Strategi Pembelajaran Direct Motivation

Penulis: Tim Editor | Kategori: Strategi Pembelajaran | Tanggal Terbit: | Dilihat: 1504 kali

Pengertian Strategi Direct Motivation

Direct motivation (motivasi langsung) menurut Hasibuan (2006: 149) adalah motivasi (material dan non material) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu pegawai untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasanya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus dan bintang jasa. Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam – macam, mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain – lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu. Karena tidak memiliki kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab musababnya kemudian mendorong siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan yakni belajar. Dengan kata lain siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi (Sardiman, 2012: 74-75).

Guru sebagai motivator sudah seharusnya menciptakan kondisi yang mampu memompa motivasi belajar siswa. Kondisi tersebut meliputi berbagai hal, diantaranya menciptakan rasa senang. Seperti halnya yang dikemukakan menurut Darmansyah (2011: 8) semakin senang seseorang terhadap suatu mata pelajaran, semakin tinggi motivasinya untuk mengikuti pelajaran tersebut, maka semakin baik hasil belajar.

Konsep motivasi berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang telah dilakukan pada masa lalu lebih mungkin diulangi daripada perilaku yang belum dikuatkan atau yang telah dihukum. Konsep motivasi, ahli teori perilaku mungkin saja terfokus pada sejauh mana siswa belajar menyelesaikan pekerjaan sekolah untuk memeroleh hasil yang diinginkan. Bandura, 1986; Bigge dan Shermis, 2004; Wielkiewwicz, 1995 (Slavin, 2011: 100) Konsep yang ditawarkan dalam strategi Direct Motivation ialah cara mengajar guru dengan kekuatan kata-kata ala motivator dengan menciptakan kondisi proses pembelajaran yang kondusif untuk bisa menerima sugesti, dengan menggunakan komponen pendukung berupa musik serta perlakuan khusus, seperti pujian, penghargaan berupa bonus dan bintang prestasi.

Deporter, dkk (Darmansyah, 2011: 36) bahwa musik sekurang – kurangnya bermanfaat untuk:

  1. menata suasana hati,
  2. meningkatkan hasil belajar yang diinginkan
  3. menyoroti hal – hal yang penting.

Menurut Darmansyah (2011: 37) jenis musik yang berpengaruh kuat pada lingkungan belajar yaitu yang mampu membawa peserta didik berada dalam kondisi santai dan reseptif. Schuster dan Geitton (Darmansyah, 2011: 37) detak jantumg orang dalam keadaan seperti ini adalah 60 sampai 80 kali per menit. Kebanyakan musik barok (jenis musik klasik) sesuai dengan detak jantung manusia yang santai dalam kondisi belajar optimal. Struktur kord melodis dan instrumentasi misalnya, barok membantu tubuh mencapai keadaan waspada tetapi rileks. Di dalam dunia motivator untuk bisa melecutkan audiens yaitu dengan penggunaan kata-kata yang mampu merasuki jiwa alam bawah sadar. Hal ini dikenal dengan hipnosis. Hipnosis diartikan sebagai suatu kondisi yang pikiran yang mana fungsi analitis logis pikiran direduksi (mengalami pengurangan) sehingga memungkinkan individu masuk ke dalam kondisi bawah sadar. Sementara alam bawah sadar sendiri merupakan tempat yang menyimpan beragam potensi internal yang bisa dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan kualitas seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang yang berada hypnotic trance akan menjadi lebih terbuka terhadap sugesti. Hal ini bisa membuat dirinya dinetralkan dari berbagai perasaan yang berlebihan, seperti rasa trauma, sakit ataupun takut. Perlu diketahui bahwa meskipun berada dibawah hipnosis, individu tersebut masih bisa menyadari apa yang terjadi disekitarnya dan berbagai stimulus yang diberikan oleh terapis (Yustisia, 2012: 65)

Langkah Strategi Direct Motivation

Strategi Direct Motivation ini dimana guru tidak hanya bertugas mengajar tetapi juga mampu memberikan inspirasi. Dalam bahasa lain guru harus memotivasi siswa untuk belajar. Sehingga dengan demikian siswa dapat memahami mengapa pentingnya belajar. Seorang motivator kekuatan utamanya ada pada kata-katanya. Maka lebih utama mendidik anak dengan kata-kata bukan pukulan. Pukulan memiliki bahaya yang serius, hal ini dapat dipahami pemaparan Khaldun (Rahman, 2005: 269-272) sebagai berikut: “Barang siapa yang menerapkan pendidikanya dengan cara kasar dan paksaan maka orang yang dididik olehnya akan dikuasai oleh serba keterpaksaan. Keterpaksaan akan membuat jiwanya merasa sempit dan sulit untuk mendapatkan kelapangan. Semangat membuat kreativitasnya akan lenyap, cenderung pada sikap malas, dan mendorongnya untuk suka berdusta dan melakukan kebusukan karena takut terhadap perlakuan suka memukul yang ditimpakan atas dirinya secara paksa.”

Dalam dunia pendidikan tidak diperkenankan untuk menghukum yang sifatnya kekerasan, hal ini berdasarkan pendapat Al-Ibrasyi (Rahman, 2005: 272-273) yaitu ;
“sesungguhnya pendidikan yang mengacu pada sistem pemukulan dan kekerasan tidak akan menambahkan kepada anak didik, kecuali hanya kebodohan dan kebekuan pikiran. Seorang anak didik bila mendapati di sampingnya seorang yang mengajarinya tentang kewajiban yang harus dilakukannya dengan cara yang bijak dan nasihat yang baik dan terus menerus menyemangtinya untuk bekerja, maka tidak diperlukan lagi adanya hukuman yang bermuatan kekerasan.”

Beberapa langkah yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan strategi Direct Motivation dalam mengajar berdasarkan teori Alderman (2004), Anderman dkk (2009), Brophy (2004), Dweck (2010), Fredericks dkk (2004), dan Seifert (2004) (Cruickshank dkk, 2014: 150-152) dengan mengaplikasikan saran – saran berikut ketika merencanakan, mengajar, atau mengevaluasi siswa:

  1. Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
  2. Memaksimalkan kecenderungan siswa akan berusaha untuk belajar.
  3. Melakukan usaha khusus untuk membantu para siswa yang kurang percaya diri dan menyebabkan mereka tidak mau terlibat dalam proses belajar.
  4. Melakukan usaha khusus dengan siswa yang memiliki harapan rendah untuk dirinya sendiri dan siap menerima kegagalan.
  5. Lakukan usaha khusus dengan siswa yang apatis dan tidak terlibat dengan membantu mereka untuk menghargai proses belajar yang akan memberikan keuntungan dan membuat mereka merasa lebih puas akan diri mereka sendiri.
  6. Gunakan penghargaan eksternal dan internal yang sesuai
  7. Libatkan siswa dalam tugas – tugas yang memberikan mereka kesempatan untuk meraih tujuan kurikulum dan pada saat yang sama memuaskan tujuan pribadi dan sosial mereka sendiri.
  8. Doronglah siswa untuk menghargai proses belajar.
  9. Dukunglah siswa untuk saling mendukung