Diperbarui tanggal 3/Des/2021

Kalimat

kategori Bahasa dan Sastra Indonesia / tanggal diterbitkan 1 Desember 2021 / dikunjungi: 1.97rb kali

Pengertian Kalimat

Kalimat merupakan rentetan kata yang setidaknya memiliki pola subjek dan predikat serta memiliki intonasi akhir pada ujaran dan tanda baca pada tulisan. Ramlan (2001: 21) mengungkapkan kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Batasan tersebut sesuai dengan pernyataan Alwi dkk. (2005: 35) yang menyatakan bahwa ”kalimat mengandung unsur paling tidak subjek dan predikat, tetapi telah dibubuhi intonasi dan tanda baca”. Kalimat pada umumnya beraneka ragam tergantung pada jenis pembagiannya. Berikut ini disajikan jenis-jenis kalimat ditinjau dari beberapa segi.

Jenis Kalimat

Kalimat dapat dibagi-bagi jenisnya jika ditinjau dari beberapa segi, diantaranya yaitu jenis kalimat ditinjau dari segi jumlah klausanya serta jenis kalimat ditinjau dari segi bentuknya. Berikut ini dibahas mengenai jenis kalimat ditinjau dari jumlah klausa dan bentuk sintaksisnya.

  1. Jenis Kalimat Ditinjau dari Jumlah Klausanya
    Alwi dkk, (2003: 39) menyatakan “bahwa jika ditinjau dari segi jumlah klausanya, kalimat dibagi menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk”.
    1. Kalimat Tunggal
      Tarigan (1985: 5) menyatakan bahwa “kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas tanpa klausa terikat”. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Alwi dkk. (2003:339) yang menyatakan bahwa “kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa”. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa saja.

      Pada kalimat tunggal, unsur yang membangun kalimat seperti subjek dan predikat hanya muncul satu kali saja. Berdasarkan kategori predikatnya, kalimat tunggal dibagi menjadi lima macam, yaitu kalimat tunggal berpredikat verbal, berpredikat adjektival, berpredikat nominal (termasuk pronomina), berpredikat numeral, serta berpredikat frasa preposisional.
      1. Kalimat Berpredikat Verbal
        Kalimat berpredikat verbal terbagi lagi menjadi tiga macam, yaitu kalimat taktransitif, kalimat ekatransitif, serta kalimat dwitransitif.
        1. Kalimat Taktransitif
          Kalimat taktransitif merupakan kalimat yang predikatnya tidak berobjek dan tidak berpelengkap namun dapat diiringi oleh unsur tak wajib berupa keterangan.
          Contoh:
          1. Pak camat sedang berkebun.
          2. Dia Berjalan dengan tongkat.
        2. Kalimat Ekatransitif
          Kalimat Ekatransitif merupakan kalimat yang terdiri dari tiga unsur wajib, yaitu subjek, predikat, dan objek dengan predikat berupa verba.
          Contoh: Nilai Ebtanas Murni menentukan nasib para siswa.
        3. Kalimat Dwitransitif
          Dalam bentuk aktif, kalimat dwitransitif terdiri dari unsur subjek, objek, dan pelengkap.
          Contoh: Ida sedang mencarikan adiknya mainan.
      2. Kalimat Berpredikat Adjektival
        Kalimat berpredikat adjektiva atau frasa adjektival merupakan kalimat yang predikatnya berupa kata sifat.
        Contoh:
        1. Ayahnya sakit.
        2. Pernyataan orang itu benar.
        Kata sakit pada kalimat (1) dan kata benar pada kalimat (2) merupakan verba adjektiva.
      3. Kalimat Berpredikat Nominal
        Kalimat berpredikat nominal (termasuk pronomina) atau frasa nomina merupakan kalimat yang kedua nomina atau frasa nominalnya dijejerkan dengan syarat unsur subjek dan predikatnya terpenuhi.
        Contoh: Buku itu cetakan Bandung.
      4. Kalimat Berpredikat Numeral
        Kalimat berpredikat numeral merupakan kalimat yang predikatnya berupa numeralia (kata bilangan) tak tentu (banyak dan sedikit).
        Contoh: Anaknya banyak.
      5. Kalimat Berpredikat Frasa Preposisional
        Kalimat berpredikat frasa preposisional merupakan kalimat yang predikatnya memiliki preposisi.
        Contoh: Mereka ke rumah kemarin.
    2. Kalimat Majemuk
      kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. SejalandenganpendapatTarigan (1983:7) menyatakan bahwa kalimat majemuk adalah “kalimat yang terdiri beberapa klausa bebas”. Sesuai dengan batasan tersebut, Alwi dkk. (2003:40) menyatakan bahwa “kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu proposisi sehingga mempunyai paling tidak dua predikat yang tidak dapat dijadikan satu kesatuan sehingga selalu berwujud dua klausa atau lebih”.

      Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Kalimat majemuk terbagi menjadi dua macam, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
      1. Kalimat Majemuk Setara
        Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang hubungan antara klausa yang satu dan klausa yang lain menyatakan hubungan koordinatif. Klausa yang terdapat dalam kalimat majemuk setara dihubungkan oleh koordinator seperti dan, serta, lalu, kemudian, tetapi, padahal, sedangkan, baik... maupun..., tidak... tetapi..., dan bukan.... melainkan... .
        Contoh: Dia pergi dan istrinya mulai menangis.
        Koordinator menghubungkan klausa Dia pergi dan klausa istrinya mulai menangis. Jika dilihat dari segi koordinatornya, hubungan semantis antar klausa dalam kalimat majemuk setara terbagi menjadi tiga macam, yaitu hubungan penjumlahan, hubungan perlawanan, dan hubungan pemilihan.
        1. Hubungan Penjumlahan
          Hubungan penjumlahan adalah hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, atau proses. Hubungan ini ditandai dengan koordinator dan, serta, atau baik ... maupun. Dilihat dari konteksnya, hubungan penjumlahan dapat menyatakan hubungan sebab-akibat, urutan waktu, pertentangan, atau perluasan.
          1. Penjumlahan yang Menyatakan Sebab-Akibat
            Dalam kalimat ini, klausa kedua merupakan akibat dari klausa pertama.
            Contoh: Pada hari yang naas itu, gempa mengguncang bumi dan rumah-rumah jadi berantakan.
          2. Penjumlahan yang Menyatakan Urutan Waktu
            Dalam kalimat ini, klausa kedua merupakan urutan peristiwa dari klausa yang pertama.
            Contoh: Lina mencuci beras dan menanaknya di tungku usang.
          3. Penjumlahan yang Menyatakan Pertentangan
            Dalam kalimat ini, klausa pertama berisi pertentangan terhadap klausa yang pertama. Koordinator yang dipakai dalam kalimat ini adalah padahal, sedangkan,dan misalnya.
            Contoh: Ia selalu berfoya-foya, sedangkan orang tuanya hidup susah.
          4. Penjumlahan yang menyatakan Perluasan
            Dalam kalimat ini, klausa kedua memberi informasi tambahan pada klausa yang pertama. Koordinator yang biasa dipakai adalah dan, serta, dan baik... maupun.
            Contoh: Dia rajin bekerja, baik waktu dia masih muda maupun setelah ia tua.
        2. Hubungan Perlawanan
          Alwi dkk. (2003: 401) menyatakan “bahwa yang dimaksud dengan hubungan perlawanan adalah hubungan yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa pertama berlawanan atau tidak sama dengan apa yang dinyatakan dalam klausa kedua. Hubungan ini ditandai dengan koordinator tetapi, melainkan, namun”. Hubungan perlawanan ini dibedakan atas hubungan yang menyatakan penguatan, implikasi, dan perluasan.
          1. Perlawanan yang Menyatakan Penguatan
            Dalam kalimat ini, klausa kedua berisi penguatan terhadap klausa pertama. Klausa pertama ditandai oleh koordinator tidak/bukan saja ataupun tidak/bukan hanya, tidak/bukan sekedar dan pada klausa kedua ditandai koordinator tetapi/melainkan juga.
            Contoh: Dunia anak kecil tidak saja bebas, tetapi juga menyenangkan.
          2. Perlawanan yang Menyatakan Implikasi
            Dalam kalimat ini, klausa kedua menyatakan perlawanan terhadap klausa kedua. Kalimat ini ditanmdai dengan koordinator tetapi.
            Contoh: Semester kedelapan ini hampir usai, tetapi saya belum menyelesaikan skripsi juga.
          3. Perlawanan yang Menyatakan Perluasan
            Dalam kalimat ini, koordinator tetapi digunakan untuk menyatakan bahwa informasi yang terkandung dalam klausa kedua hanya merupakan tambahan informasi pada klausa pertama.
            Contoh: Adat dipertahankan agar tidak berubah, tetapi unsur-unsur dari luar yang dianggap baik perlu dimasukkan.
        3. Hubungan Pemilihan
          Alwi dkk. (2003:403) menyatakan bahwa hubungan pemilihan pada kalimat majemuk setara ialah hubungan yang menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan. Koordinator yang dipakai untuk menghubungkan antarklausa adalah koordinator atau.
          Contoh: Dalam kisah cinta ini Alwi harus memilih Dina atau memilih Rita.
      2. Kalimat Majemuk Bertingkat
        Kalimat majemuk setara merupakan kalimat yang memiliki klausa induk dan klausa tambahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Alwi dkk. (2003: 40) yang menyatakan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki hubungan subordinatif, yaitu yang satu merupakan induk sedangkan yang lain merupakan keterangan tambahan.
        Dilihat dari segi hubungan semantisnya, kalimat majemuk bertingkat memiliki hubungan berupa waktu, syarat, pengandaian, tujuan, konsesif, pembandingan, sebab atau alasan, hasil atau akibat, cara, alat, komplementasi, atribut, dan perbandingan.
        1. Hubungan Waktu
          Dalam kalimat ini, klausa subordinatif menyatakan waktu terjadinya suatu peristiwa pada klausa pertama. Hubungan waktu ini terbagi menjadi hubungan waktu batas permulaan, waktu bersamaan, waktu berurutan, dan waktu batas akhir.
          Contoh: Sejak ditinggal pergi orang tuanya, Ani semakin tak terurus.
          Kata sejak pada kalimat di atas merupakan subordinasi hubungan waktu batas permulaan.
        2. Hubungan Syarat
          Dalam kalimat ini, subordinatifnya menyatukan syarat terjadinya apa yang disebut dalam klausa utama. Subordinatif yang biasa dipakai dalam kalimat ini ialah jika(lau), kalau, dan asal(kan).
          Contoh: Jika Anda berkenan membantu saya, pasti saya akan sangat senang.
        3. Hubungan Pengandaian
          Klausa subordinatif dalam kalimat ini berfungsi sebagai pengandaian terlaksananya suatu kejadian yang disebut pada klausa utama. Adapun subordinatornya tersebut meliputi seandainya, andaikata, andaikan, dan sekiranya.
        4. Hubungan Tujuan
          Klausa subordinatif dalam kalimat ini berfungsi sebagai tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa pertama. Adapun subordinatornya meliputi agar, supaya, untuk, dan biar.
        5. Hubungan Konsesif
          Klausa subordinatif dalam kalimat ini berisi suatu pernyataan yang tak akan dapat mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Adapun subordinatornya meliputi walau(pun), walau(pun), sekalipun, biar(pun), kendati(pun), dan sungguh(pun).
        6. Hubungan Pembandingan
          Klausa subordinatif dalam kalimat ini menyatakan pembandingan, kemiripan, atau preferensi antara apa yang dinaytakanm dalam klausa utama dengan klausa subordinatifnya. Adapun subordinator yang terdapat pada kalimat ini ialah seperti, laksana, ibarat, sebagaimana, daripada, dan alih-alih.
        7. Hubungan Sebab atau Alasan
          Klausa subordinatif dalam kalimat ini menayatakan sebab atau alasan terjadinya apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Subordinatornya ialah sebab, karena, akibat, dan oleh karena.
        8. Hubungan Hasil atau Akibat
          Klausa subordinatif dalam kalimat ini menyatakan hasil atau akibat dari yang dinyatakan pada klausa utama. Subordinatornya meliputi sehingga, sampai(-sampai), dan maka,
        9. Hubungan Cara
          Klausa subordinatif dalam kalimat ini menyatakan cara pelaksanaan dari apa yang dinyatakan pada klausa utama. Subordinatornya meliputi dengan, dan tanpa.
        10. Hubungan Alat
          Klausa subordinator pada kalimat ini menyatakan alat yang dinyatakan pada klausa utama. Subordinatornya meliputi dengan dan tanpa.
        11. Hubungan Komplementasi
          Klausa subordinatif dalam kalimat ini melengkapi apa yang dinyatakan pada verba klausa utama atau oleh nomina subjek, baik dinyatakan maupun tidak. 
        12. Hubungan Atribut
          Hubungan atributif ditandai dengan subordinator yang. Terdapat dua macam hubungan atributif, yaitu restriktif dan takrestriktif.
        13. Hubungan Perbandingan
          Klausa subordinatif dalam kalimat ini memiliki unsur yang tarafnya sama atau berbeda dengan klausa utama. Subordinatornya meliputi sama... dengan, dan lebih/kurang... dari(pada)
  2. Jenis Kalimat Ditinjau dari Bentuk Sintaksisnya
    Alwi dkk. (2003: 336) menyatakan bahwa jika ditinjau dari segi bentuk sintaksisnya, kalimat dibagi menjadi kalimat deklaratif, kalimat interogatif, kalimat imperatif, dan kalimat ekslamatif.
    1. Kalimat Deklaratif
      Tarigan (1985: 10) menyatakan bahwa kalimat deklaratif adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa mengharapkan responsi tertentu. Pernyatan tersebut sejalan dengan pernyataaan Alwi dkk. (2003:352) yang menyatakan bahwa kalimat deklaratif atau yang dikenal sebagai kalimat berita adalah kalimat yang isinya berupa berita bagi pendengar atau pembacanya.
      Contoh: Tadi siang artis ibukota mendatangi desa Purwasari.

      Dengan demikian, kalimat berita merupakan kalimat yang isinya berupa berita. Dalam bahasa tulis, kalimat deklaratif diakhiri dengan tanda titik.
    2. Kalimat Interogatif
      Kalimat interogatif menurut Tarigan (1985:11) adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang berupa jawaban. Sementara itu, Alei dkk, (2003:357) menyatakan bahwa kalimat interogatif atau kalimat tanya adalah kalimat yang ditandai dengan kehadiran kata tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, dan bagaimana.
      Contoh: Kapan barang ini akan dikirim?
      Pada contoh kalimat interogatif tersebut, akhir kalimat pada bahasa tulis ditandai dengan adanya akhiran tanda tanya (?). sementara itu, pada bahasa lisan, kalimat interogatif ditandai dengan adanya suara naik, terutama jika tidak ada kata tanya atau suara turun.
    3. Kalimat Imperatif
      Alwi dkk. (2003: 353) menyatakan bahwa kalimat imperatif merupakan kalimat perintah atau suruhan dan permintaan. Sementara itu, Tarigan (1985) menyatakan bahwa kalimat perintah merupakan kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang berupa tindakan.
      Contoh: Masuk, Ani!
      Kalimat imperatif ini terbagi menjadi kalimat perintah biasa, perintah halus, permohonan, ajakan atau harapan, larangan atau perintah negatif, dan pembiaran.

Pola Kalimat

Jumlah kalimat yang digunakan sebagai alat komunikasi tidak terhitung jumlahnya. Namun, kalimat yang terbatas jumlahnya tersebut dapat dikembalikan pada struktur dasarnya. Alwi dkk. (2003: 321) menyatakan bahwa dalam suatu kalimat tidak selalu kelima fungsi sintaksis itu terisi, tetapi paling tidak harus ada konstituen pengisi subjek dan predikat. Sedangkan kehadiran konstituen lainnya banyak ditentukan oleh unsur predikatnya. Hal tersebut tentu berpengaruh pula pada jumlah pola kalimat yang terdapat dalam suatu komunikasi. Adapun pola-pola tersebut dapat meliputi pola kalimat SPOK, SPOPel, SPO, SPPel, SPK, dan SP.

Unsur-unsur Kalimat

  1. Subjek 
    Subjek adalah 1) pokok pembicaraan; pokok bahasan; 2) bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara; pokok kalimat; 3) pelaku. Predikat adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek.

    Subjek adalah hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan atau nomina yang melengkapi verba transitif dalam klausa. Ciri-ciri Subjek
    1. Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Misal: harimau binatang liar.
    2. Subjek sering juga berupa frasa verbal. Misal: berjalan kakimenyehatkan badan.
    3. Pada umumnya subjek terletak di sebelah kiri predikat. Jika unsur subjek anjang dibandingkan dengan unsur predikat, subjek sering juga diletakkan di akhir kalimat. Misal: tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian.
    4. Subjek pada kalimat imperatif adalah orang kedua atau orang pertama jamak dan biasanya tidak hadir. Misal: mari (kita) makan.
    5. Subjek pada kalimat aktif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu dipasifkan. Misal: kue saya dihabiskan (oleh) anak itu [Pel].
  2. Predikat
    Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri dan, jika ada, konstituen objek, pelengkap, dan/atau keterangan wajib di sebelah kanan. 
    Ciri-ciri Predikat:
    1. Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival.
    2. Pada kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa numeral, atau frasa preposisional, disamping frasa verbal dan frasa adjektival.
    3. Predikat dalam bahasa Indonesia dapat mengisyaratkan makna „jumlah? FN subjek.
  3. Objek
    Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupaverba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu setelah predikatnya. Ciri-ciri Objek:
    1. Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Misal: Adi mengunjungi PakRustam.
    2. Selain satuan berupa nomina atau frasa nominal, konstituen objek dapat pula berupa klausa.
    Objek pada kalimat aktif transitif akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan. Misal: pembantu membersihkan ruangansaya.
  4. Keterangan Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Ciri-ciri Keterangan:
    1. Keterangan dapat berada di akhir, di awal, bahkan di tengah kalimat.
    2. Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka.
    3. Konstituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, dan frasa adverbial.