Strategi Story Pembelajaran Impressions

Penulis: Tim Editor | Kategori: Strategi Pembelajaran | Tanggal Terbit: | Dilihat: 796 kali

Pengertian Strategi Story Impressions

Menurut Afflerbach dkk (Wiesendanger, 2001:122) strategi Story Impressions adalah strategi kegiatan prapenulisan yang dirancang untuk mengembangkan skema untuk ide-ide yang ditemukan dalam sebuah cerita dan memberikan titik awal untuk ide ketika siswa menulis. Story Impressions dapat digunakan setelah membaca atau mendengarkan tayangan cerita yang dapat membantu siswa belajar untuk menceritakan kembali cerita lisan maupun tulis ke dalam tulisan. Story Impressions (Afflerbach & Walker, 1990; Bligh, 1995; Clay, 1991) is a prewriting activity that develops a schema for ideas found in a story, and it provides a starting point for revisions and for confirming ideas as the students read. Story Impressions can also be used after reading or listening to the story. The strategy helps students learn to retell oral and written stories.

Kesan cerita merupakan strategi yang dirancang untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang skema cerita dan untuk membantu siswa menetapkan tujuan penulisan dengan menuliskan skema cerita menjadi sebuah cerita yang lengkap (prediksi cerita). Terdapat beberapa petunjuk cerita yang signifikan dalam kesan cerita yang berupa poin penting seperti setting, karakter, dan plot untuk membantu siswa dalam membuat ringkasan hipotesis cerita (prediksi cerita) sebelum memulai membaca, mendengar atau melihat cerita aslinya.

Langkah-Langkah Pembelajaran Story Impressions

Langkah-langkah yang digunakan dalam strategi story impressions menurut Afflerbach dkk (Wiesendanger, 2001:124) sebagai berikut.

  1. Mengembangkan clue atau daftar petunjuk yang diambil dari cerita. Petunjuknya diambil dari setting, karakter, dan plot.
  2. Bacakan judul dan petunjuk dari cerita tersebut bersama siswa dan diskusikan kata-kata yang tidak dikenal.
  3. Menginstruksikan siswa untuk menuliskan cerita prediksi. Bebaskan mereka untuk mengubah bentuk kata untuk membuat cerita yang logis.
  4. Mengizinkan siswa untuk menceritakan prediksi cerita mereka secara lisan di depan kelas sebelum mendengarkan cerita yang sebenarnya.
  5. Mengumpulkan prediksi cerita mereka atau membandingkan tulisan siswa dengan cerita yang sebenarnya.
  6. Setelah siswa menyelesaikan prediksi cerita mereka, instruksikan siswa untuk menuliskan kembali cerita yang sebenarnya dengan menggunakan clue atau petunjuk-petunjuk dengan menggunakan bahasanya sendiri-sendiri.
  7. Menganalisis “cerita ulang” mereka untuk menentukan ide-ide penting dan kesimpulan yang diceritakan kembali.

Step Used in the Strategy by Afflerbach (via Wiesendanger, 2001: 124) is:

  1. Develop a list of clues taken from the story. These clues should relate to the characters, setting, and main events of the story.
  2. Read the title and clues from the story with the students and discus any words that are unfamiliar. This helps introduce new vocabulary.
  3. Instruct students to use the clues in the order listed to write a prediction story. Remind them that they can change the tense or from of the word to create a logical story.
  4. Allow some students to share their prediction stories orally to a peer, to you, or to the class before reading the actual story.
  5. collect the prestories but do not grade them or compare them with the actual story or the retelling. keep them as a writing sample or return themto the students for inclusion in writing notebooks.
  6. After they complete their prediction stories, instruct students to read the story silently and write a retelling of the story using the story clues.
  7. Analyze the retelling by using a story-specific checklist or retelling protocol to determine the important ideas and inferences retold.