Pengertian Modul Elektronik
Surahman dalam Prastowo (2015:105) menyatakan bahwa modul adalah suatu program pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari oleh peserta didik oleh peserta didik secara perorangan. Selain itu modul dimaknai sebagai perangkat media pembelajaran yang disajikan secara sistematis. Sehingga penggunaannya dapat belajar dengan atau tanpa fasilitator atau pendidik (Prastowo, 2015:106). Dengan kata lain sebuah modul dapat dijadikan media pembelajaran sebagai pengganti fungsi pendidik. Sehingga bila pendidik memiliki fungsi menjelaskan sesuatu, maka modul pun wajib mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah serta dapat diterima peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya.
Sedangkan menurut Badan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan dalam Prastowo (2015:105), modul adalah suatu unit program kegiatan belajar mengajar terkecil yang secara terperinci menggaris hal-hal berikut:
- Tujuan-tujuan intruksional umum yang akan ditunjang pencapaianya.
- Topik yang akan dijadikan pangkal proses pembelajaran.
- Tujuan-tujuan intruksional khusus yang akan dicapai oleh peserta didik.
- Pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan akan diajarkan.
- Kedudukan dan fungsi satuan modul dalam kesatuan program yang lebih luas.
- Peranan pendidik di dalam proses pembelajaran.
- Alat-alat dan sumber yang akan dipakai.
- Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati peserta didik secara berurutan.
- Lembaran-lembaran kerja yang harus diisi peserta didik.
- Program evaluasi yang akan dilaksanakan selama berjalannya proses belajar ini.
Sugianto dkk dalam Yusra (2016:12) yang menyampaikan modul elektronik adalah sebuah bentuk penyajian media pembelajaran mandiri yang disusun secara sistematis ke dalam unit pembelajaran terkecil untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang disajikan ke dalam format elektronik, di dalamnya terdapat animasi, audio, navigasi yang membuat pengguna media pembelajaran lebih interaktif. Proses pembejaran ini akan melibatkan tampilan audio visual, sound, movie dan yang lainnya. Serta program tersebut pemakaiannya mudah dipahami sehingga dapat dijadikan media pembelajaran dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa modul elektronik pada dasarnya sama dengan modul cetak. Hanya saja modul elektronik disajikan dalam bentuk softcopy atau elektronik.
Modul elektronik adalah sebuah bentuk penyajian bahan belajar mandiri yang disusun secara sistematis ke dalam unit pembelajaran terkecil untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang disajikan ke dalam format elektronik yang di dalamnya terdapat animasi, audio, navigasi yang membuat pengguna lebih interaktif dengan program. Menurut Gunawan dalam Sugianto (2013), dengan adanya modul elektronik yang bersifat interaktif ini proses pembelajaran akan melibatkan tampilan audio visual, sound, movie dan yang lainnya serta program tersebut pemakaiannya mudah dipahami sehingga dapat dijadikan media pembelajaran yang baik. Modul elektronik juga dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep dari materi yang disampaikan pendidik.
Fungsi dan Tujuan Modul Elektronik
Menurut Prastowo (2015:107), modul sebagai salah satu bentuk media pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut:
- Sebagai media pembelajaran mandiri. Maksudnya, pengguna modul dalam proses pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.
- Pengganti fungsi pendidik. Maksudnya, modul sebagai media pembelajaran yang harus mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usia mereka. Sementera fungsi penjelas sesuatu tersebut juga melekat pada pendidik. Maka dari itu penggunaan modul bisa berfungsi sebagai pengganti fungsi atau peran fasilitator atau peran pendidik.
- Sebagai alat evaluasi. Maksudnya dengan modul, peserta didik dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaanya terhadap materi yang telah dipelajari. Dengan demikian, modul juga sebagai alat evaluasi.
- Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik. Maksudnya, karena modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, maka modul juga memiliki fungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.
Prastowo (2015:108) menyebutkan tujuan penyusunan atau pembuatan modul, antara lain:
- Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan pendidik.
- Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran
- Melatih kejujuran peserta didik.
- Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik. Bagi peserta didik yang kecepatannya tinggi, maka mereka bisa belajar lebih cepat serta menyelesaikan modul dengan lebih cepat pula. Sebaliknya, bagi yang lamban, maka mereka dipersiapkan untuk mengulanginya kembali.
- Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari.
Demikiaanlah fungsi dan tujuan pembuatan modul elektronik yang dijabarkan oleh Praswoto.
Karakteristik Modul Elektronik
Menurut Mohammad pada Praswoto (2015:110), karakteristik media pembelajaran berbentuk modul antara lain sebagai berikut:
- Sistem pembelajaran mandiri.
- Program pembelajaran utuh dan sistematis.
- Mengandung tujuan, bahan atau kegiatan dan evaluasi.
- Disajikan secara komunitatif.
- Diupayakan agar dapat mengganti beberapa peran pendidik.
- Cakupan bahasan terfokus dan terukur.
- Mementingkan aktivitas belajar pemakai.
Karakteristik media pembelajaran berbentuk modul sangat perlu diperhatikan. Karena itu merupakan faktor dimana modul yang dihasilkan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik (Daryanto, 2013:9). Karakteristik yang dimaksud antara lain:
- Pembelajaran Mandiri (Self Intruction)
Pembelajaran mandiri merupakan karakter paling penting dalam modul, dengan karakter self intruction memungkinkan peserta didik belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada fasilitator (pendidik). Untuk memenuhi karakter Self Intruction, maka modul harus:- Memuat tujuan pembelajaran yang jelas serta dapat menggambarkan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
- Membuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil atau spesifik, sehingga dimudahkan mempelajari secara tuntas.
- Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran.
- Terdapat soal soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur penguasaan peserta didik.
- Kontekstual yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik.
- Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.
- Terdapat rangkuman materi pembelajaran.
- Terdapat instrument penilaian yang memungkinkan peserta didik melakukan penilaian mandiri (self assesment).
- Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik mengetahui tingkat penguasaan materi.
- Terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.
- Kelengkapan (Self Contained)
Karakter modul berupa kelengkapan akan tercapai apabila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul. Tujuannya yakni memberikan kesempatan peserta didik mempelajari materi secara tuntas, sebab materi pembelajaran dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. - Berdiri Sendiri (Stand Alone)
Maksud dari karakteristik ini adalah media pembelajaran yang dikembangkan dalam bentuk modul tidak tergantung pada media pembelajaran lain atau tidak digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Dengan kata lain, peserta didik hanya menggunakan satu modul untuk mempelajari materi pembelajaran. Jika peserta didik masih menggunakan bantuan dari media pembelajaran lain selain modul yang digunakan, maka media pembelajaran tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri. - Sesuai dengan Perkembangan (Adaptive)
Modul dikategorikan adaptive jika mampu menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian sifat ini menunjukkan bahwa modul yang bersangkutan memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. - Mudah Dimengerti (User Friendly)
Penggunaan bahasa yang sederhana akan mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly. Karakteristik seperti ini akan membantu peserta didik dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan maupun kebutuhan dalam proses belajar.
Prosedur Penyusunan Modul
Dalam menyusun sebuah modul, ada empat tahapan yang meski dilalui, yaitu analisis kurikulum, penentuan judul modul, pemberian kode modul, dan penulisan modul (Prastowo, 2015:118).
- Analisis Kurikulum.
Tahap pertama ini bertujuan untuk menentukan materi-materi yang memerlukan media pembelajaran. - Menentukan Judul Modul
Untuk menentukan judul modul harus mengacu kepada kompetensikompetensi atau materi pokok yang ada di dalam kurikulum. - Pemberian Kode Modul
Untuk memudahkan dalam pengelolaan modul, maka sangat diperlukan adanya kode modul. - Penulisan Modul
Dalam proses penulisan modul ada lima hal yang dijadikan acuan. Berikut pemaparannya:- Perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
- Penentuan alat evaluasi dan penilaian.
- Menyusun materi.
- Urutan pengajaran.
- Struktur media pembelajaran (modul).
Modul pembelajaran disusun berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan. Adapun prinsip-prinsip yang dimaksud adalah analisis kebutuhan, pengembangan desain modul, implementasi, penilaian, evaluasi, dan validasi (Daryanto, 2013:16).
- Analisis Kebutuhan Modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis silabus dan RPP untuk memperoleh informasi modul yang dibutuhkan peserta didik dalam mempelajari kompetensi yang telah diprogramkan. - Desain Modul
Desain penulisan modul yang dimaksud disini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh pendidik. Di dalam RPP telah memuat strategi pembelajaran dan media yang digunakan, garis besar materi pembelajaran dan metode penilaian serta perangkatnya. Dengan demikian, RPP diacu sebagai desain dalam penyusunan atau penulisan modul. Penulisan modul dilakukan dengan RPP. Namun, apabila RPP belum ada, maka dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Daryanto. 2013, 19):- Tetapkan kerangka bahan yang akan disusun.
- Tetapkan tujuan akhir, yaitu kemampuan yang harus dicapai peserta didik setelah selesai mempelajari suatu modul.
- Tetapkan tujuan antara, yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir.
- Tetapkan sistem (skema/ketentuan, metoda dan perangkat) evaluasi.
- Tetapkan garis-garis besar atau outline subtansi atau materi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu komponen-komponen: kompetensi (KI-KD), deskriptif singkat, estimasi waktu dan sumber pustaka. Bila RPP-nya sudah ada, maka dapat diacu untuk langkah ini.
- Materi/subtansi yang ada dalam modul berupa konsep/prinsip-prinsip, fakta penting yang terkait langsung dan pendukung untuk pencapaian kompetensi dan harus dikuasai peserta didik.
- Tugas, soal, atau praktik/latihan yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh peserta didik.
- Evaluasi suatu penilaian yang berfungsi untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menguasai modul.
- Kunci jawaban dari soal, latihan atau tugas.
- Implementasi
Implementasi modul dalam kegiatan belajar dilaksanakan sesuai dengan alur yang telah digariskan dalam modul. Strategi pembelajaran dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan skenario yang ditetapkan. - Penilaian
Penilaian hasil belajar dilakukan menggunakan instrumen yang telah dirancang atau disiapkan pada saat penulisan modul. - Evaluasi dan Validasi
Evaluasi dimaksud untuk mengetahui dan mengukur apakah implementasi pembelajaran dengan modul dapat dilaksanakan sesuai dengan desain pengembangannya. Validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul dengan kompetensi yang menjadi target belajar. Validasi dapat dilakukan dengan cara meminta bantuan ahli yang menguasai kompetensi yang dipelajari. - Jaminan Kualitas
Untuk menjamin bahwa modul yang disusun telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam pengembangan suatu modul, maka selama proses pembuatannya perlu dipantau untuk meyakinkan bahwa modul telah disusun sesuai dengan desain yang ditetapkan. Demikian pula, modul yang dihasilkan perlu diuji apakah telah memenuhi setiap elemen mutu dan berpengaruh terhadap kualitas suatu modul.
Elemen Mutu Modul
Untuk modul pembelajaran yang bisa memerankan fungsinya dalam pembelajaran yang efektif, modul wajib di rancang dan dikembangkan dengan memperhatikan beberapa elemen (Daryanto, 2013:13).
- Format
- Gunakan format kolom (tunggal atau multi) yang proporsional. Penggunaan kolom tunggal atau multi harus sesuai dengan bentuk dan ukuran kertas yang digunakan. Jika menggunakan kolom multi, hendaknya jarak dan perbandingan antar kolom secara proposional.
- Gunakan format kertas (vertikal atau horizontal) yang tepat. Penggunaan format kertas secara vertikal atau horizontal harus memperhatikan tata letak dan format pengetikan.
- Gunakan tanda-tanda (icon) yang mudah ditangkap dan bertujuan untuk menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau khusus. Tanda dapat berupa gambar, cetak tebal, cetak miring atau yang lainnya.
- Organisasi
- Tampilkan peta/bagan yang menggambarkan cakupan materi yang akan dibahas dalam modul.
- Organisasikan isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang sistematis, sehingga memudahkan peserta didik memahami materi pembelajaran.
- Susun dan tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi sedemikian rupa sehingga informasi mudah mengerti oleh peserta didik.
- Organisasikan antar bab, antar unit dan antar paragraf dengan susunan dan alur yang memudahkan peserta didik memahaminya.
- Organisasikan antar judul, subjudul dan uraian yang mudah diikuti oleh peserta didik.
- Daya Tarik
Daya tarik modul dapat ditempatkan dibeberapa bagian seperti:- Bagian sampul (cover) depan, dengan mengkombinasikan warna gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi.
- Bagian isi modul dengan menempatkan rangsangan-rangsangan berupa gambar atau ilustrasi, huruf tebal, miring, garis bawah atau warna.
- Tugas dan latihan di kemas sedemikian rupa sehingga menarik.
- Bentuk dan Ukuran Huruf
- Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai dengan karakteristik umum peserta didik.
- Gunakan perbandingan huruf yang profesional antar judul, sub judul dan isi naskah.
- Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat membuat proses membaca menjadi sulit.
- Spasi (ruang kosong)
Gunakan spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau gambar untuk menambah kontras penampilan modul.
Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Modul Elektronik
Modul Elektronik merupakan media pembelajaran yang berbasis komputer/laptop. Penggunaan modul elektronik dalam proses belajar dapat memberikan beberapa kelebihan saat mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Kelebihan yang dimaksud sebagai berikut (Yusra, 2016:16):
- Ukuran file relatif lebih kecil, sehingga dapat disimpan di flash disc.
- Mudah dibawa.
- Ramah lingkungan
- Dapat menayangkan informasi dalam bentuk variatif, sehingga proses pembelajaran bisa lebih menarik dan interaktif.
- Dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.
- Penggandaan atau penduplikasian sangat mudah, murah dan tidak memakan waktu banyak seperti modul konvensional.
- Dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
- Dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Dalam bentuk hasil dari suatu produk media pembelajaran seperti modul elektronik, tak hanya punya kelebihan dalam penggunaannya. Akan tetapi hasil produk media pembelajaran berbentuk modul elektronik juga memiliki kekurangan. Kekurangan yang dimaksud antara lain sebagai berikut (Yusra, 2016:16):
- Memerlukan perangkat untuk membukanya, seperti komputer atau laptop.
- Memerlukan aplikasi untuk membuka modul elektronik dalam bentuk format-format tertentu.
- Tidak sedikit software yang digunakan untuk membaca atau membuat produk seperti modul elektronik harus dengan wifi (online)
- Akan ada peluang besar terjadinya pelanggaran hak cipta karya tulis sebagai akibat mudahnya distribusi format digital melalui internet.