Pengertian Pengangguran
Secara umum pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau sedang dalam mencari kerja atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pemecatan dan berusaha untuk memperoleh pekerjaan. Tingkat pengangguran adalah perbandingan jumlah pengganguran dengan angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Menurut sakernas (survey keadaan angkatan kerja nasional), pengangguran didefinisikan antara lain sebagai berikut.
- Mereka yang sedang mencari pekerjaan dan saat itu tidak bekerja
- Mereka yang mempersiapkan usaha yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka untuk mempersiapkan suatu usaha atau pekerjaan yang baru.
- Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin
- mendapatkan pekerjaan, hal ini disebut dengan pengangguran putus asa.
- Mereka yang telah memiliki pekerjaan namun belum mulai bekerja.
Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan masalah yang paling berat. Bagi kebanyakan orang, kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering diperdebatkan politik dan para politisi sering mengklaim bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan kerja (Mankiw, 2006).
Pengangguran (unemployment) merupakan kenyataan yang dihadapi tidak saja dihadapi oleh negara-negara berkembang (developing countries), akan tetapi juga oleh negara-negara yang sudah maju (developed countries). Secara umum, pengangguran didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor force) tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan (Ningsih, 2010). Proses pengumpulan statistik pengangguran biasanya dimulai dengan menentukan jumlah angkatan kerja dan jumlah orang di dalamnya yang bekerja dan yang menganggur. Tingkat pengangguran dihitung sebagai perbandingan orang yang tidak bekerja dengan angkatan kerja (Wiratmo, 2015).
Untuk mengetahui besar kecilnya tingkat pengangguran dapat diamati melalu dua pendekatan antara lain sebagai berikut:
-
Pendekatan angkatan kerja (labor force approach)
Besar kecilnya tingkat pengangguran dihitung berdasarkan presentase dari perbandingan jumlah antara orang yang menganggur dan jumlah angkatan kerja (Rahardja, dan Manurung, 2008). -
Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labor utilization approach)
Untuk menentukan besar kecilnya tingkat pengangguran yang didasarkan pada pendekatan pemanfaatan tenaga kerja antara lain:- Bekerja penuh (employed) yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.
- Setengah menganggur (underemployment) yaitu mereka yang bekerja, tetapi belum dimanfaatkan secara penuh, artinya jam kerja mereka dalamseminggu kurang dari 35 jam.
Penyebab Pengangguran
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa hal penyebab pengangguran terjadi. Penyebab pengangguran adalah sebagai berikut.
- Penduduk yang relatif banyak sedangkan lapangan pekerjaan sedikit, mengakibatkan permintaan tenaga kerja berkurang.
- Pendidikan dan keterampilan yang rendah sehingga tidak mampu bersaing dan tersisih.
- Angkatan kerja yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang diminta oleh dunia kerja.
- Teknologi yang semakin modern belum terimbangi oleh kemampuan
- Pengusaha yang selalu mengejar keutungan dengan cara melakukan penghematan penghematan, misalnya penerapan rasionalisasi.
- Adanya lapangan pekerjaan yang dipengaruhi oleh musim.
- Terdapat ketidakstabilan perekonomian, politik dan keamanan suatu negara.
Jenis-Jenis Pengangguran
Edwards (Arsyad, 2016) membedakan lima bentuk pengangguran yaitu:
- Pengangguran terbuka: baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun secara terpaksa (mereka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan).
- Setengah menganggur (underemployment): mereka yang bekerja lamanya (hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka bisa kerjakan.
- Yang digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah menganggur, antara lain:
- Pengangguran tak kentara (disguised unemployment) misalnya para petani yang bekerja di ladang selama sehari penuh, padahal pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan waktu selama sehari penuh.
- Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment) misalnya orang yang bekerja tidak sesuai dengan tingkat atau jenis pendidikannya.
- Pensiun lebih awal Usia pensiun dipermuda sebagai alat untuk menciptakan peluang bagi yang muda-muda untuk menduduki jabatan diatasnya.
- Tenaga kerja yang lemah (impaired): mereka yang mungkin bekerja full time, tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.
- Tenaga kerja yang tidak produktif: mereka yang mampu untuk bekerja secara produktif, tetapi karena sumberdaya-sumberdaya penolong kurang memadai maka mereka tidak bisa melakukan sesuatu dengan baik.
Berdasarkan pendekatan angkatan kerja, pengangguran terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :
- Pengangguran friksional
Pengangguran jenis ini adalah pengangguran yang muncul karena pencari kerja masih mencari pekerjaan yang sesuai jadi ia menganggur bukan karena tidak ada pekerjaan. Pengangguran ini tidak menimbulkan masalah dan bisa diselesaikan dengan pertumbuhan ekonomi. -
Pengangguran structural
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang muncul karena perubahan struktural dan komposisi perekonomian. Pengangguran ini sulit diatasi karena terkait dengan strategi pembangunan sebuah negara. Meski demikian, pengangguran jenis ini bisa diatasi dengan melakukan pelatihan agar tercipta tenaga kerja terampil. -
Pengangguran musiman
Pengangguran yang terjadi karena faktor musim, misalnya para pekerja di industri yang mengandalkan hidupnya dari pesanan. Pengangguran jenis ini juga tidak menimbulkan banyak masalah. Meskipun belum ada bukti empirik yang mendukung, pengangguran yang muncul karena katerpurukan industri sebagian besar adalah pengangguran friksional tidak karena menganggur secara “sukarela” melainkan karena kondisi krisis ekonomi.
Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian
Menurut Wiratmo (2016) Tingkat pengangguran yang tinggi atau meningkat sering menimbulkan masalah-masalah dalam negara, yaitu:
- Masalah Sosial, Peningkatan pengangguran menyebabkan berkurangnya pendapatan yang diperoleh serta memungkinkan bertambahnya kemiskinan. Pengangguran juga membawa pada kehilangan identitas dan harga diri. Selain itu, pengangguran juga dapat merangsang perilaku kriminal.
- Masalah Fiskal, tingkat pengangguran yang tinggi menimbulkan masalah fiskal pada berbagai tingkat pemerintahan. Penerimaan pajak menurun karena pekerjaan dan pendapatan nasional menurun.
Sedangkan menurut Pratama Rahardja dan Mandala Manurung (2008) pengangguran akan menimbulkan dampak negatif, antara lain:
- Terganggunya Stabilitas Perekonomian, Pengangguran yang semakin memburuk atau kronis akan mengganggu stabilitas perekonomian dilihat dari sisi permintaan dan penawaran agregat.
- Melemahnya permintaan agregat, Untuk dapat bertahan hidup, manusia harus bekerja. Sebab dengan bekerja ia akan memperoleh penghasilan, yang digunakan untuk belanja barang dan jasa. Jika tingkat pengangguran tinggi dan bersifat struktural, maka daya beli akan menurun, yang pada gilirannya menimbulkan penurunan permintaan agregat.
- Melemahnya penawaran agregat, Tingginya tingkat pengangguran akan menurunkan penawaran agregat, bila dilihat dari peranan tenaga kerja sebagai faktor produksi utama. Makin sedikit tenaga kerja yang digunakan, makin kecil penawaran agregat. Dampak pengangguran terhadap penawaran agregat makin terasa dalam jangka anjang. Makin lama seseorang menganggur, keterampilan, produktivitas maupun etika kerjanya akan mengalami penurunan.
- Terganggunya Stabilitas Sosial Politik, Pengangguran bukan hanya masalah ekonomi, melainkan juga masalah sosial politik. Sebab dampak sosial dari pengangguran sudah jatuh lebih besar dari masa-masa sebelumnya. Pengangguran yang tinggi akan meningkatkan kriminalitas, baik berupa kejahatan pencurian, perampokan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang maupun kegiatan-kegiatan ekonomi ilegal lainnya. Biaya ekonomi yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah-masalah sosial ini sangat besar dan sulit diukur tingkat efisiensi dan efektivitasnya.
Pengaruh Tingkat Desentralisasi Fiskal terhadap Pengangguran.
Desentralisasi fiskal merupakan kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antar daerah. Melalui desentralisasi fiskal, pemerintah daerah dapat melaksanakan urusan pemerintahan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerahnya masing-masing sehingga pelayanan publik yang diberikan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pemerintah daerah juga diharapkan mengutamakan pengeluaran untuk belanja pembangunan seperti perbaikan infrastruktur, pelayanan publik, pendidikan, dan kesehatan.
Jika setiap daerah mampu meningkatkan kualitas sistem penerimaan, mengalokasikan pengeluaran dengan efektif dan efisien, serta mengoptimalkan dan mengelola anggarannya dengan baik, pembangunan di daerah dapat meningkat dan kondisi perekonomian yang stabil dan pertumbuhan ekonomi akan tercapai. Hal ini akan mendorong kenaikan permintaan agregat yang diikuti dengan kenaikan penawaran agregat, sehingga ada peningkatan kebutuhan tenaga kerja. Dengan kata lain, lapangan kerja bagi penduduk akan tercipta dan tingkat pengangguran dapat mengalami penurunan.