Diperbarui tanggal 7/Nov/2022

Cerita Fabel

kategori Bahasa dan Sastra Indonesia / tanggal diterbitkan 7 November 2022 / dikunjungi: 1.85rb kali

Pengertian Cerita Fabel

Secara etimologis fabel berasal dari bahasa Latin fabulat. Fabel merupakan cerita tentang kehidupan binatang yang berperilaku menyerupai manusia. Fabel termasuk jenis cerita fiksi, bukan kisah tentang kehidupan nyata. Fabel sering juga disebut cerita moral karena pesan yang ada di dalam cerita fabel berkaitan erat dengan moral. Kosasih dkk (2017:194) mengemukakan bahwa teks cerita fabel tidak hanya mengisahkan kehidupan binatang, tetapi juga mengisahkan kehidupan manusia dengan segala karakternya. Binatang-binatang yang ada pada cerita fabel memiliki karakter seperti manusia. Karakter mereka ada yang baik dan ada juga yang tidak baik. Mereka mempunyai sifat jujur, sopan, pintar, dan senang bersahabat, serta melakukan perbuatan terpuji. Mereka ada juga yang berkarakter licik, culas, sombong, suka menipu, dan ingin menang sendiri.

Cerita fabel tidak hanya ditujukan kepada anak-anak, tetapi juga kepada orang dewasa. Setelah membaca dan memahami teks cerita fabel, kamu dapat belajar pada karakter-karakter binatang tersebut. Cerita fabel menjadi salah satu sarana yang potensial dalam menanamkan nilai-nilai moral. Kita dapat belajar dan mencontoh karakter-karakter yang baik dari binatang itu agar kamu memiliki sifat terpuji. Fabel adalah cerita fiksi berupa dongeng yang menggambarkan budi pekerti manusia yang diibaratkan pada binatang. Karakter binatang dalam cerita fabel dianggap mewakili karakter manusia dan diceritakan mampu bertindak seperti manusia tetapi tidak menghilangkan karakter binatangnya. Tokoh fabel adalah binatang. Fabel bertema kehidupan binatang. Biasanya, berlatar di hutan, sungai, atau alam bebas yang tidak dapat diubah menjadi latar rumah atau sekolah. Tokoh dalam fabel biasanya adalah hewan jinak dan hewan liar. Misalnya, fabel “Cici dan Serigala”, menggunakan tokoh kelinci dan serigala. Tokoh baik akan berakhir bahagia dan tokoh jahat berakhir sengsara atau mendapatkan akibat dari perbuatannnya.

Konflik fabel disebabkan oleh pengkhianatan, kelicikan, penghinaan, kesombongan, persahabatan, perilaku buruk yang akhirnya diperbaiki, kecerdikan, keluarga, dan sebagainya. Konflik-konflik tersebut mengemban amanat berupa nilai-nilai moral dan karakter manusia yang baik. Latar fabel berupa alam (hutan, sungai, kolam, lembah, dan sebagainya). Sebagai teks narasi fabel memiliki urutan-urutan kejadian yang menarik dan menginspirasi. Alur pada tabel umumnya alur maju (dari awal bergerak maju hingga terjadi akibat dari peristiwa sebelumnya). Dalam urutan beberapa kejadian atau peristiwa secara kronologis menggunakan konjungsi pengurutan : sesudah, sebelum, lalu, mula-mula, kemudian, selanjutnya, setelah itu, atau akhirnya. Penggunaan konjungsi waktu bersamaan (sementara itu, seraya, sambil). Jenis fabel ada yang terdapat pesan eksplisit (ada koda) dan ada fabel yang pesan pengarang tidak dicantumkan secara eksplisit.

Ciri Umum Cerita Fabel

Kosasih dkk (2017) mengemukakan ciri umum fabel sebagai berikut.

  1. Fabel mengambil tokoh para binatang.
  2. Watak tokoh para binatang digambarkan ada yang baik dan ada yang buruk (seperti watak manusia).
  3. Tokoh para binatang bisa berbicara seperti manusia.
  4. Cerita memiliki rangkaian peristiwa yang menunjukkan kejadian sebab-akibat. Rangkaian sebab- akibat diurutkan dari awal sampai akhir.
  5. Fabel menggunakan latar alam (hutan, sungai, kolam, dll).
  6. Ciri bahasa yang digunakan (a) kalimat naratif/peristiwa (Katak mendatangi Ikan yang sedang kehujanan, Semut menyimpan makanan di lubang), (b) kalimat langsung yang berupa dialog para tokoh, dan (c) menggunakan kata sehari-hari dalam situasi tidak formal (bahasa percakapan).

Unsur Pembangun Fabel

Kosasih dkk (2017) mengemukakan unsur pembangun fabel sebagai berikut.

  1. Tema : tema adalah gagasan yang mendasari cerita. Tema dapat ditemukan dari kalimat kunci yang diungkapkan tokoh, atau penyimpulan keseluruhan peristiwa sebab-akibat pada cerita.
  2. Alur: alur adalah jembatan tiap peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat. Setiap peristiwa terjadi berdasarkan urutan kejadian yang disusun secara sistematis dan mudah dimengerti.
  3. Tokoh: orang/hewan yang menjadi pelaku dalam cerita (tokoh protagonis, atau antagonis, tokoh utama atau tokoh pembantu). Ciri tokoh utama adalah
    1. sering dibicarakan;
    2. sering muncul; dan
    3. menjadi pusat cerita (menggerakkan jalan cerita).
    Tokoh pembantu adalah tokoh tambahan. Biasanya dalam cerita fabel tokoh yang diambil adalah para binatang, namun tidak menutup kemungkinan tokohnya juga manusia. Tokoh binatang dalam cerita fabel digambarkan dapat berbicara dan hidup layaknya manusia.
  4. Penokohan: pemberian karakter pada tokoh. Karakter bisa bersifat protagonis/yang disukai atau tokoh antagonis/yang tidak disukai. Watak tokoh dapat disimpulkan dari penggambaran fisik, penggambaran tindakan tokoh, dialog tokoh, monolog, atau komentar/narasi penulis terhadap tokoh.
  5. Setting atau latar: adalah tempat dan waktu kejadian serta suasana dalam cerita. Ada tiga jenis latar, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
  6. Amanat: adalah pesan yang disampaikan penulis secara tidak langsung. Amanat disimpulkan dari sikap penulis terhadap permasalahan yang diangkat pada cerita. Pesan disimpulkan dari sikap penulis terhadap permasalahan yang diangkan dalam cerita. pesan disampaikan secara wajar dan tidak menggurui.

Selain keenam unsur tersebut, terdapat pula sudut pandang (point of view). Menurut Nurgiyantoro (2015B:336) sudut pandang berpengaruh terhadap penyajian cerita. Sudut pandang merupakan teknik penceritaan, yaitu melalui tokoh siapa yang mengisahkan ceritanya. Penulis bisa memilih sebagai orang pertama dengan bercerita melalui tokoh “aku? atau “saya? dapat pula memakai tokoh “dia? atau “mereka?, serta dengan menggunakan nama tertentu sebagai pengisah cerita tersebut.

Struktur Cerita Fabel

Fabel merupakan cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang (berisi pendidikan moral dan budi pekerti). Kosasih dkk (2017: 209) membagi fabel menjadi empat bagian menurut strukturnya. Keempat bagian tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Orientasi, merupakan bagian awal dari suatu cerita yang berisi pengenalan tokoh, latar tempat, dan waktu. Pada bagian awal mendeskripsikan peristiwa dan hal yang dialami pelaku dalam cerita.
  2. Komplikasi, konflik atau permasalahan antara satu dengan tokoh yang lain. Komplikasi merupakan jalan menuju klimaks. Biasanya pelaku cerita bereaksi terhadap konflik. Konflik dikemas dengan cara yang unik dan menarik sehingga pembaca dapat terkesan dengan cerita.
  3. Resolusi, merupakan bagian yang berisi pemecahan masalah. Konflik yang terjadi dalam cerita satu-persatu dapat diselesaikan dengan pengemasan cerita yang menarik.
  4. Koda, merupakan bagian terakhir fabel yang berisi perubahan yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita tersebut. Koda boleh ada boleh tidak dalam sebuah cerita fabel. Koda terdapat dalam sebuah cerita melalui pesan yang disampaikan secara eksplisit. Biasanya terjadi perubahan pada tokoh.

Selain struktur cerita, sebuah tulisan dapat dinilai melalui segi penulisannya. Segi penulisan dan kaidah kebahasaan perlu diperhatikan agar tulisan dapat dicerna dengan baik oleh pembaca. Kaidah kebahaan yang dinilai untuk sebuah cerita fabel seperti penggunaan tanda baca dan penggunaan huruf kapital. Selain itu dalam cerita fabel biasanya menggunakan kalimat naratif, menggunakan konjungsi pengurutan (sesudah, sebelum, mula-mula), dan menggunakan konjungsi waktu bersamaan (sementara itu, seraya, sambil).

Jenis Cerita Fabel

Ditinjau dari pemberian watak dan latarnya, dibedakan fabel alami dan fabel adaptasi. Fabel alami menggunakan watak tokoh binatang seperti pada kondisi alam nyata, (Kosasih dkk, 2017:204). Misalnya, kura-kura diberi watak lamban, singa buas dan ganas. Selain itu, fabel alami menggunakan alam sebagai latar (hutan, sungai, kolam, dsb). Fabel adaptasi adalah fabel yang memberikan watak tokoh dengan mengubah watak aslinya pada dunia nyata dan menggunakan tempat-tempat lain sebagai latar (di rumah, di jalan raya). Misalnya, landak yang pemalu berulang tahun di rumah makan. Ditinjau dari kemunculan pesan dibedakan fabel dengan koda dan tanpa koda. Fabel dengan koda berarti fabel dengan memunculkan secara eksplisit pesan pengarang di akhir cerita. Sebaliknya, fabel tanpa koda tidak memberikan secar eksplisit pesan pengarang di akhir cerita.