Diperbarui tanggal 6/Nov/2022

Bercerita

kategori Bahasa dan Sastra Indonesia / tanggal diterbitkan 6 November 2022 / dikunjungi: 4.08rb kali

Pengertian Bercerita

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan bercerita seseorang tau apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena itu orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan dengan menarik. Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain”(Bachir 2005:10). Sedangkan menurut M.Nur Mustakim (2005:20) “bercerita adalah upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih keterampilan dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide-ide dalam bentuk lisan dalam upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa. Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dengan bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain dan menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang pebuatan atau suatu kejadian secara lisan dalam upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa.

Tujuan Bercerita

Pada dasarnya tujuan utama bercerita adalah untuk berkomunikasi atau bertukar informasi dengan orang lain. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seseorang harus memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2001:277), yang mengemukakan bahwa “tujuan bercerita adalah untuk mengemukakan sesuatu kepada orang lain”. Sementara itu, Menurut Mudini dan Salamat Purba (2009:4), menjelaskan tujuan bercerita sebagai berikut:

  1. mendorong atau menstimulasi Maksud dari mendorong atau menstimulasi yaitu apabila pembicara berusaha memberi semangat dan gairah hidup kepada pendengar. Reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan inspirasi atau membangkitkan emosi para pendengar.
  2. Meyakinkan Maksud dari meyakinkan yaitu apabila pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap para pendengar. Alat yang paling penting dalam meyakinkan adalah argumentasi. Untuk itu diperlukan bukti, fakta, dan contoh konkret yang dapat memperkuat argumentasi untuk meyakinkan pendengar.
  3. Menggerakan Maksud dari menggerkan yaitu apabila pembicara menghendaki adanya tindakan atau perbuatan dari para pendengar. Misalnya berupa persetujuan atau ketidaksetujuan, pengumpulan dana, penandatanganan suatu resolusi, mengadakan aksi social. Dasar dan tindakan atau perbuatan ini adalah keyakinan yang mendalam atau terbakarnya emosi.
  4. Menginformasikan Maksud dari menginformasikan yaitu, apabila pembicara ingin memberi informasi tentang sesuatu agar para pendengar dapat mengerti dan memahaminya.
  5. Menghibur Maksud dari menghibur yaitu apabila pembicara bermaksud menggembirakan atau menyenangkan pada pendengarnya. Pembicaraannya ini biasanya dilakukan daam suatu resepsi, ulang tahun, pesta atau pertemuan gembira lainnya. Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari kegiatan bercerita adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan cara melaporkan, membujuk, mengajak, menghibur, dan meyakinkan.

Manfaat Bercerita

Tadkiroatun Musfiroh (2005:95) menyatakan bahwa manfaaat bercerita, adalah sebagai berikut:

  1. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak
  2. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi
  3. Memacu kemampuan verbal anak
  4. Merangsang minat menulis anak
  5. Membuka cakrawala pengetahuan anak

Sedangkan Bachtiar S. Bachri (2005:11), mengatakan bahwa manfaat bercerita adalah dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya. Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat bercerita adalah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak.

Kemampuan Bercerita

Untuk menilai kemampuan siswa bercerita kegiatan penelitian meliputi dua hal, yaitu penilaian hasil/unjuk kerja. Penilaian berupa unjuk kerja siswa dengan menggunakan aspek urutan cerita, volume suara, pelafalan, intonasi, dan gestur. Landasan pemilihan aspek yang akan dinilai ini berdasarkan Standar Kompetensi Berbicara dengan KD ( Kompetensi Dasar) 6.1 Bercerita dengan urutan yang baik, volume suara, lafal, intonasi dan gestur.

  1. Urutan Cerita
    Untuk dapat menyampaikan cerita dengan baik, pencerita harus menceritakan ceritanya secara berurutan. Hal ini dilakukan agar pendengar dapat memahami dengan baik cerita yang disampaikan.
  2. Volume Suara
    Suara merupakan modal utama dalam bercerita. Suara harus disesuaikan dengan pendengar yang ada dalam ruangan. Jika pendengarnya banyak dan ruangan nya besar, maka pencerita harus mengeraskan suaranya sehingga apa yang diceritakan bisa terdengar oleh pendengar. Setyonegoro (2014:54) “ Volume adalah tingkat keras atau tidaknya suara yang adalah tingkat keras atau tidaknya suara yang dituturkan oleh alat ucap. Volume memiliki efek makna dalam berbicara seperti marah, memerintah, membentak, dan sebagainya”.
  3. Pelafalan
    Pelafalan adalah cara seseorang mengungkapkan bunyi bahasa. Agar pendengar lebih mudah memahami isi cerita, dalam bercerita peserta harus mengucapkan huruf, kata, dan kalimat dengan tepat. Dialek adalah ciri khas yang dimiliki seseorang dalam suatu daerah dan umum dipakai di daerah tertentu. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Setyonegoro (2014: 54), menyatakan bahwa: Karakteristik olah vokal salah satumya adalah kejelasan dan artikulasi, kejelasan menunjukan vokal yang dapat didengar dengan jelas, kejelasan meliputi kejelasan artikulasi dan pelafalan. Dalam Bahasa Indonesia kejelasan ini ditandai dengan terbatasnya pengaruh pelafalan dialek.
  4. Intonasi
    Intonasi adalah naik turunnya nada kalimat yang berfungsi membentuk makna kalimat. Dengan intonasi yang tepat, pendengar dapat membedakan pengucapan kalimat untuk nada sedih, gembira, marah, dan sebagainya. Albertus Sinaga (2012:13-14), menyatakan bahwa “ Tekanan berhubungan dengan keras lemahnya suara, nada berhubungan dengan tinggi rendahnya suara, tempo berhubungan dengan cepat lambatnya berbicara, dan durasi atau jeda menyangkut perhatian.
  5. Gestur
    Gesture adalah gerakan tubuh juga sangat mendukung cerita. Gerakan tubuh harus disesuaikan dengan isi cerita. Ketika dalam cerita itu ada bagian yang harus melompat, maka kita harus melakukan gerakan melompat. Jika menceritakan orang ketakutan, maka gerakan tubuh pencerita sedikit menggigil dan tangan merapat ke tubuh. Gesture atau ekspresi adalah perubahan ekspresi wajah, tatapan mata dan sikap pembaca ceita harus diperhatikan. Menurut Albertus Sinaga (2012:18) “Mimik adalah ekspresi Wajah yang berhubungan dengan perasaan yang terkandung dalam hati”.

Penilaian Kemampuan Bercerita

Setiap kegiatan pembelajaran, terlebih dalam krikulum 2013 ada penilaiannya di setiap kegiatan pembelajaran. Begitu pula dalam kemampuan bercerita siswa. Menurut Aries Setia Nugraha (2017: 156) aspek penilaian kemampuan bercerita adalah sebagai berikut:

  1. aspek kebahasaan artinya aspekaspek yang menjadi faktor keefektifan saat berbicara dengan memperhatikan bahasa. Dalam ilmu bahasa ada ilmu fonologi, morfologi, sintaksis, simantik, dan pragmatik. Dalam kegiatan berbicara hal-hal tersebut menjadi penting untuk diperhatikan, yaitu pengucapan, tekanan, nada, intonasi, pilihan kata dan struktur kalimat,
  2. aspek non kebahasaan, dalam bercerita harus memilih metode. Metode yang dimaksud adalah cara bercerita yang mencakup posisi duduk, tempat bercerita, dan sebagainya. hal-hal tersebut merupakan faktor non kebahasaan. selain itu, faktor non kebahasaan yang harus diperhatikan lagi adalah sikap, pandangan, kesediaan, gerak-gerik dan mimik, kenyaringan, kelancaran,
    penalaran dan penguasaan topik.

Apsek penilaian bercerita menurut Burhan Nugiantoro (2010:410) sebagai berikut:

  1. ketepatan isi cerita,
  2. ketepatan menunjukkan detai cerita,
  3. ketepatan logika cerita,
  4. ketepatan makna seluruh cerita,
  5. ketepatan kata,
  6. ketepatan kalimat,
  7. kelancaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek penilaian bercerita adalah sebagai berikut:

  1. aspek kebahasaan meliputi: pengucapan, tekanan, nada, intonasi, pilihan kata dan struktur kalimat,
  2. aspek non kebahasaan meliputi: sikap, pandangan, kesediaan, gerak-gerik dan mimik, kenyaringan, kelancaran, penalaran, penguasaan topik, ketepatan isi, detail cerita.