Perilaku Prososial

Penulis: Tim Editor | Kategori: Pendidikan Anak Usia Dini | Tanggal Terbit: | Dilihat: 1296 kali

Pengertian Perilaku Prososial

Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan (goal oriented) dengan perkataan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan spesifik, tidak senantiasa diketahui secara sadar oleh sang individu. Unit dasar perilaku adalah sebuah aktivitas, sesungguhnya kita dapat menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu seri aktivitas-aktivitas. Prilaku prososial merupakan prilaku yang positif yang dapat berguna untuk mendukung pengembangan sikap sosial yang lebih baik dalam penyesuaian diri dalam lingkungan.

Perilaku prososial menurut Eisenberg dan Paul dalam Ahmad (2018: 238) merupakan tindakan suka rela yang dimaksud untuk membantu dan memberikan keuntungan pada individu atau memberi keuntungan pada individu atau kelompok individu. Perilaku prososial merupakan perilaku positif yang dapat berguna untuk mendukung pengembangan sikap sosial yang lebih baik dalam penyesuaian diri dalam lingkungan. Menurut Marion dalam Ahmad (2018: 237) anak akan bermanfaat bagi orang lain ketika seseorang bertindak kejam kepada orang lain. Perilaku prososial merupakan harapan bagi orang dewasa terhadap anak-anak untuk memiliki kemampuan bekerja sama dan saling tolong menolong kepada orang lain. Perilaku prososial berkisar dari tindakan altruism yang tidak mementingkan diri sendiri atau tanpa pamrih, sampai tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri.

Staub dalam Desmita (2016: 42) mendefinisikan perilaku prososial sebagai tindakan yang bertujuan untuk menguntungkan orang lain baik secara material maupun non material. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial meliputi pola asuh orangtua dan peran keluarga sebagai model dan sumber patokan dari perilaku prososial. Selain itu, interaksi dengan teman sebaya juga menyediakan kesempatan bagi anak untuk berperilaku prososial maupun menerima perilaku prososial dan merupakan sumber penting feedback (Killen & Smetana, 2006:562). Budaya dan sistem pendidikan sekolah juga berpengaruh terhadap perkembangan perilaku prososial anak usia dini. Beaty dalam Ahmad( 2018: 237) mengungkapkan yang termasuk dalam perilaku prososial yaitu empati, dimana anak mengungkapkan kasih sayang dengan menghiburnya, menenangkan seseorang yang sedang kesusahan atau dengan menegaskan nasib baik seseorang, murah hati dimana anak berbagi atau memberikan sesuatu yang di miliki kepada orang lain, kerja sama yaitu dimana anak mampu bergiliran dengan sukarela atau bekerja sama dengan memenuhi permintaa dengan senang hati dan kasih sayang yaitu di saat anak dapat membantu seseorang memenuhi atau menyelesaikan tugas atau membantu seseorang yang membutuhkan.

Jenis-jenis Perilaku Prososial

Mussen dalam Ahmad, (2018: 243) mengungkapkan bahwa perilaku prososial meliputi:

  1. Menolong, yaitu membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik atau psikologi orang tersebut. Membantu untuk meringakan beban penderitaan, kesukaran).
  2. Berbagi, yaitu kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Orang menggunakan perasaannya dengan efektif di dalam situasi orang lain, didorong oleh emosinya seolah-olah dia ikut bengambil bagian dalam gerakan-gerakan yang dilakukan orang lain
  3. Kerjasama, yaitu melakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula. Kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang badan, lembaga untuk mencapai tujuan bersama.
  4. Kejujuran yaitu mengatakan atau berbuat seperti apa yang sebenarnya, terus terang, tidak berbohong.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku prososial

Tingkah laku prososial dapat dipandang sebagai salah satu tingkah laku yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan. Melalui hal tersebut manusia menjalankan fungsi kehidupannya sebagai penolong dan yang ditolong. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan tingkah laku prososial dalam Desmita (2016:45) di antaranya:

  1. Orang tua
    Orang tua mempengaruhi secara signifikan hasil sosialisasi anak mereka. Orang tua mungkin menggunakan tiga teknik untuk mengajarkan anak-anak mereka bertingkah laku prososial, yaitu reinforcement, modeling, dan induction.
  2. Guru
    Meskipun keluarga merupakan agen sosialisasi yang utama, sekolah pun mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkah laku anak. Di sekolah guru mungkin bisa menggunakan beberapa teknik dalam mengembangkan perilaku menolong. Teknik bermain peran dapat melatih anak dengan kesempatan yang diberikan kepada anak untuk mempelajari situasi di mana tingkah laku menolong dapat di peroleh.
  3. Teman Sebaya
    Durkhleim 1961 dalam Desmita (2016: 46) menegaskan bahwa pendidikan moral merupakan dasar dalam dinamika kelompok. Identifikasi kelompok teman sebaya mengarah pada internalisasi otomatis nilai kelompok. Melalui kelompok teman sebaya, pengaruh dari agen sosialisasi yang lain menjadi terwakili, yaitu guru. Guru dapat membimbing norma kelompok yang mendorong tingkah laku menolong.

Prinsip-prinsip Pengembangan Perilaku Prososial

Perilaku prososial dapat didukung oleh orang-orang dalam lingkungan yang saling mendukung satu sama lain, menghindari perebutan kekuasaan, berkomunikasi dengan jujur dan terbuka tetapi tidak menyakiti, membuat satu sama lain merasa aman, dan bersedia untuk menangani masalah. Ada lima prinsip untuk mengembangkan perilaku prososial menurut saripah dalam (Ahmad , 2018: 245), yaitu:

  1. Berikanlah contoh dan dorongan perilaku yang menunjukan kepedulian terhadap anak-anak.
  2. Bantulah anak-anak untuk melihat efek dari perilaku mereka terhadap orang lain. Doronglah pengembalian peran dan prespektif. Role playing dapat member kesempatan kepada anak untuk berdiri pada posisi orang lain dan mempertimbangkan perasaan serta pandangan orang lain.
  3. Dorong rasa tanggung jawab dengan meminta anak-anak untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan. Pada usia dini, anak-anak dapat memperoleh rasa kompetensi dengan menggambil minumannya sendiri atau memilih mainan mereka.
  4. Ajaklah anak-anak berhubungan dengan teman sebaya dan ajari mereka dengan keterampilan sosial, karena keterampilan-keterampilan sosial tidak datang secara alami.
  5. Ajarkan keterampilan menyelesaikan masalah dan kemampuan bernegosiasi interpersonal.

Karakteristik Perilaku Prososial

Dalam perkembangan sosial terdapat proses sosialisasi yang menuntut anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya hingga anak dapat bergabung dalam kelompok dan saling berkomunikasi serta kerja sama. Hasil penelitian menunjukan anak-anak lebih empati menunjukan perilaku prososial yang lebih besar dan anak-anak yang menunjukan kurang empati memperlihatkan perilaku agresi dan penarikan diri. Miller dan Jansen dalam ahmad (20018: 246) mengatakan bahwa anak dengan empati yang tinggi akan menunjukan kecenderungan yang lebih prososial seperti menghibur, altrustik dan perilaku responsive terhadap teman-temannya.

Dengan kata lain terdapat hubungan positif antara empati dan perilaku prososial, dimana anak yang memiliki sikap prososial cenderung bertindak sesuai dengan situasi sosial, relatif bebas dari empati negatif dan menghadapi masalah secara konstruktif. Pada saat anak berinteraksi dengan nyaman, menyenangkan, aman, dan menengkan orang lain, maka akan menggunakan keterampilan dalam berperilaku prososial. Anak-anak yang mampu bergaul dengan orang lain kemungkinan besar telah mempelajari keterampilan berbagi, bergiliran, keterampilan negosiasi, kemapuan menunda kepuasan, keterampilan pemecahan masalah, dan keterampilan lain yang terlibat dalam menyelesaikan konflik. Marcus dalam Ahmad (2018: 238) menggungkapkan bahwa anak-anak yang bertindak prososial juga cenderung menerima bantuan dari anak-anak lain dan orang dewasa.

Indikator Kemampuan Perilaku Prososial Anak Usia 5-6 Tahun

Menurut Eisenberg dan mussen perilaku sosial meliputi tindakan sharing (berbagi), cooperative (kerjasama), donating (menyumbang), helping (menolong), honesty (keujuran), generosity (kedermawanan), serta mempertimbangkan kesejahteraan orang lain (dalam Dayakisni, 2009). Berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (STTPA) bahwa aspek perkembangan sosial emosional pada lingkup perkembangan perilaku prososial pada anak usia 5-6 tahun terdiri dari:

  1. Bermain dengan teman sebaya.
  2. Mengetahui perasaan temannya dan merespon secara wajar.
  3. Berbagi dengan orang lain.
  4. Menghargai hak/pendapat/karya orang lain.
  5. Menggunakan cara yang diterima secara sosial dalam menyelesaikan masalah (menggunakan fikiran untuk menyelesaikan masalah).
  6. Bersikap kooperatif dengan teman.
  7. Menunjukkan sikap toleran.
  8. Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada (senang, sedih, antusias dan sebagainya).
  9. Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat.

Menurut Newton et al dalam Khasanah dan Pujiyanti (2021: 911) terdapat 6 indikator perilaku prososial yaitu:

  1. Berbagi (sharing) yaitu memberikan sebagian dari apa yang kita punya, atau memberikan bagian kita pada orang lain.
  2. Menolong (helping) yaitu membantu memberikan apa-apa yang berguna ketika dalam melakukannya.
  3. kedermawanan (kedermawanan) yaitu orang yang suka beramal, pemurah hati.
  4. Kerjasama (cooperative) yaitu melakukan kegiatan bersama denganorang lain untuk mencapai tujuan bersama, termasuk mempertimbangkan dan menghargai pendapat orang lain dalam berdiskusi.
  5. Kejujuran (honesty) yaitu mengatakan atau melakukan seperti apa yang sebenarnya, berterus terang, tidak berbohong.
  6. Menyumbang (donating) yaitu adalah perbuatan yang memberikan secara materil kepada seseorang atau kelompok untuk kepentingan umum yang berdasarkan pada permintaan, kejadian dan kegiatan.