Diperbarui tanggal 5/Des/2021

Gaya Bahasa

kategori Bahasa dan Sastra Indonesia / tanggal diterbitkan 4 Desember 2021 / dikunjungi: 4.09rb kali

Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan. Gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian dalam menggunakan alat ini sangat mempengaruhi jelas tidaknya tulisan di dalam lempengan tadi. Seiring berkembangnya jaman, penekanan pada keahlian menulis pada lempeng lilin ini bergeser maknanya menjadi keahlian menulis atau mempergunakan kata-kata dengan indah. Keraf (1984:112) “persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan: pilihan kata secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup sebuah wacana secara keseluruhan”.Gaya bahasa ditekankan oleh Keraf (1984:113) sebagai cara mengungkapkan pikiran secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).

Menurut Enviks ada enam pengertian gaya bahasa , yaitu: “(a) bungkus yang membungkus inti pemikiran atau peryataan yang telah ada sebelumnya, (b) pilihan diantara beragam pernyataan yang mungkin, (c) sekumpulan ciri kolektif, (d) penyimpangan norma atau kaidah, (e) sekumpulan ciri pribadi, dan (f) hubungan antara satuan bahasa yang dinyatakan dalam teks yang lebih luas dari pada sebuah kalimat. “Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda lain yang lebih umum (Tarigan 1986:5). Secara singkat dapat dikatakan bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan menarik (Keraf, 1984:113).

Dari berbagai pengertian gaya bahasa yang telah dikemukakan maka dapat merumuskan bahwa gaya bahasa adalah pemanfaatan bahasa, pemakain ragam tertentu untuk memperoleh efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan dengan jalan membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.

Fungsi Gaya Bahasa

Gaya bahasa sebagai bagian dari pokok bahasan ilmu semantik memiliki peran yang sangat penting dalam penciptaan sebuah puisi. Sebuah syair lagu menjadi menarik dengan adanya penggunaan satuan bahasa atau gaya bahasa tertentu di dalamnya. Puisi memiliki makna tertentu sesuai dengan jenis gaya bahasa yang digunakan. Sebenarnya, apakah fungsi penggunaan gaya bahasa? Pertama-tama, bila dilihat dari fungsi bahasa, penggunaan gaya bahasa termasuk ke dalam fungsi puitik, yaitu menjadikan pesan lebih berbobot. Pemakaian gaya bahasa yang tepat (sesuai dengan waktu dan penerima yang menjadi sasaran) dapat menarik perhatian penerima. Sebaliknya, bila penggunaannya tidak tepat, maka penggunaan gaya bahasa akan sia-sia belaka. Misalnya apabila dalam novel remaja masa kini terdapat banyak gaya bahasa dari masa sebelum kemerdekaan, maka pesan tidak sampai dan novel remaja itu tidak akan disukai pembacanya. Pemakaian gaya bahasa juga dapat menghidupkan apa yang dikemukakan dalam teks, karena gaya bahasa dapat mengemukakan gagasan yang penuh makna dengan singkat. Seringkali pemakaian gaya bahasa digunakan untuk penekanan terhadap pesan yang diungkapkan.

Gaya bahasa memang banyak dan biasanya dibicarakan dalam sastra. Sebenarnya bukan soal gaya bahasa yang dipentingkan, tetapi makna atau kalimat yang menggunakan gaya bahasa tersebut yang perlu dibicarakan. Misalnya Pak Made membeli lima ekor kambing. Orang yang mendengar pernyataan tersebutakan segera mengetahui bahwa makna yang terkandung dalam gabungan kata ini adalahlima kambing bukan lima ekor kambing. Dengan demikian dapat dikatakan ada makna yang berhubungan dengan gaya personifikasi, metonomia dan seterusnya. Dalam hal ini makna gaya bahasa yang diteliti adalah makna gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan dan gaya bahasa perulangan. Semantik dimanfaatkan sebagai alat untuk mengungkapkan makna denotasi (makna lugas) dan makna konotasi (makna kias). Deskripsi ini akan tampak melalui pilihan kata, yaitu ketepatan dan kesesuain kosakata.

Unsur-Unsur Gaya Bahasa

Menurut Abrams melalui (Pradopo,1995: 190),unsur-unsuryang terkandung dalam gaya bahasa yaitu: diksi,struktur kalimat,majas dancitraan.

  1. Diksi
    Adapun uraiannya sebagai berikut :
    Media untuk mencurahkan pengalaman, perasaan dalam puisiadalah bahasa, baik tidaknya tergantung pada kecakapan penyair dalammempergunakan kata. Penyair hendak mencurahkan pikirannya,pengalaman batinnya dengan setepat-tepatnya seperti yang dialamibatinnya. Untuk mengekspresikan pengalaman jiwanya agar dapat terjelmadengan tepat, juga harus mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatandaya magis dari kata-kata tersebut. Untuk menggunakan kata-kata,tentunya seorang penyair akan mempertimbangkan makna. Adapun maknayang ditimbulkan tergantung dari kehalusan perasaan penyair(Ambarini, 2002:1).

    Menurut Keraf, (1984:24Diksi atau pilihan kata mencakup pengertian kata-kata manayang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentukpengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan- ungkapan yang tepat dan gaya mana yang paling baik digunakan dalamsuatu situasi.Suatu kesalahan yang besar menganggap bahwa persoalan pilihankata adalah persoalan yang sederhana. Dalam kehidupan sehari-hari seringkita jumpai orang- orang yang sulit mengungkapkan maksudnya danmiskin variasi bahasanya. Tetapi kita juga berjumpa dengan orang-orang yang sangat boros dan mewah mengobralkan perbendaharaan katanya,namun tidak ada isi yang tersirat dibalik kata-kata itu. Untuk itu setiapanggota masyarakat harus mengetahui bagaimana pentingnya peranan katadalam komunikasi sehari-hari

    Ditegaskan kembali oleh Keraf, 1984:24) “pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secaratepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dankemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasidan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan katayang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlahbesar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu”.
  2. Struktur Kalimat
    Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Struktur kalimat adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut.Struktur kalimat ada 3 macam yaitu:
    1. Kalimat yang bersifat periodicadalah bagian yang terpenting atau gagasan yagn mendapat penekananditempatkan pada akhir kalimat,
    2. Kalimat yang bersifat kendur, yaitu bila bagian kalimat yang mendapat penekanan ditempatkan pada awal kalimat,
    3. Kalimat berimbang yaitu kalimat yang mengandung duakalimat atau lebih yang kedudukannya sama tinggi atau sederajat.
  3. Majas dan Citraan
    1. Majas
      Menurut (Pradopo,1995:61), “untuk mendapatkan kepuitisan ialah bahasa kiasan (Figurative Language) atau yang disebut juga dengan majas.” Dengan bahasa yang figuratif menyebabkan puisi dapat mengungkapkan gambaran yang diinginkan oleh penyair. Bahasa Figuratif dipandang lebih efektif utnuk menyatakan apa yang dimaksudkan oleh penyair karena (1). Mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2). Merupakan cara untuk menghasilkan imajitambahan dalam puisi atau lagu, sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi atau lagu enak dibaca, (3). Cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4). Cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang luas.

      Bahasa Figuratif terdiri atas pengiasan yang menimbulkan makna kias dan pelambang yang menimbulkan makna lambagan. Pengiasan disebut simile atau persamaan. Untuk memahami bahasa figuratif atau majas, pembaca harus menafsirkan kiasan dari lambang yang dipakai penyair (Ambarini, 2002:13).
    2. Citraan
      Tarigan,(1984:30) mengatakan “semua penyair ingin menyuguhkan pengalaman batin yang pernah dialaminya kepada para penikmat karyanya. Salah satu usaha untuk memenuhi keinginan tersebut ialah dengan pemilihan serta penggunaan kata-kata yang tepat dalam karya mereka. Pilihan sertapenggunaan kata-kata yang tepat itu dapat memperkuat serta memperjelas daya bayang pikiran manusia, dan energi tersebut dapat pula mendorong imajinasi atau daya bayang kita untuk menjelmakan gambaran yang nyata”.

      Gambaran-gambaran angan itu disebut citraan (imagery). Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai (gambaran) yang duhasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata dan daerah-daerah otak yang berhubungan. Pradopo menyatakan citraan biasanya lebih mengingatkan kembali dari pada membuat kesan pikiranbaru.