Diperbarui tanggal 20/09/2022

Keterampilan Bertanya Siswa

kategori Pendidikan Dasar / tanggal diterbitkan 20 September 2022 / dikunjungi: 1.86rb kali

A. Pengertian Keterampilan Bertanya

Siswa Bertanya merupakan suatu keterampilan yang dapat dipelajari dan dapat terus ditingkatkan sampai ke tingkat kemampuan bertanya yang kritis dan kreatif Philpott dalam (Halimah, 2017:98). Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1985: 1017) “bertanya merupakan proses meminta keterangan atau penjelasan“. Sedangkan menurut Munandar (1988:117) mengatakan bahwa : bertanya dapat diartikan sebagai keinginan mencari informasi yang belum diketahui. Sehingga jika bertanya adanya pada kondisi pembelajaran maka bertanya merupakan proses meminta keterangan atau penjelasan untuk mendapatkan informasi yang belum diketahui dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Sedangkan Depdikbud (1994:17) mengemukakan bahwa bertanya timbul bila sesuatu tidak jelas dan mendorong seseorang berusaha untuk memahaminya.

Laksmi mengemukakan bahwa: pembelajaran siswa terletak pada asumsi belajar akan berlanjut pada tingkat yang lebih tinggi atau suatu kompleksitas jika siswa selalu bertanya. Latar belakang budaya menyebabkan siswa tidak terbiasa mengajukan pertanyaan, padahal pertanyaan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengemukakan gagasan. Gagasan gagasan pada siswa akan muncul bila dalam proses belajar mengajar dimana guru menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar dengan aman, tentram dan nyaman.

Dari segi proses, kemauan bertanya akan muncul apabila sesorang memiliki motif ingin tahu. Pemenuhan rasa ingin tahu memerlukan kondisi yang aman, sehingga tugas gurulah yang harus menciptalan kondisi yang aman tersebut dengan cara menciptakan iklim interaksi tanya jawab secara menyenangkan dalam pemeblajaran.

Jadi, kemampuan bertanya adalah keinginan seseorang mencari informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran yang belum diketahuinya, keterampilan bertanya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam segi kognitif dan melalui bertanya siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari.

B. Bentuk Bentuk Kemampuan Bertanya

Dalam kesehariannya kita selalu mengenal berbagai macam bentuk bertanya. Dilihat dari jawaban yang diharakan ada dua macam bentuk bertanya, yaitu bertanya tingkat rendah dan bertanya tingkat tinggi. Bertanya tingkat rendah, biasanya hanya ingin mengetahui sesuatu hal yang bersifar pengetahuan, misalnya menggunakan kata tanya : apa, siapa, dimana dan kapan (Yuliana; 1998: 65).

Sedangkan Kemampuan bertanya tingkat tinggi diperlukan dalam membaca kritis, ketika seseorang tidak hanya membatasi diri pada soal mengerti dan mengingat keterangan yang ada, tetapi juga menilai bahan yang dibaca. Pada tahap kemampuan bertanya siswa menggunakan pertanyaan tingkat tinggi. Dimana pertanyaan tersebut berupa pertanya sintesa (Synthesis Question) dan pertanyaan analisis (Analysis Question) serta pertanyaan evaluasi (Evaluation Qustion).

Pertanyaan analisis yaitu pertanyaan yang dapat menggali kemampuan untuk memecahkan masalah, menguraikan, membuat diagram, membeda-bedakan, memisahkan, mengidentifikasi, menggambarkan, menarik kesimpulan, membuat garis besar, menunjukan, menghubungkan, memilih, memisahkan dan memerinci. Pertanyaan sintesa yaitu pertanyaan yang dapat menggali kemampuan mengolong-golongkan, menggabungkan, menghimpun, menyusun, mencipta, mencipta rencana, merancang, menjelaskan, membangkitkkan, membuat modifikasi, mengorganisir, merencanakan, menyusun kembali, mengkonstruksikan, menghubungkan, mengorganisir kembali, menyempurnakan, menceritakan, menulis, membaca, melaporkan, memilih, ikut serta, berkarya, dan mempelajari.

Sedangkan pertanyaan evaluasi dapat menggali kemampuan menilai, membandingklan, menyimpulkan, mengkritik, memberikan, membedakan, menjelaskan, mempertimbangkan kebenaran, menghubungkan, menyimpulkan, menyokong atau mendukung.

C. Indikator Bertanya Siswa

Ilmuwan-ilmuwan yang menemukan suatu yang baru, menurut pengamatan, tidak menguasai semua konsep dan fakta dalam suatu bidang ilmu, namun mereka mempunyai kemampuan dasar untuk mengembangkan konsep dan fakta yang terbatas itu, sehingga mereka mampu menciptakan dan menemukan sesuatu yang baru. Kemampuan-kemampuan dasar yang dimaksud antara lain mengobservasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian atau eksperimen, mengendalikan verbal, menafsirkan data, membuat kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan, mengkomunikasikan (Conny Setiawan, 1987:17-18). Senada dengan kemampuan dasar yang diajukan di atas, Sriyono membuat suatu daftar keterampilan proses yang diikuti oleh indikator-indikator keterampilan proses yang diikuti oleh indicator-indikator keterampilan proses.

  1. Mengajukan pertanyaan : Bertanya mengapa, apa, dan bagaimana, bertanya untuk meminta penjelasan, konsep bertanya yang berlatar belakang hipotesis.
  2. Mengamati : Menemukan fakta yang relevan dan memadai, menggunakan sebanyak mungkin indra.
  3. Menafsirkan/pengamatan: Mencatat setiap pengamatan, menghubungkan pengamatan-pengamatan yang terpisah.
  4. Meramalkan: Menemukan suatu pola dalam satu seri pengamatan.
  5. Merencanakan penelitian: Dengan menggunakan pola-pola (hubungan-hubungan) mengemukakan, apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati, menggunakan alat dan bahan untuk memperoleh pengalaman, menentukan alat, bahan, dan sumber yang akan dipakai untuk digunakan dalam penelitian.
  6. Berkomunikasi: variabel menentukan variable yang harus dibuat tetap sama, dan mana yang berubah, variable menentukan apa yang harus diamati, diukur, dan ditulis, menentukan cara dan langkah-langkah kerja, menentukan bagaimana mengolah pengamatan, menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam suatu situasi baru, menerapkan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis, menjelaskan hasil penelitian, mendiskusikan hasil penelitian, menggambarkan data dengan grafik, table, atau diagram. Berikut ini akan diuraikan mengenai pengertian dari setiap kemampuan atau keterampilan beserta kata kerja operasional dari masing-masing kemampuan atau keterampilan.
  7. Mengamati yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera. Kata kerja operasional : melihat, mendengar, merasa, meraba, membau, mencicipi, mengecap, menyimak, mengukur, membaca.
  8. Menggolongkan (mengklasifikasikan) yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai, atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan, perlu ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan, atau konsep sebagai dasar penggolongan. Kata kerja operasional: mencari persamaan, menyamakan, membedakan, membandingkan, mengontraskan, mencari dasar penggolongan.