Novel

Penulis: Tim Editor | Kategori: Umum | Tanggal Terbit: | Dilihat: 3348 kali

Pengertian Novel

Novel merupakan karya sastra di mana Sastra itu merupakan ungkapan perasaan, pemikiran dan pengalaman pengarang yang berhubungan dengan ekspresi dan penciptaan serta memuat pesan yang hendak disampaikan kepada pembaca serta merupakan daya imaji dan daya kreatif yang dipikirkan oleh pengarang tentang kehidupan manusia dan berhubungan dengan ekspresi penciptaan.
Dalam sastra terdapat karya sastra seperti novel, Novel adalah karangan prosa yang lebih panjang dari cerita pendek dan menceritakan kehidupan seseorang dengan lebih mendalam dengan menggunakan bahasa sehari-hari serta banyak membahas aspek kehidupan manusia. Hal ini mengacu pada pendapat Santoso dan Wahyuningtyas (2010: 46), yang menjelaskan, "Kata novel berasal dari bahasa latin novellas, yang terbentuk dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa inggis. Karena novel adalah bentuk karya sastra yang datang dari karya sastra lainnya seperti puisi dan drama. Namun E. kosasih (2009:54). Juga mengatakan “novel berasal dari bahasa Italia novella yang artinya sama dengan bahasa latin”.

Novel juga diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita pendek, yang isinya hanya mengungkapkan suatu kejadian yang penting, menarik dari kehidupan seseorang (dari suatu episode kehidupan seseorang) secara singkat dan yang pokok-pokok saja. Juga perwatakan pelaku-pelakunya digambarkan secara garis besar saja, tidak sampai pada masalah yang sekecil-kecilnya. Dan kejadian yang digambarkan itu mengandung suatu konflik jiwa yang mengakibatkan adanya perubahan nasib. Abrams dalam Nurgiyantoro (2005: 9) “Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti “sebuah barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa”.Tarigan (1995: 164) “Dalam bahasa Latin kata novel berasal novellus yang diturunkan pula dari kata noveis yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis-jenis lain, novel ini baru muncul kemudian”Pendapat Tarigan diperkuat dengan pendapat Semi (1993: 32) “novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus”.

Novel yang diartikan sebagai memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih tegas, dengan roman yang diartikan rancangannya lebih luas mengandung sejarah perkembagan yang biasanya terdiri dari beberapa fragmen dan patut ditinjau kembali. Batos (dalam Tarigan, 1995: 164) menyatakan bahwa novel merupakan sebuah roman, pelaku-pelaku mulai dengan waktu muda, menjadi tua, bergerak dari sebuah adegan yang lain dari suatu tempat ke tempat yang lain. Nurgiyantoro (2005: 15) “novel merupakan karya yang bersifat realistis dan mengandung nilai psikologi yang mendalam, sehingga novel dapat berkembang dari sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk nonfiksi atau dokumen-dokumen, sedangkan roman atau romansa lebih bersifat puitis”.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa novel dan romansa berada dalam kedudukan yang berbeda.Jassin (dalam Nurgiyantoro, 2005: 16) “membatasi novel sebagai suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang di sekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang dan lebih mengenai sesuatu episode”. Mencermati pernyataan tersebut, pada kenyataannya banyak novel Indonesia yang digarap secara mendalam, baik itu perwatakan maupun unsur-unsur intrinsik lain. Novel menururt Sayuti (2000: 7) “dikategorikan dalam bentuk karya fiksi yang bersifat formal”.Bagi pembaca umum, pengategorian ini dapat menyadarkan bahwa sebuah fiksi apapun bentuknya diciptakan dengan tujuan tertentu.
Penciptaan karya sastra memerlukan daya imajinasi yang tinggi. Menurut Junus (1989: 91), mendefinisikan novel adalah meniru ”dunia kemungkinan”. Semua yang diuraikan di dalamnya bukanlah dunia sesungguhnya, tetapi kemungkinan-kemungkinan yang secara imajinasi dapat diperkirakan bisa diwujudkan.Tidak semua hasil karya sastra harus ada dalam dunia nyata, namun harus dapat juga diterima oleh nalar.

Selain pengertian novel di atas ada beberapa pendapat novel yang berbeda salah satunya Novel merupakan produk masyarakat. Novel berada dimasyarakat karena novel dibentuk oleh anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dalam masyarakat”. Menururt Siswanto (2008 :141), “Novel” diartikan sebagai "Karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku. Masalah yang dibahas tidak sekompleks roman. Biasanya novel menceritakan peristiwa pada masa tertenu.

Novel dibagi menjadi dua jenis, yaitu: novel populer dan novel serius. Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya.Sedangkan novel serius menurut Nurgiyantoro (2010: 18-19) “Novel ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal”. Dalam prosa fiksi terdapat unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu sendiri.Baik novel maupun cerpen semuanya memiliki unsur-unsur intrinsik, menurut Pratiwi (2005:41) mengatakan bahwa “Unsur intrinsik adalah unsur yang membentuk karya sastra dari dalam sastra itu sendiri yang meliputi alur, tokoh dan perwatakan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat.Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara factual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra”. Analisis ini akan difokuskan pada unsur intrinsik, di mana unsur ini meliputi alur, tokoh dan perwatakan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat. Di mana semua itu terdapat pada setiap karya sastra termasuk novel.

Unsur Pembangun Novel

Nurgiyantoro (Fitria, 2011:7) mengatakan bahwa: Secara garis besar berbagai unsur pembangun sebuah novel secara tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur yang dimaksud misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan lain-lain. Di pihak lain, unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bagian atau sistem organisme karya sastra.

Adapun unsur pembangun novel terdiri atas unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun novel dari dalam, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar novel tersebut.

Unsur Intrinsik Novel

Salah satu yang penting adalah unsur intrinsik novel. Unsur ini melingkupi beberapa hal yang penting untuk diperhatikan seorang penulis novel. Sebab jika unsur tersebut dikemas dengan baik, maka pembaca akan larut dalam cerita tanpa merasakan sebuah kejanggalan. Seorang penulis novel yang sukses sudah pasti memahami hal tersebut. Jika Anda seorang penulis pemula dan belum mengetahui apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik, pembahasan berikut tentu akan sangat membantu Anda. Secara sederhana, apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik adalah hal-hal yang keberadaanya wajib di dalam sebuah novel. Jika ekstrinsik lebih kepada opsional, maka unsur intrinsik novel tak boleh luput jika tidak maka tulisan tersebut tak layak disebut novel. Unsur intrinsik ini mencakup beberapa hal.

Adapun pengertian unsur intrinsik dari beberapa para ahli (Nurgiyantoro, 2002 : 23) “Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri”.Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah drama berwujud atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah naskah drama.  Unsur yang dimaksud untuk menyebut sebagian saja, misalnya: 1) judul; 2) tema; 3) plot atau alur ; 4) tokoh cerita dan perwatakan; 5) dialog; 6) konflik; dan 7) latar.

Menurut Suharianto (1982:28) mengatakan bahwa “Unsur–unsur intrinsik itu terdiri atas tema, alur, perwatakan, latar, tegangan atau padahan, suasana, pusat pengisahan atau point of view, dan gaya bahasa.” Dari berbagai pendapat para ahli yang terpapar dalam penjelasan di atasdi mana Nurgiyantoro (2007:23) “Pada novel unsur intrinsik itu berupa, tema, plot, perwatakan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.” Jadi dapat diselaraskan bahwa unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra yang berupa tema, plot, perwatakan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Unsure inilah yang membuat karya sastra hadir sebagai karya sastra baik fiksi maupun non fiksi.

Menurut nurgiyantoro (2007: 23) “Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud yaitu, peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang cerita, Bahasa atau gaya Bahasa dan lain-lain.” Berikut penjabaran beberapa unsur instrinsik.

  1. Tema
    Nurgiyantoro (Rokhmansyah, 2014:32), menyebutkan bahwa “Tema adalah inti persoalan, pokok pembicaraan merupakan dasar penceritaan serta merupakan patokan dalam menggerakkan cerita dari awal sampai akhir”. Ada pula yang menyatakan “Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema menjadi pokok isi yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca” (Kurniasari, 2014:160). Tema dapat pula diartikan sebagai suatu pokok pikiran yang menjadi inti pembahasan di dalam sebuah cerita. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan utama yang di angkat pengarang dan dijabarkan dalam sebuah cerita dan menjadi inti permasalahan sepanjang alur cerita.
  2. Tokoh dan Penokohan
    “Tokoh adalah individu ciptaan pengarang yang mengalami peristiwa- peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita” (Kurniasari, 2014:160). Selanjutnya Abrams (Nurgiyantoro, 2007: 165 ) menyatakan “Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dana pa yang dilakukan dalam tindakan.”

    Tokoh dapat diartikan sebagai individu yang melakonkan watak tertentu dalam sebuah cerita. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah orang yang mengalami berbagai peristiwa di dalam sebuah cerita dengan watak-watak tertentu sesuai dengan yang ditentukan oleh pengarang.
    Nurgiyantoro (2007: 166) menjelaskan:
    “Istilah ‘penokohan’ lebih luas pengertiannya daripada ‘tokoh’ dan ‘perwatakan’ sebab sekaligus masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penepatan dan pelukisannya. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Jadi, dalam istilah penokohan ini sekaligus terkandung dua aspek: isi dan bentuk". Penokohan merupakan salah satu unsur intrinsik karya sastra. Penokohan adalah cara pengarang dalam menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita (Kosasih, 2008:61). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah cara pengarang memberikan karakter pada setiap tokoh dalam sebuah cerita.
  3. Alur
    Nurgiyantoro (Rokhmansyah, 2014:32), menyatakan “Plot atau alur adalah struktur penceritaan dalam prosa yang di dalamnya berisi rangkaian kejadian atau peristiwa, yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat (kasaulitas) serta logis”. Selanjutnya “Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita” (Kurniasari, 2014:160). Alur dapat diartikan sebagai urutan setiap kejadian yang dalam cerita. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpukan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa dalam sebuah karya sastra.
  4. Latar
    Nurgiyantoro (Rokhmansyah, 2014:32), menyatakan bahwa “Latar atau setting merupakan suatu keadaan baik itu berupa tempat, waktu ataupun keadaan alam yang melatarbelakangi suatu peristiwa”. Selanjutnya “Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur yaitu: tempat, waktu, dan suasana” (Kurniasari, 2014:160). Latar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi keterangan pada sebuah cerita. Berdasarkan beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa latar adalah petunjuk yang menerangkan waktu, suasana, dan tempat yang ada dalam sebuah karya sastra.
  5. Sudut Pandang
    Nurgiyantoro (Rokhmansyah, 2014:32), menyatakan bahwa “Sudut pandang adalah cara bagaimana pengarang itu bercerita atau juga bagaimana pengarang itu menampilkan para pelaku dalam cerita yang ditulisnya”. Kemudian (Kurniasari, 2014:161) “Dalam sebuah novel sudut pandang terbagi menjadi dua, yaitu sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga”. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah cara pandang pengarang dalam menampilkan tokoh dalam suatu cerita.
  6. Gaya Bahasa
    “Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh diksi (pemilihan kata) yang tepat” (Kurniasari, 2014:161). Seterusnya (Aminuddin, 2004:72) mengatakan “Dalam karya sastra istilah gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca”. Gaya Bahasa dapat pula diartikan sebagai cara pengarang memilih kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan cerita. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah teknik yang digunakan pengarang untuk menyampaikan isi cerita kepada pembaca dengan memilih kata-kata yang menarik dan indah.
  7. Amanat
    Nurgiyantoro (Rokhmansyah, 2014:32), menyatakan bahwa “Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan pengarang melalui rentetan cerita yang disajikan dalam prosa”. Selanjutnya “Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui novelnya” (Kurniasari, 2014:161). Amanat dapat pula diartikan sebagai pesan tertentu yang ingin disampaikan pengarang melalui suatu cerita. Berdasarkan beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa amanat adalah pesan penting yang ingin disampaikan pengarang baik secara tersurat maupun secara tersirat.

Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun sebuah karya sastra yang berasal dari luar karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik memiliki pengaruh yang besar terhadap sebuah karya sastra neskipun ia bukan unsur yang langsung membangun sebuah karya sastra langsung dari dalam. Sumardjo dan Saini (1988: 21) mengatakan “Sastra ekstrinsik menghubungkan karya sastra itu dengan penulisnya, pembaca atau masyarakatnya, yakni hal-hal yang di luar karya sastra itu sendiri. Sastra ekstrinsik melibatkan disiplin ilmu sejarah, sosiologi, filsafat, agama, antofologi dan sebagainya.” Wellek dan Werren (2014: 72-73) menyatakan bahwa ada beberapa faktor ekstrinsik di dalam sebuah karya sastra yang saling berkaitan, diantaranya yakni sastra dan biografi, sastra dan psikologi, serta sastra dan masyarakat.