Diperbarui tanggal 7/Nov/2022

Cerita Fantasi

kategori Bahasa dan Sastra Indonesia / tanggal diterbitkan 7 November 2022 / dikunjungi: 1.60rb kali

Pengertian Cerita Fantasi

Cerita fantasi atau imajinasi merupakan hasil rekaan, imajinasi, ataupun khayalan pengarangnya. Cerita itu tidak berdasarkan fakta. Teks cerita imajinasi bentuknya bermacam-macam. Ada yang berbentuk cerpen, dongeng, dan novel. Ketiga jenis karangan itu berupa cerita rekaan yang dibentuk oleh unsur-unsur yang sama, yakni tokoh, latar, dan urutan kejadian. Dalam buku bahasa Indonesia Edisi Revisi 2017 (2017:44) yang diperuntukkan bagi siswa, cerita fantasi merupakan salah satu genre cerita yang sangat penting untuk melatih kreativitas. Berfantasi secara aktif bisa mengasah kreativitas. Fantasi aktif yaitu fantasi yang dikendalikan oleh pikiran dan kemauan, contoh seorang perancang, pelukis, dan penulis. Sedangkan fantasi pasif yaitu fantasi yang tidak dikendalikan, jadi seolah-olah orang yang berfantasi hanya pasif sebagai wadah tanggapan-tanggapan, contoh melamun.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, dapat diketahui bahwa menulis cerita fantasi merupakan proses kreatif yang melahirkan pikiran, perasaan, secara ekspresif dan apresiatif dengan peristiwa, pelaku, waktu, tempat, dan suasana yang terjadi dalam cerita hanya bersifat rekaan atau khayal.

Ciri-ciri Cerita Fantasi yang Baik

Sebagai salah satu jenis teks narasi, cerita fantasi memiliki beberapa ciri agar cerita tersebut tergolong cerita fantasi yang baik diantaranya sebagai berikut (Kemendikbud, 2017:50).

  1. Ada keajaiban/ keanehan/ kemisteriusan
    Cerita mengungkapkan hal-hal supranatural/ kemisteriusan, keghaiban yang tidak ditemui dalam dunia nyata. Cerita fantasi adalah cerita fiksi bergenre fantasi (dunia imajinatif yang diciptakan penulis). Pada cerita fantasi hal yang tidak mungkin dijadikan biasa. Tokoh dan latar diciptakan penulis tidak ada didunia nyata atau modifikasi dunia nyata. Tema fantasi adalah magic, supranatural atau futuristik.
  2. Ide cerita
    Ide cerita terbuka terhadap daya khayal penulis, tidak dibatasi oleh realitas atau kehidupan nyata. Ide juga berupa irisan dunia nyata dan dunia khayal yang diciptakan pengarang. Ide cerita terkadang bersifat sederhana tapi mampu menitipkan pesan yang menarik. Tema cerita fantasi adalah magic, supranatural atau futuristik.
  3. Menggunakan berbagai latar (lintas ruang dan waktu)
    Peristiwa yang dialami tokoh terjadi pada dua latar yaitu latar yang masih ada dalam kehidupan sehari-hari dan latar yang tidak ada pada kehidupan sehari-hari. Alur dan latar cerita fantasi memiliki kekhasan. Rangkaian peristiwa cerita fantasi menggunakan berbagai latar yang menerobos dimensi ruang dan waktu.
  4. Tokoh unik (memiliki kesaktian)
    Tokoh dalam cerita fantasi bisa diberi watak dan ciri yang unik yang tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh memiliki kesaktian-kesaktian tertentu. Tokoh mengalami peristiwa misterius yang tidak terjadi pada kehidupan sehari-hari. Tokoh mengalami kejadian dalam berbagai latar waktu. Tokoh ada pada setting waktu dan tempat yang berbeda zaman (bisa waktu lampau atau waktu yang akan datang/futuristik).
  5. Bersifat Fiksi
    Cerita fantasi bersifat fiksi (bukan kejadian nyata). Cerita fantasi bisa diilhami oleh latar nyata atau objek nyata dalam kehidupan tetapi diberi fantasi.
  6. Bahasa
    Penggunaan sinonim dengan emosi yang kuat dan variasi kata cukup menonjol. Bahasa yang digunakan variatif, ekspresif, dan menggunakan ragam percakapan (bukan bahasa normal).

Struktur Cerita Fantasi

Cerita fantasi yang baik terdiri dari tiga struktur yaitu sebagai berikut (Kemendikbud, 2017:60).

  1. Orientasi (Pengenalan Cerita)
    Bagian orientasi dijelaskan sebagai awal cerita yang berkenaan dengan penokohan, latar, maupun bibit-bibit masalah yang dialami tokoh utamanya. Orientasi merupakan awal dari sebuah cerita yang biasanya berisi perkenalan tokoh-tokoh dalam cerita yang akan dibaca atau diperdengarkan.
  2. Komplikasi (Puncak Konflik)
    Bagian tengah atau komplikasi yakni bagian cerita yang menceritakan puncak masalah yang dialami tokoh utama. Masalah itu tentu saja tidak dikehendaki oleh sang tokoh. Bagian ini pula yang paling menegangkan dan rasa penasaran pembaca tentang cara sang tokoh di dalam menyelesaikan masalahnya bisa terjawab. Dalam bagian ini, sang tokoh menghadapi dan menyelesaikan masalah itu yang kemudian timbul konsekuensi atau akibat-akibat tertentu yang meredakan masalah sebelumnya. Komplikasi adalah antar-lakon antara tokoh dan kejadian yang membangun atau menumbuhkan suatu ketegangan suatu masalah yang muncul dari situasi yang orisinil yang disajikan dalam cerita itu. Komplikasi ini berupa rangkaian kejadian-kejadian yang berhubungan dan berisikan tentang sebab akibat kejadian sebuah cerita.
  3. Resolusi (Penyelesaian Akhir)
    Resolusi merupakan tahap penyelesaian akhir dari seluruh rangkaian cerita. Berbeda dengan komplikasi, pada bagian ini ketegangan sudah lebih mereda. Dapat dikatakan pada bagian ini hanya terdapat masalah-masalah kecil yang tersisa yang perlu mendapat penyelesaian sebagai langka “beres-beres”. Jadi, syarat-syarat penulisan cerita fantasi dapat dilihat dari kelengkapan struktur pembangunnya, yaitu orientasi (mengenal latar dan tokoh), komplikasi (timbul masalah hingga masalah memuncak), dan resolusi (penyelesaian masalah).

Jenis Cerita Fantasi

Menurut Kemendikbud (2017:53) cerita fantasi dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.

  1. Cerita Fantasi Total dan Irisan
    Jenis cerita fantasi berdasarkan kesesuaiannya dalam kehidupan nyata ada dua kategori fantasi total dan fantasi sebagian (irisan). Pertama, kategori cerita fantasi total berisi fantasi pengarang terhadap objek tertentu. Pada cerita kategori ini semua yang terdapat pada cerita semua tidak terjadi dalam dunia nyata. Kedua, cerita fantasi irisan yaitu cerita fantasi yang mengungkapkan fantasi tetapi masih menggunakan nama-nama dalam kehidupan nyata, menggunakan nama tempat yang ada dalam dunia nyata, atau peristiwa pernah terjadi pada dunia nyata.
  2. Cerita Fantasi Sezaman dan Lintas Waktu
    Berdasarkan latar cerita, cerita fantasi dibedakan menjadi dua kategori yaitu latar lintas waktu dan latar waktu sezaman. Latar sezaman berarti latar yang digunakan satu masa (fantasi masa kini, fantasi masa lampau, atau fantasi yang akan datang/futuristik). Latar lintas waktu berarti cerita fantasi yang menggunakan da latar waktu yang berbeda (misalnya masa kini dengan zaman prasejarah, masa kini dan 40 tahun mendatang/futuristik).

Unsur Pembangun Cerita Fantasi

  1. Tema
    Menurut Nurgiyantoro (2015:115) tema adalah gagasan (makna) dasar umum yang menopang sebuah karya sastra sebagai struktur semantis dan bersifat abstrak yang secara berulang-ulang dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya dilakukan secara implisit. Untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, ia haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita.
  2. Alur atau Plot
    Alur atau plot dapat dipandang sebagai tulang punggung cerita. Nurgiyantoro (2015:165) mengatakan bahwa plot memang mengandung unsur jalan cerita atau tepatnya peristiwa demi peristiwa yang susul-menyusul, namun ia lebih dari sekedar jalan cerita itu sendiri. Penampilan peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan pada urutan waktu belum disebut sebagai sebuah plot. Agar menjadi sebuah plot, peristiwa-peristiwa harus diolah dan disiasati secara kreatif sehingga menjadi sesuatu yang indah dan menarik. Dalam pengembangan sebuah plot harus meliputi unsur peristiwa, konflik dan klimaks.
  3. Penokohan
    Nurgiyantoro (2015:247) istilah tokoh mengacu pada orangnya atau pelaku cerita, sedangkan penokohan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak teretntu dalam sebuah cerita. Sejalan dengan pendapat di atas, Jones (Nurgiyantoro, 2015:247) mengemukakan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
  4. Latar
    Abrams (Nurgiyantoro, 2015:302) menyatakan bahwa latar atau setting disebut juga sebagai landas tumpu, menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar meliputi penggambaran letak geografis (termasuk tipografi, pemandangan, perlengkapan, ruang), pekerjaan atau kesibukan tokoh, waktu berlakunya kejadian, musim, lingkungan, agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional tokoh.
  5. Sudut Pandang
    Sudut pandang atau point of view mempersoalkan siapa yang menceritakan atau posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat. Secara singkat, sudut pandang menunjuk pada cara sebuah cerita dikisahkan. Secara garis besar, sudut pandang dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu: sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang pertama adalah cara bercerita dengan tokoh pencerita terlibat langsung mengalami peristiwa-peristiwa cerita. Ini disebut gaya penceritaan akuan. Sudut pandang orang ketiga adalah cara bercerita dengan tokoh pencerita tidak terlibat dalam peristiwa-peristiwa cerita. Sudut pandang orang ketiga ini disebut juga gaya penceritaan diaan.
  6. Amanat
    Amanat atau pesan moral pada karya sastra mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2015:430). Jadi dapat disimpulkan bahwa amanat adalah maksud atau pesan moral yang hendak disampaikan penulis melalui karyanya.

Ciri Kebahasaan Cerita Fantasi

Menurut Kemendikbud (2017:68) terdapat enam ciri kebahasaan yang terkandung dalam cerita fantasi, yaitu:

  1. penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan
  2. penggunaan kata yang mencerap pencaindra sebagai deskripsi latar
  3. menggunakan pilihan kata dengan makna kias dan makna khusus
  4. kata sambung penanda urutan waktu
  5. penggunaan kata ungkapan keterkejutan
  6. penggunaan dialog atau kalimat langsung dalam cerita