Teori Stakeholder

Penulis: Tim Editor | Kategori: Akuntansi | Tanggal Terbit: | Dilihat: 4297 kali

Pengertian Teori Stakeholder

Istilah stakeholder diperkenalkan pertama kali oleh Standford Research Institute (SRI) di tahun 1963 (Freeman, 1984). Konsep stakeholder pada dasarnya didefinisikan sebagai “those groups without whose support the organization would cease to exist” yang berarti stakeholders sebagai suatu kelompok yang mendukung keberlangsungan hidup suatu organisasi (Freeman, 1984). Freeman (1984) juga mendefinisikan stakeholder ke dalam dua pengertian. Pengertian pertama merupakan definisi secara sempit, dimana stakeholder diartikan sebagai kelompok-kelompok yang memiliki peran vital dalam kesuksesan perusahaan. Pengertian kedua merupakan definisi yang lebih luas, dimana kelompok atau individu apapun yang bisa mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan juga termasuk dalam stakeholder (Scott, 2015).

Pengertian stakeholders dapat dijelaskan berdasarkan pengklasifikasiannya. Menurut Kasali (2015) mengklasifikasikan stakeholder menjadi beberapa jenis yaitu stakeholders internal adalah stakeholders yang berada dalam lingkungan organisasi, misalnya karyawan, manajer dan pemegang saham (shareholders), sedangkan penyalur atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat dan pemerintah termasuk dalam stakeholders eksternal karena stakeholders eksternal ini berada diluar lingkungan organisasi. Stakeholders primer merupakan stakeholders yang harus diperhatikan oleh perusahaan dan stakeholders sekunder merupakan stakeholders kurang penting, sedangkan stakeholders marjinal merupakan stakeholders yang sering diabaikan oleh perusahaan (Hadi, 2011).

Kasali (2015) berpendapat bahwa karyawan dan konsumen merupakan stakeholders tradisional karena saat ini sudah berhubungan dengan organisasi sedangkan stakeholders masa depan adalah stakeholders pada masa yang akan datang dan diperkirakan akan memberikan pengaruhnya pada organisasi seperti mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial. Stakeholders proponents merupakan stakeholders yang berpihak kepada perusahaan, stakeholders opponents merupakan stakeholders yang tidak memihak perusahaan, sedangkan stakeholders yang tidak peduli lagi terhadap perusahaan disebut stakeholders uncommitted. Silent majority stakeholders dan vocal minority stakeholders dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan komplain atau mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan pertentangan atau dukungannya secara aktif (vocal) namun ada pula yang menyatakan secara pasif (silent) (Hadi, 2011).

Perkembangan teori stakeholder diawali dengan berubahnya bentuk pendekatan perusahaan dalam melakukan aktifitas usaha. Menurut Budimanta et al (2010) terdapat dua bentuk dalam pendekatan stakeholder yaitu old-corporate relation dan new-corporate relation. Perbedaan yang mendasar dari kedua pendekatan tersebut terlihat dari segi penekanan bentuk pelaksanaan aktifitas perusahaan. Old-corporate relation menekankan pada bentuk pelaksanaan aktifitas perusahaan secara terpisah yang setiap fungsi dalam sebuah perusahaan melakukan pekerjaannya tanpa adanya kesatuan diantara fungsi-fungsi tersebut. Hubungan dengan pihak di luar perusahaan hanya bersifat jangka pendek dan sebatas hubungan transaksional saja tanpa ada kerjasama untuk menciptakan kebermanfaatan bersama.

Pendekatan yang memunculkan banyak konflik bagi perusahaan dikarenakan perusahaan secara tidak langsung memisahkan diri dengan para stakeholder baik yang berasal dari dalam perusahaan maupun di luar perusahaan. Pendekatan new-corporate relation, menitikberatkan pada kolaborasi antara perusahaan dengan seluruh stakeholder-nya. Hubungan perusahaan dengan internal stakeholders dibangun berdasarkan konsep kebermanfaatan bersama sedangkan hubungan dengan stakeholder di luar perusahaan bersifat fungsional yang bertumpu pada kemitraan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan new-corporate relation mengeliminasi jarak di antara para stakeholder perusahaan. Perusahaan tidak lagi mengeksklusifkan dirinya dari para stakeholder sehingga dengan pola hubungan semacam ini, arah dan tujuan perusahaan bukan lagi berorientasi pada menghimpun kekayaan sebesar-besarnya namun lebih kepada pencapaian pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development) (Lesmana & Tarigan, 2014). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teori stakeholder merupakan suatu teori yang mengatakan bahwa keberlangsungan suatu perusahaan tidak terlepas dari adanya peranan stakeholder baik dari internal maupun eksternal dengan berbagai latar belakang kepentingan yang berbeda dari setiap stakeholder yang ada.

Gray et al (1996) menyatakan bahwa secara eksplisit, teori stakeholder mempertimbangkan dampak kebijakan pengungkapan perusahaan ketika ada perbedaan kelompok stakeholder dalam sebuah perusahaan. Manajemen mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam rangka mengelola stakeholder agar mendapat dukungan dari mereka dan diharapkan mampu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Ghozali & Chariri (2016) menyatakan bahwa dalam teori stakeholder, perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi para stakeholder (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat dan pihak lain). Teori stakeholder menjelaskan bahwa stakeholder mempunyai hak untuk diberikan informasi mengenai aktivitas perusahaan. Saat ini perusahaan sudah tidak memandang bahwa stakeholder hanya investor dan kreditor saja. Konsep mengenai siapa saja pihak yang termasuk dalam stakeholder perusahaan saat ini telah berkembang mengikuti perubahan lingkungan bisnis dan aktivitas bisnis perusahaan yang lebih kompleks. Dengan pengungkapan kinerja keuangan dan hasil self assesment GCG yang dilakukan perusahaan ini diharapkan dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan para stakeholder sehingga dapat menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan pihak stakeholder agar dapat mencapai keberlanjutan dimasa mendatang (Tarigan & Samuel, 2014).