Diperbarui tanggal 12/06/2021

Evaluasi Pembelajaran Ranah Kognitif

author/editor: Edi Elisa / kategori Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran / tanggal diterbitkan 12 Juni 2021 / dikunjungi: 17.44rb kali

Evaluasi hasil belajar pada ranah kognitif berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dimana Bloom membagi menjadi 6 tingkatan diawali dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Kemudian pada tahun 2001 anderson dkk, merevisi pemikiran dari bloom tersebut. Dimana Pada ranah kognitif taksonomi bloom, Anderson membaginya menjadi 2 dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif.

Pada dimensi proses kognitif Anderson mengubah urutan dari taksonomi Bloom menjadi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi dan sintesis. dan pada umumnya diberikan pengkodean dengan C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. sendangkan dimensi pengetahuan terdiri dari 4 kelompok, yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif dan pada umumnya diberikan pengkodean dengan K1, K2, K3 dan K4.

Dimensi Proses Pengetahuan

Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Ranah kognitif mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:

a. Pengetahuan (knowledge)

Yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya; mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan yang meliputi fakta, kaidah, prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan ini akan digali pada saat diperlukan melalui bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). Dalam jenjang kemampuan ini, seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya suatu konsep, fakta, atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Misalnya, “Siswa akan mampu menyebutkan nama semua sekretaris jenderal PBB, sejak saat PBB mulai berdiri”.

Dilihat dari segi bentuknya, tes yang paling sering dipakai untuk mengungkapkan aspek pengetahuan hafalan ini adalah tipe melengkapi, tipe isian, dan tipe benar salah.

b. Pemahaman (comprehension)

Yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan untuk menghubungkannya dengan hal-hal yang lain. Kemampuan ini dapat dijabarkan ke dalam tiga bentuk, yaitu menerjemahkan (translation), menginterpretasi (interpretation), dan mengekstrapolasi (extrapolation). Misalnya, “Siswa akan mampu menguraikan, dalam kata-kata sendiri”.

Secara teknis, sebagian item pemahaman dapat disajikan dalam gambar, denah, diagram, atau grafik. Dalam tes objektif, tipe soal pilihan ganda dan tipe benar salah juga dapat mengungkapkan aspek pemahaman.

c. Penerapan (application)

Yaitu kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret; mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode yang digunakan pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru, yang dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapi atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem yang baru. Situasi yang digunakan haruslah baru, karena apabila tidak demikian, maka kemampuan yang diukur bukan lagi penerapan, melainkan ingatan semata-mata. Pengukuran kemampuan ini umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving), dan melalui pendekatan ini siswa dihadapkan pada suatu masalah yang perlu dipecahkan dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Misalnya, “Siswa akan mampu menghitung jumlah liter cat yang dibutuhkan untuk mencat semua dinding di suatu ruang dan jumlah uang yang harus dikeluarkan. Data mengenai ukuran-ukuran ruang, kuantitas cat yang diperlukan untuk setiap m³ dan harga cat per kaleng @ 2 liter, disajikan”.

Secara teknis, Bloom membedakan delapan tipe aplikasi. Kedelapan tipe ini perlu diperhatikan oleh penyusun tes ketika menyusun item tes aplikasi. Kedelapan tipe aplikasi tersebut sebagai berikut.

  1. Peserta didik dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi. Dalam hal ini yang bersangkutan belum diharapkan dapat memecahkan seluruh problem, tetapi sekadar dapat menetapkan prinsip yang sesuai.
  2. Peserta didik dapat menyusun kembali problemnya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai.
  3. Peserta didik dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi.
  4. Peserta didik dapat mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip dan generalisasi.
  5. Peserta didik dapat menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu. Bentuk yang banyak dipakai adalah melihat hubungan sebab akibat. Bentuk lain ialah dapat menanyakan tentang proses terjadinya atau kondisi yang mungkin berperan bagi terjadinya gejala.
  6. Peserta didik dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu. Dasar untuk membuat ramalan diharapkan dapat ditunjukkan berdasarkan perubahan kualitatif, mungkin pula berdasarkan perubahan kuantitatif.
  7. Peserta didik dapat menentukan tindakan atau keputusan dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan. Kemampuan aplikasi tipe ini lebih banyak diperlukan oleh ahli-ahli ilmu sosial dan para pembuat keputusan.
  8. Peserta didik dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi.

d. Analisis (analysis)

Yaitu kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antaranya: mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik, yang dinyatakan dengan penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar dengan hubungan bagian-bagian itu. Kemampuan analisis ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Misanlya, “Siswa akan mampu menempatkan suatu kumpulan bunga berjumlah 20 kuntum dalam empat kategori menurut pilihannya sendiri”. Untuk membuat item tes kecakapan analisis, penyusun tes perlu mengenal berbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi analisis, yaitu:

  1. Mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase atau pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan kriteria analitik tertentu;
  2. Meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas;
  3. Meramalkan kualitas, asumsi atau kondisi yang implisit atau yang perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya;
  4. Mengetengahkan pola, tata atau pengaturan materi dengan menggunakan kriteria seperti relevansi, sebab akibat dan peruntutan;
  5. Mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi dan pola-pola materi yang dihadapinya; dan
  6. Meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan dan tujuan materi yang dihadapinya.

e. Evaluasi (evaluation)

Merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide; mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal dan mempertanggungjawabkan pendapat itu berdasarkan kriteria tertentu, yang dinyatakan dengan kemampuan memberikan penilaian terhadap suatu hal. Kriteria yang digunakan untuk mengadakan evaluasi ini dapat bersifat intern dan ekstern. Kriteria intern adalah kriteria yang berasal dari situasi atau keadaan yang dievaluasi itu sendiri, sedangkan kriteria ekstern adalah kriteria yang berasal dari luar keadaan atau situasi yang dievaluasi tersebut.

Kecakapan evaluasi seseorang setidak-tidaknya dapat dikategorikan ke dalam enam tipe, yaitu:

  1. Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen;
  2. Dapat memberikan evaluasi antara asumsi, evidensi, dan kesimpulan, serta keajegan logika dan organisasinya;
  3. Dapat memahami nilai dan sudut pandang yang dipakai orang dalam mengambil suatu keputusan;
  4. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan memperbandingkan dengan karya lain yang relevan;
  5. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan; dan
  6. Dapat memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan menggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit.

f. Sintesis (synthesis)

Yaitu kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari kemampuan analisis; mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola yang baru, yang dinyatakan dengan membuat suatu rencana, yang menuntut adanya kriteria untuk menemukan pola dan struktur organisasi yang dimaksud. Misalnya, “Siswa akan mampu memberikan uraian lisan tentang perlunya pelatihan rencana bisnis, dengan berpegang pada suatu kerangka yang mengandung pembukaan, inti, ringkasan pembahasan dan kesimpulan”.

Kecakapan sintesis dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe. Pertama, kemampuan menemukan hubungan yang unik. Artinya, menemukan hubungan antara unit-unit yang tidak berarti denagn menambahkan satu unsur tertentu, unit-unit tidak berharga menjadi sangat berharga. Termasuk ke dalam kecakapan ini adalah kemampuan mengomunikasikan gagasan, perasaan, dan pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar, simbol ilmiah dan yang lainnya. Kedua, kemampuan menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau problem yang ditengahkan. Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang tetap terpadu. Misalnya, dalam rapat bermunculan berbagai hal. Seorang anggota rapat mengusulkan langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau tahap-tahap pembahasan dan penyelesaiannya. Hal itu merupakan usaha sintesis tipe kedua. Ketiga, kemampuan mengabstraksikan sejumlah besar gejala, data dan hasil observasi menjadi terarah, proporsional, hipotesis, skema, model atau bentuk-bentuk lain.

Dimensi Pengetahuan

Terdapat empat kategori dalam dimensi pengetahuan yaitu:

  1. Pengetahuan faktual (factual knowledge), adalah pengetahuan dasar yang harus diketahui peserta didik sehingga peserta didik mampu memahami suatu masalah atau memecahkan masalah tersebut. terjadinya sebuah peristiwa. Fakta-fakta yang spesifik adalah fakta fakta yang dapat disendirikan sebagai elemen-elemen yang terpisah dan berdiri sendiri. Setiap bidang kajian mengandung peristiwa, lokasi, orang, tanggal, dan detail-detail lain yang mempresentasikan pengetahuan penting tentang bidang itu.
  2. Pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), adalah pengetahuan-pengetahuan dasar yang saling berhubungan dan dengan struktur yang lebih besar sehingga dapat digunakan secara bersama-sama dan mencakup pengetahuan tentang kategori.
  3. Pengetahuan prosedural (procedural knowledge), adalah pengetahuan mengenai bagaimana untuk melakukan sesuatu; metode untuk mencari sesuatu, suatu pengetahuan yang mengutamakan kemampuan, algoritma, teknik dan metode. Jika pengetahuan faktual dan pengetahuan konseptual mewakili pertanyaan-pertanyaan “apa”, pengetahuan prosedural bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan “bagaimana”.
  4. Pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge), adalah pengetahuan yang melibatkan pengetahuan kognitif secara umum. Metakognisi juga dapat diartikan sebagai suatu kesadaran tentang kognitif diri sendiri, bagaimana kognitif dalam diri kita itu bisa berjalan serta bagaimana kita mengaturnya