Pengertian Pendekatan Joyfull Learning
Pendekatan Joyfull Learning adalah suatu proses pendekatan pengajaran yang membuat kelas jadi menyenangkan, tidak monoton. Joyfull Learning yaitu pendekatan yang dapat membuat siswa memiliki motivasi untuk terus mencari tahu dan terus belajar (Pramesthi, 2015: 205). Menurut E. Mulyasa (2006: 191-194), pembelajaran menyenagkan Joyfull Learning adalah suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Joyfull learning berasal dari kata Joyfull yang berarti menyenangkan, Sedangkan learning adalah pembelajaran. Dave Meier menyatakan bahwa belajar menyenangkan (Joyful learning) adalah “sistem pembelajaran yang berusaha untuk membangkitkan minat, adanya keterlibatan penuh, dan terciptanya makna, pemahaman, nilai yang membahagiakan pada diri siswa. Pembelajaran yang menyenangkan (Joyful Learning) bukan semata-mata pembelajaran yang mengharuskan anak-anak untuk tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan murid dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan. Yang ada hanyalah jalinan komunikasi yang saling mendukung (Meier 2005: 38).
Pembelajaran yang menyenangkan adalah suatu proses pembelajaran yang mengasyikan dan bermakna, Mengasyikan berarti pelajaran tersebut dapat dinikmati oleh siswa dan tanpa adanya tekanana, sedangkan bermakna berarrti pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dapat bermanfaat bagi kehidupannya (Johnson, 2006: 4). Pembelajaran menyenangkan adalah susasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar, sehingga waktu curah perhatiannya time on task tinggi (Depdiknas, 2004: 3-8). Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatnkan hasil belajar.Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa (Depdiknas, 2004: 12).
Prinsip Joyfull Learning
Menurut Dryden (2000 : 22) “bahwa belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan (Joyfull Learning) merupakan metode belajar mengajar yang menyenangkan”. Pendapat lain menungkapkan “Guna mendukung proses Joyfull Learning maka perlu menyiapkan lingkungan sehingga semua siswa merasa penting, aman dan nyaman. Ini dimulai dengan keaadaan fisik yang kondusif yang diperindah dengan tanaman, seni dan musik. Ruangan harus terasa pas untuk kegiatan belajar seoptimal mungkin”. (Porter, 2000: 8). Prinsip pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) adalah apabila siswa senang dalam belajar dan mudah mengerti apa yang diajarkan oleh pengajar. Mereka dapat belajar dari lingkungannya baik dalam lingkungan fisik maupun dari lingkungan sosialnya (contextual teaching and learning). Mereka juga bergembira dalam belajar karena memulainya dari sesuatu yang dimilikinya sendiri, sehingga timbul rasa percaya diri dan itu akan menimbulkan peraan diakui dan dihargai yang menyenangkan hatinya karena ia diberi kesempatan untuk mengekspresikan dirinya (teori konstruktivisme) sesuai ciri” perkembangan fisiologi dan psikologinya. Hal demikian pada saatnya akan memotivasi mereka untuk terlibat aktif dalam proses pembeljaran karena atmosfer pembelajaran yang sesuai kepentingannya dan yang diciptakannya sendiri. Jadi factor untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) adalah penciptaan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang anak untuk belajar. Suasana kelas yang diciptakan penuh kegembiraan akan membawa kegembiraan pula dalam belajar (Porter, 2000:13).
Penerapan Joyfull Learning
Pendekatan Joyfull Learning merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang mendukung pengembangan keterampilan proses sains dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Joyfull Learning dapat dilakukan dengan memotivasi tumbuhnya harga diri yang positif kepada anak dan memberikan lingkungan dan kondisi yang tepat untuk semua anak dengan kata lain semua anak merasakan bahwa: 1) Kontribusi mereka sekecil apa pun dihargai, 2) Mereka merasa aman (fisik dan psikis) dalam lingkungan belajar, 3) Gagasan mereka dihargai Darmansyah (2011: 21).
Langkah-Langkah Pendekatan Joyfull Learning
Menurut Darmansyah (2011: 27), Pendekatan Joyfull Learning yang diterapkan dalam sekolah dapat dipilih kedalam empat bagian, pertama teknik persiapan, kedua teknik penyampaian, ketiga teknik pelatihan, keempat teknik penutup. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
1. Teknik persiapan
Tahap persiapan berkaitan dengan persiapan siswa untuk belajar. Tanpa itu siswa akan lambat dan bahkan bisa berhenti begitu saja. Tujuan dari persiapan pembelajaran adalah untuk:
- Mengajak siswa keluar dari keadaan mental yang pasif.
- Menyingkirkan rintangan belajar.
- Merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa.
- Memberi siswa perasaan positif mengenai, dan hubungan yang bermakna dengan topik pelajaran.
- Menjadikan siswa aktif yang tergugah untuk berpikir, belajar, menciptakan, dan tumbuh.
- Mengajak orang keluar dari keterasingan dan masuk kedalam komunitas belajar.
2. Teknik Penyampaikan
Tahap penyampaikan dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan pembelajaran dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Adapun cara mengajak siswa terlibat penuh dalam proses belajar:
- Presentasi guru (fasilitator)
Ketika sedang mengerjakan suatu proses atau prosedur, gunakan hasil karya untuk menampilkannya besar-besar pada dinding, papan planel, atau papan tulis magnetik. Selanjutnya, suruhlah siswa membongkarnya dan menyusunnya kembali sebagai aktivitas belajar ”mengajar-kembali”. - Presentasi guru/ siswa
Sebelum presentasi, mintalah setiap siswa memilih mitra. Katakan bahwa mereka harus menyusun soal ujian lisan berisi 20 pertanyaan untuk teman mereka berdasarkan presentasi yang akan mereka dengar. Pada akhir presentasi, mereka harus menyerahkan soal ujian lisan tersebut pada teman mitranya dan menilai apakah pasangan mereka mampu atau tidak menangkap materi pelajaran yang baru saja diberikan. Sementara itu, saat presentasi, mitra mereka akan menyiapkan soal ujian lisan 20 pertanyaan untuk mereka. - Presentasi siswa dan berlatih menemukan
Guru membagi siswa dalam beberapa tim. Minta setiap tim meneliti berkas bahan pelajaran yang mereka hadapi dan buatlah presentasi untuk kelompok. Bekali setiap tim dengan materi untuk membuat pendukung atau bantuan presentasi yang dapat membantu mereka menyampaikan poin-poin mereka. Karena siswa lebih banyak mengingat dengan diasosiasikan dengan sesuatu yang telah atau pernah dilakukan. Seperti yang dikatakan oleh Harry Lorayne dan Jerry Lucas yaitu ”anda bisa mengingat sepotong informasi jika diasosiasikan dengan sesuatu yang telah anda ketahui atau ingat sebelumnya.
3. Teknik Pelatihan
Pada tahap inilah pembelajaran yang berlangsung sebenarnya. Apa yang dipikirkan, dan dikatakan serta dilakukan siswalah yang menciptakan pembelajaran, dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan oleh guru. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan meminta siswa berulang-ulang mempraktikkan suatu ketrampilan, mendapatkan umpan balik segera, dan mempraktikkan ketrampilan itu lagi. Mintalah siswa membicarakan apa yang mereka alami, perasaan mereka mengenainya, dan apa lagi yang mereka butuhkan untuk meningkatkan prestasinya.
d. Teknik Penutup.
Menurut langkah-langkah pembelajaran Joyfull learning secara umum adalah:
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan membagikan konsep pada peserta didik.
2. Peserta didik diberi tugas atau latihan untuk disesuaikan pada waktu itu juga.
3. Pada saat proses pembelajaran peserta didik bisa bermain warna karena warna bisa meningkatkan daya ingat pada peserta didik.
4. Setelah selesai mengerjakan tugas tersebut, salah satu kelompok maju untuk mendemonstrasikan di depan kelas.
5. Cara menunjuk peserta didik untuk mengerjakan atau menjelaskan tugas di depan kelas.
6. Peserta didik menyimpulkan materi yang dipelajari.
7. Guru menyempurnakan kesimpulan yang telah diperoleh dari peserta didik dan memberikan penghargaan kepada peserta didik yang berani mendemonstrasikan jawaban ke depan kelas.
Banyak kasus dalam menyampaikan pelajaran dalam akhir semester atau dalam akhir jam guru menjelaskan agar materinya selesai. Namun dengan ini, malah akan tidak efektif yang seharusnya dilakukan adalah pada pemahaman guru dalam Joyfull Learning hendaknya memberi penguatan kepada materi yang telah diterima oleh siswa dengan memusatkan perhatian, hal itu peluang ada cara mengingat yang kuat akan apa yang terjadi. Seperti yang telah dikatakan oleh Lynn Stern, penulis “improving your memory” alasan utama mengapa kita lupa adalah karena kita tidak benar-benar memusatkan perhatian.
Kelebihan Dan Kekurangan Pendekatan Pembelajaran Joyfull Learning
Pendekatan pembelajaran Joyfull Learning memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
1. Kelebihan Pendekatan Pembelajaran Joyfull Learning
Menurut Darmansyah (2011: 27) kelebihan Joyfull Learning antara lain, yaitu:
- Suasana belajar rileks dan menyenangkan. Dengan melibatkan kerja otak kiri dan kanan akan menjadikan belajar murid lebih ringan dan menyenangkan sehingga murid tidak mengalami stress dalam belajarnya.
- Banyak strategi yang bisa diterapkan. Ada banyak jenis metode yang ada di Joyfull Learning yang dapat diterapkan dan dikombinasikan antara metode yang satu dengan metode lainnya, sehingga kita tinggal menentukan sendiri jenis metode mana yang diterapkan.
- Merangsang kreativitas dan aktivitas. Kreativitas terjadi jika kita dapat menggunakan informasi yang sudah ada didalam otak kita dan mengkombinasikan dengan informasi yang lain sehingga tercipta hal baru yang bernilai tambah.
- Lebih bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dengan penguasaan materi yang mantap guru dapat mendesain membungkus suatu penyajian materi kegiatan belajar mengajar lebih menarik dengan berbagai variasi agar para peserta didik mengikuti dengan suasana hati yang gembira dan semangat yang tinggi.
Menurut Sari (2018: 61) kelebihan Joyfull Learning adalah :
- Membangun hubungan dan meningkatkan komunikasi.
- Mengurangi stress.
- Membuat pembelajaran menjadi menarik.
- Meningkatkan daya ingat pada suatu pembelajaran.
2. Kekurangan Pendekatan Pembelajaran Joyfull Learning
Menurut Darmansyah (2011: 27) kekurangan Joyfull Learning ialah :
- Jika guru tidak berhasil mengendalikan kelas maka kelas akan menjadi sangat ramai dan susah dikendalikan.
- Guru harus mempunyai kreatifitas yang tinggi agar peserta didik tidak bosan.
- Guru harus menguasai banyak metode pembelajaran karena pada model pembelajaran Joyfull Learning harus menerapkan banyak metode pembelajaran.
Menurut Hamzah dalam Sari (2018: 61) Joyfull Learning memiliki kelemahan yaitu:
- Pembelajaran yang menyenangkan tersebut dapat mengacu pada kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center)
- Lemahnya pengembangan potensi diri peserta didik sehingga prestasi yang dicapai kurang optimal.