Diperbarui tanggal 7/Nov/2022

Teks Persuasi

kategori Bahasa dan Sastra Indonesia / tanggal diterbitkan 7 November 2022 / dikunjungi: 5.66rb kali

Pengertian Teks Persuasi

Menurut Keraf (2010:118), “persuasi adalah seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicaraan pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Dalman (2015:145) menyebutkan bahwa “persuasi merupakan salah satu jenis karangan yang berisi ajakan atau paparan data yang bersifat meyakinkan sekaligus memengaruhi atau membujuk si pembacanya untuk mengikuti keinginaan penulisnya”. Kemudian Tarigan (2013:113), “menyatakan bahwa tulisan persuasi adalah tulisan yang dapat merebut perhatian pembaca, yang dapat menarik minat, dan yang dapat meyakinkan mereka bahwa pengalaman membaca merupakan suatu hal yang amat penting”.

Teks persuasi merupakan sebuah teks yang berisi ajakan atau bujukan. Penulis teks tersebut akan membuat sebuah tulisan yang di dalamnya berisi makna bahwa pembaca harus melakukan apa yang disampaikannya. Di dalam teks persuasi, penulis harus mampu membuat kata per kata secara meyakinkan agar pembaca tidak meragukan lagi isi dari teks tersebut. Suryani, dkk. (2014 : 2) menyatakan: Paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi ajakan atau bujukan agar pembaca mengikuti atau mengadopsi petunjukpetunjuk yang ditulisnya dalam teks. Sebagai sebuah informasi yang bertujuan meyakinkan, tulisan harus dikemas semenarik mungkin agar tidak luput dari perhatian pembaca.

Berdasarkan paparan dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa teks persuasi adalah sebuah karangan yang membujuk, merayu dan mengajak pembacanya untuk melakukan dan melaksanakan apa yang penulis inginkan. Dalam hal ini, agar dapat mempengaruhi pembaca serta mereka yakin dan percaya untuk mengikuti apa yang penulis inginkan, penulis memasukkan fakta-fakta dan data-data yang sesuai dengan apa yang ditulisnya.

Ciri-Ciri Text Persuasi

Fia (Hidayah, 2011) menyatakan bahwa ciri-ciri paragraf persuasi yaitu:

  1. bertujuan untuk menimbulkan kesesuaian antara pembaca dan penulis,
  2. bertolak dari pandangan bahwa manusia dapat diubah (pikirannya),
  3. sedapat mungkin menghindari konflik antara pembaca dan penulis,
  4. menggunakan data dan fakta secukupnya, dan
  5. memakai kata-kata persuasi (kata berakhiran lah).

Sejalan dengan pendapat tersebut, Regina (Hidayah, 2011) menyatakan ciri-ciri paragraf persuasi antara lain:

  1. persuasi bertolak dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah,
  2. harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya,
  3. persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui kepercayaan antara penulis dengan pembaca,
  4. persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan supaya kesepakatan pendapatnya tercapai, dan
  5. persuasi memerlukan fakta dan data.

Dasar-dasar Persuasi

Menurut Keraf (2010:121), “Aristoteles mengajukan tiga syarat yang harus dipenuhi untuk mengadakan persuasi. Pertama, watak dan kredibilitas pembicara. Kedua, kemampuan pembicara mengendalikan emosi para hadirin, dan ketiga, bukti-bukti atau fakta-fakta yang diperlukan untuk membuktikan suatu kebenara. Inilah dasar-dasar bagi sebuah persuasi. Bila salah satu syarat tidak terpenuhi maka kesepakatan akan lebih susah diraih”.

  1. Watak dan kredibilitas, merupakan salah satu faktor yang selalu harus diperhitungkan. Persuasi akan berlangsung sesuai dengan harapan pembicara, apabila para hadirin telah mengenal pembicara sebagai seorang yang berwatak baik. Kepercayaan (Kredibilitas) terhadap pembicara atau penulis akan timbul,
    bila hadirin tahu bahwa pembicara mengetahui dengan baik persoalan yang tengah dibicarakan. Orang yang kurang percaya diri, akan kurang berhasil dalam usahanya. Kurang kepercayaan diri sendiri tidak mungkin akan menimbulkan kepercayaan orang lain terhadap dirinya.
  2. Kemampuan mengendalikan emosi. Hal ini akan mendukung keputusan yang diambil oleh pembaca. Pengertian mengendalikan emosi disini harus harus diartikan baik sebagai kesanggupan pembicara atau penulis untuk mengobarkan emosi dan sentiment hadirin atau pembaca, maupun kesanggupan untuk merendahkan atau memadamkan emosi dan sentiment itu bila perlu.
  3. Bukti-bukti. Syarat ketiga yang harus dipenuhi agar pembicara atau penulis dapat berhasil dalam persuasi adalah kesanggupan untuk menyodorkan bukti-bukti mengenai suatu kebenaran.

Struktur Teks Persuasi

Teks persuasi dibentuk oleh bebrapa bagian, yang antarbagiannya disusun secara sistematatis saling berhubungan.Teks persuasi diawali dengan pengenalan isu, diikuti dengan paparan sejumlah argumen. Setelah itu, dinyatakan ajakan-ajakan, yang diakhiri dengan penegasan kembali.

  1. Pengenalan Isu, yakni berupa pengantar atau penyampaian tentang masalah yang menjadi dasar tulisan atau pembicaraannya itu.
  2. Rangkaian Argumen, yakni berupa sejumlah pendapat penulis/pembicara terkait dengan isu yang dikemukakan pada bagian sebelumnya. Pada bagian ini dikemukakan pula sejumlah fakta yang memperkuat argumen-argumennya.
  3. Pernyataan Ajakan, yakni sebagai inti dari teks persuasi yang di dalamnya dinyatakan dorongan kepada pembaca/pendengarnya untuk melakukan sesuatu. Pernyataan itu mungkin disampaikan secara tersurat ataupun tersirat. Adapun kehadiran argument berfungsi untuk mengarahkan dan memperkuat ajakan-ajakan itu.
  4. Penegasan Kembali atas pernyataan-pernyataan sebelumnya, yang biasanya ditandai oleh ungkapan-ungkapan seperti demikianlah, dengan demikian, oleh karena itu.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, strukur pembangun dan kaidah kebahasaan teks persuasi adalah sebagai berikut.

NoStruktur PembangunKaidah Kebahasaan
1Paragraf pembukaTerdapat pengenalan isu-isu yang akan dibahas.
2Paragraf isi
  • Terdapat pernyataan yang mengandung pendapat, fakta, dan data.
  • Menggunakan kata-kata teknis atau peristilahan yang berkenaan dengan topik yang dibahas.
  • Menggunakan kata perujukan.
    Contoh : Berdasarkan dan merujuk pada.
3Paragraf penutup
  • Terdapat pernyataan yang mengandung ajakan, dorongan, dan bujukan. 
    Contoh : Penting, harus, sepantasnya, jadikanlah, sebaiknya, hendaknya, dan waspadalah.
  • Menggunakan kata ganti “kita”.
  • Menggunakan kata hubung yang menyatakan sebab dan akibat.
    Contoh : Jika, sebab, karena, dengan demikian, akibatnya, dan oleh karena itu.

Teks persuasi yang dikatakan sempurna apabila dalam penulisannya terstruktur dan kaidah kebahasaannya pun benar. Dalam penelitian ini, penilaian teks persuasi akan berdasarkan pada struktur pembangunnya, yakni adanya paragraf pembuka yang memuat pengenalan isu atau pembahasan awal mengenai masalah yang akan dipaparkan. Memiliki paragraf isi yang menyajikan pendapat, fakta, dan data, menggunakan kata teknis, serta kata perujukan. Struktur yang terakhir adalah paragraf penutup yang berisi ajakan, menggunakan kata ganti “kita”, dan adanya kata hubung sebab-akibat.

Kaidah Kebahasaan Teks Persuasi

Kaidah-kaidah kebahasaan yang menandai teks persuasi antara lain sebagai berikut.

  1. Menggunakan kata-kata teknis atau peristilahan yang berkenaan dengan topik yang dibahas. Berkaitan dengan permasalahan remaja, digunakan kata-kata yang relevan dengan masalah itu, seperti teknologi, internet, reproduksi, aborsi.
  2. Menggunakan kata-kata penghubung yang argumentatif. Misalnya, jika, sebab, karena, dengandemikian, akibatnya, oleh karena itu.

Dalam teks persuasi lainnya, banyak juga yang di dalamnya digunakan kata-kata kerja mental, seperti diharapkan, menduga, berpendapat, berasumsi, menyimpulkan. Ada pula yang menggunakan kata-kata perujukan, seperti berdasarkan data…, merajuk pada pendapat… .pernyataan-pernyataan seperti itu digunakan untuk lebih meyakinkan dan memperkuat bujukan yang digunakan penulis sebelum ataupun sesudahnya.