Pendekatan Pembelajaran Konstruktivistik

Penulis: Tim Editor | Kategori: Pendekatan Pembelajaran | Tanggal Terbit: | Dilihat: 3889 kali

Pengertian Pendekatan Konstruktivistik

Woolfolk (2005) dalam Pribadi (2009:156) menjelaskan pendekatan konstruktivistik merupakan pembelajaran yang menekankan pada peran aktif peserta didik dalam membangun pemahaman dan memberi makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami. Pendekatan konstruktivistik memandang bahwa perilaku seseorang bisa berkembang atas kekuatan schemata yang ada pada dirinya dan kekuatan lingukungan (pengalaman belajar), kemudian dia membagun presepsi. Presepsilah yang menentukan perilaku seseorang. Schemata (seperangkat nilai, pengetahuan, dan pengalaman masa lalu) seseorang tidak ada yang sama. Karena di yakini persepsi menentukan prilaku, tidak ada dua orang atau lebih memiliki presepsi sama, maka mustahil ada dua orang perilakunya sama persis. Pandangan ini berimplikasi pada tuntutan praktik pembelajaran yang menghargai perbedaan persepsi (Akbar, 2013:46).

Bagi para ahli konstruktivistik, belajar merupakan pemaknaan terhadap peristiwa atau pengalaman yang dialami oleh individu. Pendidikan harus dipandang sebagai sebuah proses rekonstruksi pengalaman yang berlangsung secara kontinyu. Peserta didik membangun pengetahuan baru melalui peristiwa yang dialami setiap saat. Pengetahuan diperoleh melalui akumulasi makna terhadap peristiwa yang dialami. Proses belajar berlandasan pada teori belajar konstruktivistik di lakukan dengan memfasilitasi peserta didik agar memperoleh pengalaman belajar yang dapat digunakan untuk membangun makna terhadap penetahuan yang dipelajari.

Karakteristik Pendekatan Konstruktivistik

Pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa karakter yang dapat dilihat dari proses pembelajarannya. Karakteristik pendekatan konstruktivisme menurut Wardoyo (2013:39) adalah sebagai berikut:

  1. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik.
  2. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang memiliki peserta didik.
  3. Pandangan yang berbeda diantara peserta didik dihargai sebagai integrasi dalam proses pembelajaran.
  4. Dalam proses pembelajaran peserta didik didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan peyintesiskan secara terintegrasi.
  5. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta didik dalam proses pencarian (inquiry) yang alami.
  6. Proses pembelajaran mendorong terjadinya kooperatif dan kompetitif dikalangan peserta didik secara aktif, kereatif, inovatif dan menyenangkan.
  7. Proses pembelajaran dilakuakn secara kontekstual yaitu peserta didik dihadapkan ke dalam pengalaman nyata.

Dari beberapa karakteristik pendekatan konstruktivistik yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivisme memiliki karakteristik dalam proses pembelajaran berpusat pada peserta didik, adanya masalah, proses penemuan dan penetahuan atau pemahaman baru.

Desain Sistem Pembelajaran Konstruktivistik

Thobroni (2015:106) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran konstruktivistik ada lima macam, yaitu: pertama orientasi, peserta didik di berikan kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap tifik yang hendak untuk di pelajari. Kedua elisitasi, peserta didik dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis dan sebagainya, ketiga peserta didik diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang di observasikan dalam wujud tulisan, gambar atau poster. Ketiga restrukturisasi ide, dalam hal ini ada tiga macam yaitu:

  1. Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau teman lewat diskusi atau pun lewat pengumpulan ide. Berhadapan dengan ide-ide lain, peserta didik dapat terangsang untuk merekontruksi gagasannya kalau tidak cocok.
  2. Membangun ide yang baru. Ini terjadi jika dalam diskusi tersebut idenya bertentangan dengan ide yang lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman.
  3. Mengevaluasi ide baru dengan eksperimen kalau dimungkinkan, ada baiknya jika gagasn baru yang dibentuk itu diuji dengan suatu percobaan atau persoaalan yang baru.

Keempat penggunaan ide dalam bayak situasi, ide atau pengetahuan yang telah di bentuk peserta didik perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan peserta didik lebih lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualiannya. Kelima review, bagaimana ide itu berubah dapat terjadi bahwa dalam aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari peserta didik perlu mengetahui gagasannya entah dengan menambahkan suatu keterangan ataupun mengubahnya menjadi lebih lengkap.