Diperbarui tanggal 2/Des/2021

Nomina

kategori Istilah / tanggal diterbitkan 2 Desember 2021 / dikunjungi: 3.43rb kali

Pengertian Nomina

Nomina adalah kata benda, secara filosofis dibatasi sebagai nama dan semua benda dan segala yang dibendakan (Keraf, 1991:55). Dari segi semantisnya, kita dapat mengatakan bahwa nomina adalah “kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian.Dengan demikian, kata seperti guru, kursi, kucing, dan kebangsaan adalah nomina”. Nomina menurut Kridalaksana (1986) dijelaskan sebagai kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk (1) bergabung dengan kata tidak dan (2) mempunyai potensi untuk didahului kata dari. Dari segi sintaktisnya, nomina mempunyai ciri-ciri tertentu.

  1. Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap. Kata pemerintah dan perkembangan adalah nomina. Kata pekerjaan dalam kalimat ayah mencarikan saya pekerjaan adalah nomina.
  2. Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. Kata pengingkarannya ialah bukan. Untuk mengingkarkan kalimat ayah saya guru harus dipakai kata bukan: ayah saya bukan guru
  3. Nomina umumnya dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun dengan diantarai oleh kata yang. Dengan demikian, buku dan rumah adalah nomina karena dapat bergabung menjadi buku baru dan rumah mewah atau buku yang baru dan rumah yang mewah.

Pengkajian mengenai nomina menurut Alwi, dkk (1999:213) dapat dilihat dari tiga segi yaitu : (a) nomina dari Perilaku Morfologis, (b) nomina dari Perilaku Sintaktis, dan (3) nomina dari Perilaku semantisnya.

  1. Nomina dari Perilaku Morfologis
    Alwi, dkk (1999:218) menyatakan bahwa dari segi bentuk morfologisnya, nomina terdiri atas dua macam, yakni (1) nomina dasar, dan (2) nomina turunan.
    1. Nomina Dasar
      Nomina dasar adalah nomina yang hanya terdiri atas satu morfem.Berikut beberapa contoh nomina dasar yang dibagi menjadi nomina dasar umum, dan nomina dasar khusus.
      1. Nomina dasar umum
        gambar
        malam
      2. Nomina dasar khusus
        bawah
        batang
      3. Nomina turunan
        nomina turunan dapat dibentuk melalui (1) afiksasi, (2) reduplikasi (pengulangan), dan (3) pemajemukan.
        1. Afiksasi adalah proses pembentukan melalui afiksasi dengan menambahkan afiks tertentu pada kata dasar. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penurunan nomina dengan afiksasi adalah bahwa nomina tersebut memiliki sumber penurunan dan sumber ini belum tentu berupa kata dasar. Nomina turunan seperti kebesaran memang diturunkan dari kata dasar yang sama, besar, tetapi dari verba membesarkan. Sumber sebagai penurunan nomina ditentukan oleh keterkaitan makna antara sumber tersebut dengan turunannya. Kebesaran bermakna „keadaan besar? karena itu kebesaran diturunkan dari adjektiva besar. Akan tetapi, makna pembesaran berkait dengan perbuatan membesarkan, bukan dengan „keadaan besar?. Karena itu, pembesaran diturunkan bukan dari adjektiva besar, tetapi dari verba membesarkan.
          Berikut penurunan Nomina dengan berbagai afiks.
          1. Penurunan Nomina dengan prefiks ke-
            Contoh : kehendak, kekasih
          2. Penurunan Nomina dengan prefiks per-
            Contoh : perantau, Perakit
          3. Penurunan Nomina dengan prefik peng-
            Contoh : pengirim
          4. Penurunan Nomina dengan Konfiks peng-an
            Contoh : pengorbanan, pengeboman, pengumuman
          5. Penurunan Nomina dengan Konfiks per-an
            Contoh : perpindahan
          6. Penurunan Nomina dengan Konfiks ke-an
            Contoh : keputusan
        2. Reduplikasi (pengulangan) adalah proses penurunan kata benda dengan perulangan, baik secara utuh ataupun sebagian. Menurut bentuknya, perulangan nomina dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu perulangan utuh, perulangan salin suara, perulangan sebagian, dan perulangan yang disertai pengafiksasian.
        3. Pemajemukan Nomina dapat dibagi berdasarkan (a) bentuk morfologisnya, dan (b) hubungan komponennya. Berdasarkan bentuk morfologisnya, nomina majemuk terdiri atas (1) nomina dasar, dan (2) nomina majemuk berafiks.

          Di samping itu, ada pula nomina majemuk yang merupakan gabungan antara bentuk bebas dan bentuk terikat.
          1. Nomina majemuk dasar adalah nomina yang komponennya terdiri atas kata dasar.
            Contoh : anak cucu
          2. Nomina majemuk berafiks adalah nomina majemuk yang salah satu atau dua komponennya mempunyai afiks.
            Contoh : pekerjaan sambilan
          3. Nomina dari bentuk bebas dan bentuk terikat adalah nomina majemuk yang terdiri dari atas dua unsur, salah satunya adalah terikat, yakni unsur yang tidak dapat berdiri sendiri. Dalam penulisan nomina seperti ini dituliskan menjadi satu kata.
            Contoh : hipertensi
          Dari segi hubungan komponennya, nomina majemuk terdiri atas (a) nomina majemuk setara dan (b) nomina majemuk bertingkat.
          1. Nomina majemuk setara adalah nomina yang kedua komponennya memiliki kedudukan yang sama.
            Contoh : anak cucu
          2. Nomina majemuk bertingkat adalah nomina majemuk yang salah satu komponennya berfungsi sebagai induk, sedangkan komponen lainnya menjadi pewatas.
            Contoh : lomba lari
    2. Nomina dari Perilaku Sintaktis
      Dengan mempertimbangkan fitur semantiknya, uraian tentang nomina dari perilaku sintaktisnya berikut ini akan dikemukakan oleh Alwi, dkk (1999 :216) berdasarkan posisi atau pemakaiannya pada tataran frasa. Pada frasa nomina, nomina berfungsi sebagai inti atau proses frasa. Sebagai inti frasa, nomina menduduki bagian utama, sedangkan pewatasnya berada di muka, pewatas ini umumnya berupa numeralia atau kata tugas.
      Contoh : banyak masalah, Beberapa sopir, Seorang guru

      Kalau pewatas berada dibelakang nomina, frasa nomina dapat berupa urutan dua nomina atau lebih yang diikuti oleh adjektiva, verba, atau kelas kata yang lain. Dengan kata lain, nomina yang merupakan inti frasa diikuti oleh pewatas yang berupa nomina, adjektiva, verba, atau kelas kata lain.
      Contoh : buku catatan, Kelas ringan

      Nomina juga digunakan dalam frasa preposisional. Dalam frasa preposisional ini nomina bertindak sebagai poros yang didahului oleh preposisi tertentu.
      Contoh : di kantor, dari markas
    3. Nomina dari Perilaku Semantis
      Menurut Alwi, dkk (1999:214) menyatakan tiap kata dalam bahasa manapun mengandung fitur-fitur semantik yang secara universal melekat pada kata tersebut. Makna yang dalam bahasa Indonesia dinyatakan oleh kata seperti kuda dalam budaya manapun memiliki fitur-fitur semantik yang universal: misalnya, kakinya yang empat, ada mata yang jumlahnya ada dua, warna tubuhnya yang biasanya hitam, putih, coklat, atau abu-abu.

      Fitur semantik tampaknya hanya bersifat kodrati dan sering tidak diperhatikan. Akan tetapi, fitur-fitur seperti ini penting dalam bahasa karena penyimpangan dari sifat kodrati ini akan menimbulkan keganjilan. Karena warna badan kuda yang bisa hitam, putih, coklat, atau abu-abu (dan mungkin pula belang-belang atau campuran dari warna itu), maka sangatlah aneh bila kita berkata kuda saya hijau karena fitur semantik hijau tidak ada pada kuda. Demikian pula dengan fitur mata. Sangatlah lumrah kalau kita berkata kuda saya ada matanya karena mata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengertian kuda. Fitur semantik untuk kuda mencakup pula berbagai kegiatan yang bisa dilakukan oleh kuda berdiri, lari, jatuh, dan makanan. Ada kegiatan lain yang tidak dilakukan oleh kuda seperti berdoa, membaca, dan merokok.

      Kata jeruk, misalnya mengandung fitur semantik yang mencakup, antara lain, warna, ukuran, berat, dan bentuk yang bundar. Tidak ada jeruk yang bentuknya memanjang. Kalau sekarang kegiatan seekor kuda dikaitkan dengan jeruk lalu kita ciptakan kalimat.
      (1) *kuda hijau saya merokok selusin jeruk
      Maka kita lihat bahwa dari segi sintaksis kalimat (1) diatas memenuhi semua persyaratan sebagai kalimat. Akan tetapi, dari segi makna atau semantik kalimat (1) tidak bisa diterima karena (a) tidak ada kuda yang berwarna hijau, (b) kalaupun ada kuda tidak melakukan kegiatan merokok, dan (c) kalaupun ada kuda yang merokok, bukan jeruk yang dirokok.

      Perhatikan pentingnya kita menyadari adanya fitur semantik yang kodrati pada kata seperti pada contoh berikut :meja laci, dan rumah. Meja adalah suatu benda yang secara kodrati memiliki permukaan yang rata. Sebaliknya, laci adalah suatu benda yang mengandung rongga; dan rumah adalah suatu rongga (atau ruangan) pula, tetapi ukuran yang jauh lebih besar dari pada laci. Karena sifat-sifat seperti ini, frasa dimeja pada umumnya mempunyai kata yang sama.

      Dari ketiga contohnya ini tampaklah bahwa pemakaian preposisi di, di dalam, dan di atas dipengaruhi oleh fitur semantiknya yang ada pada nomina porosnya. Suatu benda yang rata seperti meja tentunya tidak mempunyai rongga untuk penyimpanan dan akibatnya tidak dapat digabung dengan preposisi dalam. Frasa * di dalam meja tidak bisa kita terima. Sebaliknya, laci dan rumah mempunyai rongga dan mempunyai tempat dimana sesuatu dapat berada diatasnya. Karena itu baik di, dalam, maupun atas dapat semuanya dipakai- tentunya dengan makna yang berbeda-beda.

      Karena bahasa tumbuh dalam suatu masyarakat yang memiliki budaya tersendiri, maka kata dalam bahasa sering pula dipengaruhi oleh budaya masyarakat yang bersangkutan. Kata dalam bahasa, mengandung fitur-fitur yang sifatnya konvensial, yakni yang tumbuh dari tata budaya setempat. Misalnya, karena dalam tata budaya Indonesia peran lelaki dominan dari pada peran wanita, nomina seperti gadis dapat dilakukan oleh seseorang wanita. Karena kendala semantic ini, kalimat (1) tidak murah; kalau pun dipakai ada makna tambahan yang muncul seperti keagresifan atau kekayaan gadis tersebut. Alih-alih kalimat (1) orang umumnya memakai kalimat (2) atau (3).
      ( 1 ) *Gadis itu akan mengawini budi minggu depan.
      ( 2 ) Gadis itu akan kawin dengan budi minggu depan
      ( 3 ) budi akan mengawini gadis itu minggu depan

Penggolong Nomina

Kata “penggolong” dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti kata atau bentuk yang menyatakan kelas dari kata yang berbeda disampingnya. Sedangkan nomina menurut Alwi dkk (1999:213) sering juga disebut dengan kata benda. Jadi, penggolong nomina bisa didefinisikan sebagai kata yang menggolongkan kata yang berada disampingnya, dalam hal ini yaitu kata nominal (kata benda).
Contoh :setangkai kembang
Pada frasa nominal tersebut terdapat kata “tangkai” yang merupakan penggolong dari nomina “kembang”, kemudian ditambah dengan awalah “se-“ yang bermakna “satu” sehingga frasa nominal tersebut bermakna “ satu tangkai kembang “.

Penggolong seperti itu semata-mata di dasarkan pada konvensi masyarakat yang memakai bahasa itu. Manusia dan binatang mendapat kedudukan khusus dengan adanya penggolong orang dan ekor. Bentuk lain disertai penggolong yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa kata penggolong dalam bahasa Indonesia (Alwi,dkk,1999:282).

  1. Orang untuk manusia
  2. Ekor untuk binatang
  3. Buah untuk buah-buahan atau hal yang ada di luar golongan manusia dan binatang
  4. Batang untuk pohon, rokok, atau barang lain yang berbentuk bulat panjang
  5. Bentuk untuk cincin, gelang, atau barang lain yang dapat dibengkokkan atau dilenturkan
  6. Bidang untuk tanah, sawah atau barang lain yang luas dan datar
  7. Belah untuk mata, telinga, atau benda lain yang berpasangan
  8. Helai untuk kertas, rambut, kain atau benda lain yang tipis dan halus
  9. Bilah untuk pisau, pedang atau benda lain yang tajam
  10. Utas untuk benang, tali, atau benda lain yag kecil dan panjang
  11. Potong untuk baju, celana atau bagian/potongan suatu barang
  12. Tangkai untuk bunga, pena, atau benda lain yang bertangkai
  13. Butir untuk kelereng, telur atau benda lain yang bulat dan kecil
  14. Pucuk untuk surat atau senapan
  15. Carik untuk kertas
  16. Rumpun untuk padi, bambu atau tumbuhan lain yang berkelompok
  17. Keping untuk uang logam
  18. Biji untuk mata, jagung, kelerang, padi
  19. Kuntum untuk bunga
  20. Patah untuk kataLaras untuk senapan
  21. Kerat untuk roti, daging

Berikut adalah beberapa contoh pemakaian penggolong tersebut.

  1. Pak lurah membeli sebidang tanah yang luas
  2. Dia memberikan sekuntum bunga sebagai tanda kasih
  3. Ditulisnya surat itu di secarik kertas

Dalam bahasa Indonesia masa kini telah timbul kecenderungan untuk melakukan dua hal. Pertama, orang sering meniadakan penggolong jika dari konteksnya jelas tampak bahwa hal yang dimaksud adalah tunggal. Misalnya, jika akan menggambarkan orang yang melakukan perbuatan, dan perbuatan itu adalah membaca buku, orang sering menghilang kata buah di depan kata buku, dengan demikian kalimatnya menjadi dia sedang membaca buku tanpa kata buah. Kedua, dalam pemakainnya ada pula kecenderungan untuk memadatkan jumlah penggolong yang banyak menjadi tiga saja, yaitu orang, ekor, dan buah. Orang mulai mengelompokkan bentuk dunia menjadi tiga kategori yaitu manusia, binatang dan yang bukan manusia dan bukan binatang. Oleh karena itu kita sering temukan penggolong sebuah yang dipakai untuk apa saja kecuali manusia dan binatang.
Contoh :

  1. hari itu saya menulis sebuah surat
  2. Aku membeli sebuah buku kemarin
  3. Tangan kirinya memegang sebuah senapan angin
  4. Dua buah kain batik halus dikirmkan kemarin

Dari beberapa contoh penggolong nomina yang dipaparkan, berikut beberapa cara pembentukan penggolong nomina.

  1. Penggolong Nomina yang Terbentuk dari Gabungan Awalan
    “se-“+ Numeralia Ukuran

    Chaer (1994:109) mengatakan bahwa agar nomina tersebut dapat diketahui jumlahnya, maka di depan nomina tersebut harus ditambahkan numeralia ukuran satuan. Contoh numeralia ukuran : gram, ton, cm, km, kwintal, depa, dsb.
    Numeralia-numeralia dapat berubah menjadi penggolong bagi kata nomina. contoh dalam bentuk frasa nominal :
    1. Segram minyak
    2. Seton sawit
      Penggolong dalam frasa-frasa tersebut terbentuk dari awalan “se-“ + Numeralia + nomina.
  2. Penggolongan Nomina yang Terbentuk dari Gabungan Awalan “se-“ + Nomina.
    Kridalaksana (1987:69) mengatakan bahwa nomina dipakai sebagai penggolong benda lain untuk menandai kekhususan nomina tertentu. Kekhususan nomina tertentu itu misalnya nomina perempuan dan nomina laki-laki. Nomina perempuan dan nomina laki-laki adalah nomina yang merujuk kepada nomina lain, yaitu nomina manusia. Dalam bahasa Indonesia sendiri ada kelompok kata yang mengklasifikasikan bentuk nomina dalam kategori tertentu. Misalnya kategori nomina manusia yang disertai dengan penggolong orang (Alwi dkk, 1999:282).

    Dalam hal ini manusia ada yang laki-laki dan ada yang perempuan, dan nomina laki-laki dan nomina perempuan hanya bisa disandingkan dengan penggolong orang. Tidak mungkin nomina laki-laki dan nomina perempuan disandingkan dengan penggolong ekor. Penggolong ekor hanya bisa disandingkan dengan nomina binatang, sehingga dalam bahasa Indonesia ada frasa seoranglaki-laki dan seorang perempuan. Kata seorang merupakan salah satu bentuk penggolong untuk nomina untuk nomina yang bermakna “satu orang”.
  3. Penggolong Nomina yang Terbentuk dari Gabungan Numeralia + Nomina
    Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep (Alwi dkk,1999:275). Kata-kata seperti satu, dua, tiga, setengah, gram, ons, dsb merupakan numeralia. Dalam penggolong nomina dengan bentuk seperti ini numeralia disandingkan dengan nomina. Berikut adalah beberapa contoh nomina yang dapat dijadikan sebagai penggolong untuk nomina lain setelah digabungkan dengan numeralia didepannya.
    Contoh : batang, Berkas

    Apabila dibuat beberapa contoh frasa dari penggabungan numeralia dengan kata-kata tersebut menjadi :
    1. Dua batang bambu
    2. Satu berkas laporan
    Kata-kata dua dan satu masing-masing berada di depan kata penggolong batang dan berkas sehingga membentuk penggolong bagi nomina lain yang mengikuti dibelakangnya, yakni bambu dan laporan.
  4. Penggolong Nomina yang Terbentuk dari Awalan “se” + Verba
    Penggolong nomina yang terbentuk dari awalan “se” dan verba ini pada tataran kelas kata berubah menjadi nomina. Penggolong ini sedikit penggunaannya dalam bahasa.
    Contoh dalam bahasa Indonesia :Potong dan teguk
    Contoh dalam bentuk frasa :sepotong kue dan seteguk air