baru.
  4. Mengembangkan sumber bahan mentah yang baru.
  5. Mengadakan reorganisasi dalam suatu perusahaan atau industri.

Menurut teori Schumpeter, semakin tinggi tingkat kemajuan perekonomian, maka makin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat dan pada akhirnya akan terjadi keadaan yang tidak berkembang (stationary state). Namun, berbeda dengan pandangan Klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yaitu jumlah dan kualitas penduduk, sumber daya modal dan teknologi, sistem sosial dan sikap masyarakat, sumber daya alam, luas pasar atau pangsa pasar. Adanya perkembangan teknologi, menurut pandangan Neo-Klasik merupakan salah satu faktor pendorong kenaikan pendapatan nasional, yang dimaksud dengan perkembangan teknologi dalam teori ini adalah penemuan-penemuan baru yang relatif lebih bersifat penghematan buruh sehingga dengan adanya kemajuan teknis akan menciptakan permintaan yang kuat akan barang-barang kapital. Proses perkembangan ekonomi menurut teori ini adalah sebagai hasil dari hubungan harmonis antara faktor internal dan faktor eksternal ekonomi. Faktor internal ekonomi timbul karena adanya kenaikan skala produksi sebagai akibat adanya efisiensi (hasil dari adanya mesin-mesin baru, spesialisasi, pasar yang lebih luas, dan manajemen yang lebih baik), sedangkan eksternal ekonomi timbul sebagai akibat adanya perkembangan industri yang saling ketergantungan dan komplementer dari berbagai sektor produksi dalam perekonomian.

Model pertumbuhan neo klasik menggunakan fungsi produksi dengan dua faktor yaitu capital dan tenaga kerja. Fungsi produksi neo klasik dapat dirumuskan menjadi:

Q = f(K/L)

Sehingga fungsi produksi perkapita dapat diformulasikan menjadi

Y = f (K)

Dimana :
Y = PDB perkapita (Q/1)
K = Barang modal perkapita (K/1)

Teori Keynes

Teori Keynes didasarkan pada adanya pengangguran siklis yang terjadi akibat dari adanya depresi ekonomi. Menurut Keynes pengangguran merupakan akibat dari kurangnya permintaan efektif dan untuk mengatasinya Keynes menyarankan agar memperbesar pengeluaran konsumsi. Dalam hal ini Keynes menganjurkan adanya campur tangan pemerintah melalui kebijakan fiscal dan kebijakan moneter yang dapat mempengaruhi permintaan.

Dalam teorinya Keynes menganggap tabungan sebagai sifat sosial yang buruk karena kelebihan tabungan menyebabkan kelebihan penawaran sehingg produsen dapat merugi yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja yang besar-besaran yang akhirnya menciptakan suatu keadaan ekonomi yang buruk.

Teori Richardian

David Richardo mengungkapkan bahwa faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi ialah buruh, pemupukan modal dan perdagangan luar negeri. Teori Richardian menekankan pentingnya tabungan bagi pembentukan modal. Dibanding pajak, David Richardo lebih menyetujui pembentukan modal melalui tabungan. Tabungan dapat dibentuk melalui penghematan pengeluaran produksi lebih banyak dan dengan meningkatkan keuntungan serta mengurangi harga barang. Semakin banyak tabungan berarti semakin banyak pula pembentukan modal bagi kegiatan penanaman modal berikutnya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi yaitu sebagai berikut:

  1. Faktor Sumber Daya Manusia, Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
  2. Faktor Sumber Daya Alam, Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
  3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
  4. Faktor Budaya, Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
  5. Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi

Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi Rostow adalah:

Tahap MasyarakatTradisional (the traditional society)

Rostow mengartikan bahwa masyarakat yang:
Struktur fungsi produksi yang terbatas, cara-cara memproduksi yang relatif primitif dan sikap serta cara hidup masyarakat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dicetuskan pemikiran yang irasional (tidak rasioanal), tetapi oleh kebiasaan yang secara turun temurun yang biasa dilakukan. Tingkat produksi yang dapat dicapai masih sangat dicapai masih sangat terbatas, karena ilmu pengetahuan dan teknologi modern belum ada atau belum digunakan secara sistematis dan teratur.

Tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas perkapita masih sangat terbatas, oleh sebab itu sabagian besar dari sumber-sumber daya ekonomi masyarakat di gunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Dalam sektor ini struktur sosialnya sangat bersifat herarkis, sehingga mobilitas secara vertikal dalam masyarakat sedikit sekali. Kegiatan politik dan pemerintahan di daerah-daerah di pegang oleh tuan-tuan tanah yang berkuasa, kebijakan-kebijakan dari pemerintah pusat selalu dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah di berbagai daerah tersebut.

Tahap Prsyarat Lepas Landas (the precondition for take off)

W.W. Rostow mendefinisikan tahap prasyarat lepas landas sebagai suatu masa transisi pada saat masyarakat mempersiapkan dirinya, ataupun dipersiapkan dari luar untuk pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustain growth); Pada tahap ini dan sesudahnya ekonomiakan berlaku secara otonomi. Tahap prasyarat lepas landas menurut Rostow dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: Tahap prasyarat untuk lepas landas yang dicapai oleh negara-negara Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika, yang dilakukan dengan merubah struktur masyarakat tradisional yang sudah ada; Kedua, yang dikemukakan W.W. Rostowborn free, yaitu prasyarat lepas landas yang di capai oleh Amerika dan Selandia Baru, dengan tanpa harus merombak sistem masyarakat yang tradisional yang ada, oleh karena masyarakat negara-negara itu terdiri dari emigrant yang telah mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh masyarakat untuk mencapai tahap prasyarat lepas landas.

Pembangunan ekonomi ini akan tercapai apabila diikuti oleh perubahan-perubahan dalam masyarakat, yaitu:

  1. Pembangunan fasilitas/ prasarana umum (social overhead capital) terutama dibidang transportasi;
  2. Revolusi teknik di bidang pertanian (teknik baru), karena banyaknya orang-orang yang pindah ke kota-kota (urbanisasi);
  3. Perluasan impor yang dibiayai oleh hasil produksi dari sumber-sumber daya alam yang ada (termasuk penanaman modal/ investasi asing);
  4. Terjadinyatabungan (saving) masyarakat, meningkatkan tingkat pendidikan dan keterampilan sikap masyarakat terhadap perkembangan ilmu pengatahuan dan sikap pengambilan resiko, serta cara bekerja;
  5. Munculnya kepemimpinan baru yang mempunyai sifat nasionalisme yang reaktif (reactive nationalism), yaitu beraksi secara positif atas tekanan-tekanan yang datang dari negara-negara yang lebih maju.

Tahap Lepas Landas (take off)

Tahap lepas landas ini adalah suatu tahap interval dimana tahap masyarakat tradisional dan tahap prasyarat untuk lepas landas telah dilewati. Pada periode ini, beberapa penghalang pertumbuhan dihilangkan dan tekanan-tekanan yang menimbulkan kemajuan ekonomi diperluas dan dikembangkan, serta mendominasi masyarakat sehingga menyebabkan efektifitas dan meningkatkan tabungan masyarakat.

Ciri-ciri tahap lepas landas:

  1. Adanya kenaikkan dalam penanaman modal investasi (yang produktif, dari 3% atau kurang, menjadi 10% dari Produk Nasional Neto (Net National Product = NNP), dimana NNP = GNP-Depresiasi (penyusutan);
  2. Adanya perkembangan beberapa sektor industri dengan laju perkembangan yang tinggi;
  3. Adanya atau tercapainya suatu kerangka dasar politis, sosial, dan institusional yang akan menciptakan:
  4. Kenyataan yang membuat perluasan disektor modern;
  5. Potensi ekonomi eksternal sehingga menyebabkan pertumbuhan terus-menerus berlangsung;

Sifat-sifat perubahan berbagai jenis kegiatan ekonomi di dalam tahap-tahap lepas landas digolongkan atas tiga sektor pertumbuhan, yaitu:

  1. Sektor pertumbuhan primer, yaitu sektor-sektor atau kegiatan ekonomi yang menciptakan pertumbuhan yang pesat dan menciptakan kekuatan ekspansi ke berbagai sektor dalam perekonomian;
  2. Sektor pertumbuhan suplementer, yaitu sektor yang berkembang dengan cepat sebagai akibat dari perkembangan di sektor primer;
  3. Sektor pertumbuhan terkait, yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang berkembang sejalan dengan kenaikkan pendapatan penduduk dan produksi sektor pertanian.

Gerakan ke Arah Kedewasaan (the drive of maturity)

Gerakan kearah kedewasaan diartikan sebagai suatu periode ketika masyarakat secara efektif menerapkan teknologi modern dalam mengolah sebagaian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alamnya. Kedawasaan adalah tingkat dimana suatu perekonomian menunjukkan kapasitas untuk bergerak melampaui industri-industri dasar yang telah memeberikan kekuatan kepada periode take off untuk menyerap serta menerapkan secara efisien hasil perkembangan teknologi modern. Pada tahap ini 10% – 20% dari jumlah pendapatan Nasional, di investasikan secara tetap, hingga output tetap lebih besar daripada tingkat perumbuhan penduduk.

Ciri-ciri tahap ke arah kedewasan:

  1. Kematangan teknologi (technological maturity) struktur dan kahlian tenaga kerja mengalami perubahan;
  2. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan;
  3. Masyarakat secara keseluruhan merasa bosan dengan kajaiban yang diciptakan oleh indutrialisasi, karena berlakunya hukum kegunaan batas semakin berkurang;

Masa Konsumsi Tinggi (the age of high mass consumption)

Pada masa ini perhatian masyarakat mengarah kepada masalah – masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejateraan masyarakat dan bukan lagi kepada masalah produksi. Leading sector bergerak kea rah barang-barang konsumsi tahan lama serta jasa-jasa. Pada periode ini terdapat tiga macam tujuan masayarakat untuk mendapatkan sumber-sumber daya yang tersedia dan dukungan politis, yaitu:

Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut ke luar negeri dan cenderung dapat berakhir pada penaklukan atas negara-negara lain;

  1. Menciptakan suatu welfare sate, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya dengan cara mengusahakan sistem perpajakan yang progresif, dalam perbaikan seperti ini makin besar pendapatan makin besar pula tarif pajaknya.
  2. Memeperbesar tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi dasar yang sederhana untuk makanan, pakaian, rumah keluarga secara terpisah,(single family), dan juga barang-barang tahan lama serta bang-barang mewah.

Tahapan pembangunan yang digambarakan oleh W.W Rostow adalah sistem pentahapan dimana suatu tahapan tidak mungkin terjadi tanpa melalui tahapan yang lain. Artinya tahapan kedua tidak mungkin terjadi tanpa melalui tahapan pertama. Tahapan ke tiga tidak mungkin tanpa terjadi tanpa melalui tahapan ke dua, dst. Namun kenyataanya ada negara yang tidak pernah melawati tahap pertama dari teori pertumbuhan Rostow, tetpai langsung ke tahap kedua. Misalnya merika Serikat, dan Autralia, karena penduduknya adalah orang-orang Eropa yang kemudian menstransfer ilmu pengetahuan ke benua tersebut.

Kritik terhadap teori Rostow dikemukakan oleh Simon Kuznets (1689) dengan pernyataan kritis, yaitu: “Bagaimana mungkin suatu desain sederhana dapat menjadi suatu rangkuman deskriptif atau klasifikasi analitis dari suatu perubahan historis yang beragam dan bervariasi ?”.Kuznets juga mencatat kemiripan dan perbedaan Rostow dengan teori Karl Marx. Kasamaan teori Rostow dengan Marx, antara lain:

  1. kedua teori menginterpretasikan evolusi sosial khususnya sektor ekonomi;
  2. kedua ekonomi tersebut telah mencoba mengeksploitasi permasalahan dan konsekwensi dari pembangunan sosial yang dilakukan, dan
  3. keduanya menyadari bahwa perubahan sistem ekonomi pada dasarnya merupakan konsekwensi logis dari perubahan yang terjadi di bidang politik, sosial dan kebudayaan . Sementara disisi lain perubahan sistem ekonomi akan berpengaruh pada kehidupan politik, kondisi sosial dan budaya masyarakat.

Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di suatu daerah/provinsi adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Cara perhitungan PDRB dengan PDB sama yaitu dengan menjumlahkan semua output agregat (barang dan jasa) akhir, atau semua nilai tambah yang dihasilkan oleh negara atau daerah dalam periode waktu tertentu (1 tahun). Untuk menghitung nilai seluruh produksi yang dihasilkan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu dapat digunakan tiga metode penghitungan. Ketiga metode tersebut dijelaskan sebagai berikut:

  1. Metode Pengeluaran.
    Dengan metode ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlah pengeluaran ke atas barang-barang dan jasa yang diproduksikan dalam negara tersebut. Menurut cara ini pendapatan nasional adalah jumlah nilai pengeluaran rumah tangga konsumsi, rumah tangga produksi dan pengeluaran pemerintah serta pendapatan ekspor dikurangi dengan pengeluaran untuk barang-barang impor.
  2. Metode Produksi.
    Dengan metode ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi barang atau jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor (lapangan usaha) dalam perekonomian. Dalam menghitung pendapatan nasional dengan cara produksi yang dijumlahkan hanyalah nilai produksi tambahan atau value added yang diciptakan.
  3. Metode pendapatan.
    Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional (Sadono Sukirno, 2011).

Todaro (2009) menyatakan bahwa ada tiga faktor atau komponen utama dalam partumbuhan ekonomi dari setiap negara adalah: akumulasi modal (semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sum-ber daya manusia), pertumbuhan penduduk, yang pada akhimya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja, kemajuan teknologi. Samuelson menekankan hubungan timbal balik antara investasi dan produksi. Widodo (2006), menyatakan bahwa indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas dasar harga konstan.PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu daerah tertentu, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu daerah.PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai harga dasar.

Pertumbuhan Ekonomi Regional (Wilayah)

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan itu diukur dalam nilai rill, artinya diukur dalam harga konstan. Hal itu juga menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah (Richardson,1991).

Menurut Sirojuzilam (2008) perbedaan pokok antara analisis pertumbuhan perekonomian nasional dan analisis pertumbuhan daerah adalah bahwa yang dititikberatkan dalam analisis tersebut belakangan adalah perpindahan faktor (factors movement). Kemungkinan masuk dan keluarnya arus perpindahan tenaga kerja dan modal menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat pertumbuhan
ekonomi regional. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat apabila memiliki keuntungan absolute kaya akan sumber daya alam dan memiliki keuntungan komparatif apabila daerah tersebut lebih efisien dari daerah lain dalam melakukan kegiatan produksi dan perdagangan.

Teori pertumbuhan ekonomi wilayah menganalisis suatu wilayah sebagai suatu sistem ekonomi terbuka yang berhubungan dengan wilayah-wilayah lain melalui arus perpindahan faktor-faktor produksi dan pertukaran komoditas. Pembangunan dalam suatu wilayah akan mempengaruhi pertumbuhan wilayah lain dalam bentuk permintaan sektor untuk wilayah lain yang akan mendorong pembangunan wilayah tersebut atau suatu pembangunan ekonomi dari wilayah lain akan mengurangi tingkat kegiatan ekonomi di suatu wilayah serta interrelasi. Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah peningkatan volume variabel ekonomi dari suatu sub sistem spasial suatu bangsa atau negara dan juga dapat diartikan sebagai peningkatan kemakmuran suatu wilayah.

Pertumbuhan yang terjadi dapat ditinjau dari peningkatan produksi sejumlah komoditas yang diperoleh suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah tersebut. Adapun macam-macam teori pertumbuhan wilayah adalah sebagai berikut (Tarigan, 2004):

  1. Teori Ekonomi Klasik, sistim ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi, membawa ekonomi dalan kondisi full employment, dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stationer (stationary state). Teori ini membahas tentang kebebasan seluas luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi yang dirasa paling baik dilakukan.
  2. Teori Harrod-Domar dalam sistem regional, faktor-faktor produksi atau hasil produksi yang berlebihan dapat diekspor dan yang kurang dapat diimpor. Impor dan tabungan adalah kebocoran–kebocoran dalam menyedot output daerah. Sedangkan ekspor dan investasi dapat membantu dalam menyedot output kapasitas penuh dari faktor-faktor produksi yang ada di daerah tersebut. Kelebihan tabungan yang tidak terinvestasikan secara lokal dapat disalurkan ke daerah-daerah lain yang tercemin dalam surplus ekspor. Apabila pertumbuhan tenaga kerja melebihi dari apa yang yang diserap oleh kesempatan kerja lokal maka migrasi neto dapat menyeimbangkannya.
  3. Teori pertumbuhan Neo-klasik, teori ini sering disebut dengan teori Solow Swan yang menyatakan bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan sehingga pemerintah tidak perlu terlalu mencampuri pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Suatu daerah akan mengimpor modal jika tingkat pertumbuhan modalnya lebih kecil dari rasio tabungan domestik terhadap modal. Dalam pasar sempurna marginal productivity of labour (MPL) adalah fungsi langsung tapi bersifat terbalik dari marginal productivity of capital (MPK). Hal ini bisa dilihat dari nilai rasio modal tenaga kerja.
  4. Teori Jalur Tepat (Turnpike), setiap wilayah perlu melihat sektor atau komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan secara cepat, baik karena potensi alam maupun sektor potensi itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan.