Pengertian Strategi Pembelajaran Konstekstual
Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi berupa urutan-urutan kegiatan yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan tertentu. Strategi pembelajaran mencakup juga pengaturan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Berdasarkan center for occupational Research and Development (COED) penerapan strategi pembelajaran konstekstual digambarkan sebagai berikut (Suprijono, 2013):
- Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajari bermakna. Muslich (2008) pembelajaran harus digunakan untuk menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi baru untuk dipahami atau dengan problem untuk dipecahkan.
- Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, peserta didik berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru dari apa yang dipelajari.
- Applying, belajar menekankan pada proses mendemosntrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya.
- Cooperating, belajar merupakan proses kolaborasi dan kooperatif melalui belajar berkelompok, komunikasi interprosonal atau hubungan intersubjektif. Dalam Muslich (2011) cooperating adalah belajar dalam bentuk berbagai informasi dan pengalaman, saling merespons, dan saling berkomunikasi. Bentuk belajar ini tidak hanya membantu siswa belajar tentang materi, tetapi juga konsisten dengan penekanan belajar konstekstual dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan yang nyata siswa akan menjadi warga yang hidup berdampingan dan berkomunikasi dengan warga lain.
- Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
Menurut Zohorik (dalam Suprijono, 2013) urutan-urutan pembelajaran konstekstual adalah activating knowledge, acquiring knowledge, understanding knowledge, appliying knowledge, dan reflecting knowledge. Pembelajaran konstekstual diawali dengan pengaktifan pengetahuan yang sudah ada atau telah dimiliki peserta didik. Selanjutnya, perolehan pengetahuan baru dengan cara mempelajari secara keseluruhan dahulu, kemudian memperhatikan detailnya. Integrasi pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah ada dan penyesuaian pengetahuan awal terhadap pengetahuan baru merupakan urutan selanjutnya. Dengan cara merumuskan konsep sementara, melakukan shering, dan perivisian serta pengembangan konsep, integrasi dan akomodasi menghasilkan pemahaman pengethuan. Urutan berikutnya adalah mempraktikkan pengetahuan yang telah dipahami dalam berbagai konteks dan melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan selanjutnya terhadap pengetahuan tersebut.
Karakteristik pembelajaran konstekstual
Menurut Muslich, 2011 Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karateristik sebagai berikut:
- Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilakukan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting)
- Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning)
- Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning in a group)
- Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman ( learning in a group)
- Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam ( learning io know coch other deeply)
- Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkankerja sama ( learning to ask, to inquiry, to work together)
- Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as ana activity)
Secara lebih sederhana Nurhadi (Muslich,2011) mendeskripsikan karakteristik pembelajaran konstekstual dengan cara menderetkan sepuluh kata kunci yaitu:
- Kerja sama
- Saling menunjan
- Menyenangkan tidak membosankan
- Belajar dengan gairah
- Pembelajaran terintegrasi
- Menggunakan berbagai sumber
- Sharing dengan teman
- Siswa kritis, dan guru kreatif
Komponen pembelajaran konstekstual
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama, yaitu kostruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi atau umpan balik, dan penilaian autentik (Sanjaya,2006).
- Konstruktivisme
Sanjaya (2006) kontruktivisme adalah proses mebangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Dalam Suprijono (2013) belajar berdasarkan kontruktivisme adalah “mengontruksi” pengetahuan. Pengetahuan dibangun melalui proses asimilasi dan akomodasi (pengintegrasian pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan menyesuiakan struktur kognitif dengan informasi baru). Belajar dalam konteks kontruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. - Inkuiri
Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melaui proses berfikir secara sistematis (Sanjaya,2006). Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untukmenghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. - Bertanya
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu. Sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam proses pembelajaran, guru tidak menyampaiakn informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. - Masyarakat belajar
Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendiri, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Kerja sama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu persoalan. Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah (Sanjaya,2006) - Pemodelan
Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru. Pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual untuk ditiru, diadaptasi, atau dimodifikasi. Dengan adanya suatu model untuk dijadikan contoh biasanya akan lebih dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Salah satu contoh pemodelan dalam pembelajaran misalnya, mempelajari contoh penyelesaian soal, penggunaan alat peraga. - Refleksi
Komponen yang merupakan bagian yang terpenting dari pembelajaran dari pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari (Muslich,2011). Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan salam struktur kpgnitif siswa yang ada pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Biasa terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbahrui pengetahuan yang telah dibentuknya dan menambah pengetahuannya. - Penilaian autentik
Penilaian autentik adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa (Sanjaya,2006).