Diperbarui tanggal 3/Des/2021

Pragmatik

kategori Istilah / tanggal diterbitkan 2 Desember 2021 / dikunjungi: 7.48rb kali

Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk lingustik dan pemakai bentuk-bentuk itu”. Kajian pragmatik berbeda dari kajian tata bahasa yang mengkaji tentang struktur internal bahasa, kajian pragmatic merupakan ilmu bahasa yang mengkaji tentang bagaimana bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Charles Morris (Rahardi, 2005:47) membaginya ke dalam tiga cabang ilmu, yakni syntactic studi relasi formal tanda-tanda, semantic studi relasi tanda-tanda dengan objeknya, dan pragmatic studi relasi tanda-tanda dengan penafsirnya.

Menurut Verhaar, ”pragmatik mempelajari apa saja yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan mitra tutur serta sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik”. Rahardi (2005:49) mendefinisikan ilmu pragmatik dengan pengertian Parker sebagai berikut.

"Pragmatik adalah ilmu bahasa yang mepelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu. Konteks yang dimaksud mencakup dua macam hal, yakni konteks yang bersifat sosial (social) dan konteks yang bersiffat sosietal (societal). Konteks sosial (social context) adalah konteks yang timbul sebagai akibat dari munculnta interaksi antar anggota masyarakat dalam suatu masyarakat sosial dan budaya tertentu. Adapun yang dimaksud dengan konteks societal (societal context) adalah konteks yang faktor penentunya adalah kedudukan (rank) anggota masyarakat dalam institusi institus sosial yang ada dalam masyarakat sosial dan budaya tertentu."

Tarigan (1986:33) mengemukakan “pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik atau dengan perkataan lain: memperbincangkan segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas oleh referensi langsung kepada kondisi-kondisi kebenaran kalimat yang diucapkan. Secara kasar dapat dirumuskan: pragmatik = makna – kondisi-kondisi kebenaran”. Menurut Leech (Wiryotinoyo 2010:32) “Pragmatik adalah studi makna dalam kaitannya sama dengan situasi ujar (SU)”. Oleh karena itu, prasyarat yang diperlukan untuk melakukan analisis pragmatik atas T (Tuturan), termasuk T yang bermuatan Implikatur Percakapan (IP), adalah situasi ujaran yang mendukung keberadaan suatu T dalam percakapan. Situasi ujaran meliputi unsur-usur: (1) penutur (n) dan petutur (t), (2) konteks, (3) tujuan, (4) tindak tutur atau tindak verbal, (5) tuturan (T) sebagai produk tindak verbal, (6) waktu dan (7) tempat.

Dari pendapat dan uraian pragmatik yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang berkaitan dengan Situasi Ujar (SU) yang tidak tercakup dalam teori semantik. Prasayarat yang diperlukan untuk melakukan analisis pragmatik atas tuturan yang bermuatan implikatur percakapan adalah situasi ujaran yang mendukung keberadaan suatu tuturan dalam percakapan yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas oleh referensi langsung kepada kondisi-kondisi kebenaran kalimat yang diucapkan. Pragmatik mencakup bagaimana cara pemakai bahasa menerapkan pengetahuan dunia untuk menginterpretasikan ucapan-ucapan. Pembicara kerap kali membuat asumsi-asumsi secara eksplisit mengenai dunia nyata dan rasa sesuatu ucapan tergantung pada asumsi tersebut (perkiraan). Pertimbangan-pertimbangan pragmatik juga menunjang membuat ucapan-ucapan yang secara semantis ganjil menjadi bermakna.

Menurut Yule (2006:5) manfaat belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan mereka dan jenis-jenis tindakan yang diperlihatkan ketika berbicara. Ibrahim (1993:280) memberikan penjelasannnya tentang makna pragmatik sebagai berikut:

"Pragmatik berhubungan dengan intrepetasi kalimat (atau ujaran) dalam konteks yang lebih luas, yang mencakup pemahaman wacana yang mendahului, kepercayaan dan harapan yang dimiliki penutur dan mitratutur, hubungan penutur dan mitratutur, kewajiban penutur dan mitratutur, pengetahuan mereka dan lain-lain. Dengan demikian, pragmatik berhubungan dengan semua jenis makna non-literal, tetapi juga kekuatan ilokusi, yaitu, berhubungan dengan kesimpulan yang dibuat mitratutur dari ujaran dan reaksi mitratutur, yang independen dari apakah penutur bermaksud menyiratkan kesimpulan ini dan konsekuensinya ataukah tidak."

Pragmatik sebagai ilmu memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu lain. Kajian dalam bidang pragmatik sangat beragam. Bidang kajian itu meliputi: variasi bahasa, tindak bahasa, implikatur, percakapan, teori deiksis, praanggapan, analisis wacana dan lain-lain. Bidang kajian tersebut memiliki lingkup kajian yang lebih sempit. Seluruh bidang kajian ini tentu berpokok pada penggunaan bahasa dalam konteks. Sebagaimana lingkup bidang kajian pragmatik yang cukup luas ini, penelitian ini membahas tentang praanggapan sebagai bidang kajian dalam pragmatik.