Pendahuluan
Dalam era pembelajaran abad 21, kebutuhan akan media pembelajaran yang inovatif, efektif, dan sesuai dengan karakteristik peserta didik menjadi semakin penting. Media pembelajaran bukan hanya sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan motivasi, interaksi, dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Oleh karena itu, pengembangan media tidak boleh dilakukan secara sembarangan, melainkan harus melalui proses yang terstruktur dan berbasis penelitian. Salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk mengembangkan media pembelajaran secara ilmiah adalah penelitian dan pengembangan atau dikenal dengan istilah Research and Development (R&D). Pendekatan ini menekankan pentingnya menghasilkan produk pendidikan yang telah melalui serangkaian uji coba dan validasi agar dapat dipastikan efektivitas dan keandalannya di lapangan.
Dari berbagai model penelitian pengembangan yang tersedia, Model Borg and Gall merupakan salah satu yang paling populer dan banyak digunakan, terutama dalam penelitian skripsi, tesis, maupun proyek pengembangan skala institusional. Model ini diperkenalkan oleh Walter R. Borg dan Meredith D. Gall pada tahun 1983 dan sejak saat itu telah menjadi rujukan utama dalam pengembangan produk pendidikan yang berbasis pada siklus evaluasi dan revisi. Model Borg and Gall menawarkan tahapan yang sistematis dan komprehensif mulai dari analisis kebutuhan hingga diseminasi produk. Keunggulan dari model ini terletak pada keterlibatan berbagai proses validasi melalui uji coba bertahap yang bertujuan untuk memastikan bahwa media atau produk yang dikembangkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna dan efektif dalam penerapannya.
Pendekatan Borg and Gall sangat relevan digunakan di masa kini, terutama ketika pengembang pendidikan ingin menghasilkan media pembelajaran berbasis teknologi, kurikulum, atau modul pelatihan yang tidak hanya kreatif tetapi juga dapat dipertanggungjawabkan secara akademis dan empiris. Dengan memahami model ini secara menyeluruh, pengembang dan peneliti akan memiliki panduan yang kuat untuk menciptakan solusi pendidikan yang berkualitas.
Latar Belakang
Model Borg and Gall pertama kali diperkenalkan dalam buku mereka yang berjudul Educational Research: An Introduction. Model ini lahir dari kebutuhan akan pendekatan pengembangan yang tidak hanya menghasilkan produk, tetapi juga menguji efektivitas produk tersebut dalam konteks pendidikan yang nyata. Walter R. Borg dan Meredith D. Gall merancang model ini sebagai suatu siklus penelitian yang dapat digunakan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran, media edukatif, kurikulum, hingga pelatihan guru.
Tujuan utama dari model ini adalah untuk menjembatani kesenjangan antara penelitian teoritis dengan praktik pendidikan. Borg dan Gall percaya bahwa produk pendidikan yang baik tidak cukup hanya dirancang berdasarkan teori, tetapi juga harus melalui proses validasi lapangan untuk memastikan relevansi dan keefektifannya. Oleh karena itu, mereka menyusun langkah-langkah sistematis yang melibatkan analisis kebutuhan, pengembangan produk awal, uji coba bertahap, revisi, hingga penyebaran. Model ini menjadi sangat populer dalam dunia penelitian pendidikan, terutama karena fleksibilitas dan ketelitiannya. Dalam konteks pengembangan media pembelajaran, Borg and Gall memberikan kerangka kerja yang kuat dan terukur sehingga setiap keputusan pengembangan didasarkan pada data empiris. Hal ini sangat membantu guru, dosen, maupun mahasiswa dalam menghasilkan produk yang dapat digunakan secara luas dan berdampak nyata pada proses belajar mengajar.
Tujuan Penggunaan Model Borg and Gall
Model Borg and Gall dirancang untuk memandu proses pengembangan produk pendidikan agar tidak hanya berdasarkan asumsi atau intuisi, melainkan berlandaskan pada data dan bukti yang valid. Tujuan utamanya adalah menghasilkan produk yang memiliki tingkat keandalan dan efektivitas tinggi karena telah melalui proses evaluasi formatif dan sumatif yang sistematis. Ini menjadi sangat penting dalam dunia pendidikan, di mana akurasi dan kesesuaian dengan kebutuhan siswa harus menjadi prioritas utama. Dalam konteks pengembangan media pembelajaran, model ini memberikan pedoman yang jelas bagi pengembang untuk merancang, menguji, dan menyempurnakan produk secara berulang. Setiap tahap pengembangan dilengkapi dengan proses uji coba dan revisi berdasarkan hasil evaluasi nyata dari pengguna akhir, baik itu siswa, guru, maupun ahli bidang terkait. Dengan demikian, produk yang dihasilkan bukan hanya kreatif, tetapi juga efektif dan aplikatif.
Model ini juga bertujuan untuk membangun produk pendidikan yang dapat digunakan secara luas. Setelah melalui tahap uji coba lapangan awal dan utama, serta beberapa kali revisi, produk yang dihasilkan memiliki potensi besar untuk diimplementasikan dalam skala yang lebih luas. Hal ini sesuai dengan tahap akhir dari model ini yaitu diseminasi, di mana produk disebarluaskan agar dapat dimanfaatkan oleh komunitas pendidikan yang lebih luas. Selain itu, penggunaan model Borg and Gall dapat meningkatkan kredibilitas akademik dari suatu proyek pengembangan. Karena setiap langkahnya terdokumentasi dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, hasil akhir dari pengembangan tidak hanya dapat digunakan, tetapi juga dapat diterbitkan sebagai karya ilmiah, seperti artikel jurnal, skripsi, atau tesis. Ini menjadi nilai tambah tersendiri bagi para peneliti atau mahasiswa yang sedang menempuh studi akhir. Secara keseluruhan, tujuan dari model ini bukan sekadar menciptakan produk baru, tetapi juga memastikan bahwa produk tersebut benar-benar memberikan solusi atas permasalahan pendidikan yang ada. Dengan pendekatan yang berbasis riset, model Borg and Gall menempatkan kualitas dan kebermanfaatan produk sebagai fokus utama, menjadikannya salah satu model yang paling ideal dalam pengembangan media pembelajaran berbasis penelitian.
Tahapan Model Pengembangan Borg and Gall
Model Borg and Gall terdiri dari sepuluh langkah utama yang dirancang untuk mengarahkan proses penelitian dan pengembangan produk pendidikan secara sistematis. Meskipun dalam praktiknya beberapa peneliti menyederhanakan langkah-langkah ini menjadi tujuh atau sembilan, esensi dari model ini tetap mengutamakan evaluasi berulang untuk menghasilkan produk yang valid dan andal.
1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi
Tahap pertama ini menjadi fondasi dari seluruh proses pengembangan dalam model Borg and Gall. Tujuannya adalah untuk memahami secara mendalam permasalahan pendidikan yang ingin diselesaikan dan kebutuhan pengguna dari produk yang akan dikembangkan. Berikut adalah langkah-langkah rinci yang harus dilakukan pada tahap ini:
- Identifikasi Masalah Pendidikan
- Tinjau konteks pendidikan yang akan dikembangkan medianya.
- Ajukan pertanyaan dasar seperti: Apa permasalahan utama dalam proses pembelajaran saat ini? atau Apakah terdapat kesenjangan antara capaian belajar yang diharapkan dan yang dicapai siswa?
- Kajian Teori dan Studi Literatur
- Lakukan pencarian literatur dari jurnal, buku, laporan penelitian, dan sumber akademik lainnya untuk mendukung pemahaman terhadap masalah.
- Fokuskan pencarian pada:
- Media pembelajaran sejenis yang pernah dikembangkan.
- Teori pembelajaran yang mendasari.
- Solusi yang sudah pernah diterapkan sebelumnya.
- Pengumpulan Data Empiris
- Gunakan teknik seperti:
- Wawancara: dengan guru, siswa, ahli pendidikan.
- Observasi: terhadap proses pembelajaran yang sedang berjalan.
- Kuesioner: untuk menjaring kebutuhan dari responden dalam jumlah besar.
- Tentukan populasi dan sampel yang relevan agar hasil yang didapat mewakili kebutuhan nyata.
- Gunakan teknik seperti:
- Analisis Kebutuhan
- Dari data yang dikumpulkan, lakukan analisis untuk:
- Mengidentifikasi kesenjangan antara kondisi saat ini dan kondisi ideal.
- Menyusun peta kebutuhan pengguna (user needs mapping).
- Merumuskan area yang perlu dikembangkan menjadi solusi dalam bentuk media pembelajaran.
- Dari data yang dikumpulkan, lakukan analisis untuk:
- Penetapan Fokus dan Tujuan Pengembangan
- Berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan kajian teori, tetapkan:
- Tujuan umum dari produk yang akan dikembangkan.
- Target pengguna (misalnya: siswa SMP kelas VIII, guru matematika, dll).
- Aspek pembelajaran yang ingin diperbaiki (materi sulit, metode kurang menarik, dsb).
- Berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan kajian teori, tetapkan:
- Dokumentasi Hasil
- Semua temuan harus didokumentasikan secara sistematis dalam bentuk laporan analisis kebutuhan.
- Dokumen ini akan digunakan sebagai dasar penyusunan rencana pengembangan pada tahap berikutnya.
Tahap ini bersifat eksploratif dan analitis, dan sangat menentukan arah dari seluruh proses pengembangan. Produk yang baik dimulai dari pemahaman masalah yang akurat dan kebutuhan pengguna yang nyata.
2. Perencanaan
Tahap ini merupakan fase transisi dari analisis menuju pengembangan. Setelah masalah dan kebutuhan teridentifikasi secara jelas, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana pengembangan media pembelajaran secara sistematis dan terarah. Perencanaan yang matang akan mempermudah pelaksanaan di tahap-tahap selanjutnya dan meminimalkan risiko kesalahan desain.
Berikut langkah-langkah detil dalam tahap perencanaan:
- Merumuskan Tujuan Pengembangan
- Tujuan diturunkan dari hasil analisis kebutuhan pada tahap sebelumnya.
Tujuan harus mencakup:- Tujuan umum, mengapa media ini dikembangkan?
- Tujuan khusus, kompetensi atau indikator pembelajaran apa yang akan dicapai?
- Tujuan diturunkan dari hasil analisis kebutuhan pada tahap sebelumnya.
- Menentukan Karakteristik Produk
- Spesifikasi awal produk ditentukan, misalnya:
- Jenis media, video pembelajaran, modul interaktif, aplikasi mobile, dll.
- Target pengguna, jenjang pendidikan, latar belakang pengguna.
- Kebutuhan teknis, platform, format file, durasi penggunaan.
- Spesifikasi awal produk ditentukan, misalnya:
- Menyusun Kerangka Isi dan Struktur Media
- Rancang garis besar isi materi (content outline).
- Susun alur logika penyajian materi agar mudah dipahami.
- Gunakan taksonomi Bloom untuk menyesuaikan dengan tingkat berpikir siswa (misalnya: pemahaman, aplikasi, analisis).
- Menentukan Strategi Pengembangan dan Instruksional
- Pilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan, seperti:
- Discovery learning, problem-based learning, atau direct instruction.
- Rancang aktivitas pembelajaran yang relevan.
- Tetapkan pendekatan desain visual dan audio (jika diperlukan).
- Menyusun Rencana Evaluasi Produk
- Buat rencana evaluasi formatif dan sumatif:
- Evaluasi ahli (expert review)
- Uji coba perorangan, kelompok kecil, dan lapangan
- Tentukan alat ukur:
- Angket validasi media
- Tes hasil belajar
- Rubrik observasi
- Buat rencana evaluasi formatif dan sumatif:
- Menyusun Jadwal dan Sumber Daya
- Susun timeline pelaksanaan setiap tahap pengembangan.
- Tentukan siapa yang terlibat (tim pengembang, ahli materi, desainer).
- Buat estimasi kebutuhan biaya dan peralatan pendukung.
Perencanaan yang komprehensif sangat penting agar pengembangan produk berjalan sesuai arah yang telah ditentukan dan dapat diuji secara objektif.
3. Pengembangan Produk Awal
Setelah perencanaan selesai disusun, tahap ketiga ini berfokus pada realisasi awal produk berdasarkan desain dan spesifikasi yang telah dirancang. Produk yang dikembangkan pada fase ini belum final, melainkan bersifat prototipe yang masih membutuhkan uji coba dan penyempurnaan lebih lanjut.
Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini:
- Membuat Prototipe Produk
- Produk awal dikembangkan berdasarkan kerangka dan isi yang telah dirancang pada tahap perencanaan.
- Jika produk berupa media digital:
- Susun storyboard atau wireframe terlebih dahulu.
- Gunakan perangkat lunak pengembangan seperti PowerPoint, Articulate, Canva, Adobe XD, Unity, atau platform lain sesuai kebutuhan media.
- Jika produk berupa media cetak:
- Buat desain halaman, layout isi, cover, dan sistem navigasi (jika modular).
- Pengintegrasian Materi Pembelajaran
- Masukkan materi pembelajaran ke dalam media secara sistematis.
- Pastikan isi sesuai dengan kurikulum, tujuan pembelajaran, dan prinsip pedagogis.
- Tambahkan elemen pendukung seperti gambar, audio, animasi, video, atau ilustrasi jika diperlukan.
- Penerapan Aspek Desain Visual dan Interaktif
- Perhatikan prinsip desain grafis:
- Kesesuaian warna dan font
- Konsistensi navigasi
- Tata letak yang memudahkan eksplorasi
- Jika media bersifat interaktif:
- Tambahkan tombol, kuis, atau simulasi
- Uji keterhubungan antar komponen dan logika interaksi
- Perhatikan prinsip desain grafis:
- Validasi Internal oleh Tim Pengembang
- Lakukan pengecekan internal oleh anggota tim:
- Apakah isi sudah lengkap?
- Apakah produk dapat dijalankan dengan baik?
- Apakah semua elemen berfungsi sebagaimana mestinya?
- Koreksi kesalahan teknis dan konten sebelum diuji ke pengguna.
- Lakukan pengecekan internal oleh anggota tim:
- Dokumentasi Produk Awal
- Simpan hasil pengembangan dalam format kerja (editable) dan format presentasi (pdf, html, exe, atau lainnya).
- Produk ini siap untuk masuk ke tahap berikutnya, yaitu uji coba lapangan awal (one-to-one atau kelompok kecil).
Tahap ini bersifat konstruktif dan kreatif, karena merupakan saat di mana ide-ide dan rancangan dikonversi menjadi bentuk nyata. Kualitas produk awal ini sangat mempengaruhi persepsi awal dari pengguna saat proses uji coba nanti.
4. Uji Coba Lapangan Awal (Small Group Trial)
Setelah produk awal dikembangkan, tahap berikutnya adalah melakukan uji coba terbatas dengan pengguna sasaran secara langsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh masukan awal tentang kelayakan, kesesuaian isi, dan daya tarik media pembelajaran dari perspektif pengguna.
Uji coba lapangan awal (sering disebut one-to-one trial atau kelompok kecil) penting untuk mengidentifikasi kelemahan produk sebelum dilakukan revisi dan pengujian lebih luas.
- Menentukan Subjek Uji Coba
- Pilih peserta uji coba dari target pengguna produk (misalnya siswa kelas tertentu).
- Jumlah partisipan biasanya antara 3 sampai 9 orang, tergantung jenis produk.
- Jika memungkinkan, tambahkan pengamat (misalnya guru atau ahli) untuk mencatat proses penggunaan.
- Menyiapkan Instrumen Evaluasi
- Buat alat bantu evaluasi untuk memperoleh umpan balik, seperti:
- Angket respon pengguna (mengukur daya tarik, kemudahan, dan kejelasan isi)
- Wawancara semi-terstruktur untuk menggali tanggapan secara lebih mendalam
- Checklist observasi bagi pengembang atau pengamat
- Buat alat bantu evaluasi untuk memperoleh umpan balik, seperti:
- Pelaksanaan Uji Coba
- Lakukan uji coba secara langsung di lingkungan yang menyerupai situasi penggunaan nyata (kelas, lab komputer, atau daring).
- Berikan petunjuk penggunaan secara ringkas.
- Biarkan peserta menggunakan media secara mandiri terlebih dahulu, lalu amati interaksinya.
- Pengumpulan dan Analisis Data
- Kumpulkan semua respon dan catatan observasi.
- Analisis data secara deskriptif untuk menemukan:
- Bagian media yang membingungkan
- Elemen teknis yang tidak berjalan baik
- Konten yang tidak sesuai harapan
- Penyusunan Laporan Uji Coba
- Buat laporan berisi:
- Tujuan uji coba
- Profil peserta
- Ringkasan respon dan temuan
- Rekomendasi revisi produk
- Buat laporan berisi:
Tahap ini bersifat formatif, yaitu bertujuan untuk menyempurnakan produk sebelum diuji secara luas. Umpan balik dari pengguna langsung sangat penting untuk memastikan bahwa produk tidak hanya menarik secara konsep, tetapi juga praktis dan mudah digunakan.
5. Revisi Hasil Uji Coba Awal
Tahap kelima adalah langkah penting dalam proses iteratif model Borg and Gall, yaitu melakukan revisi produk berdasarkan hasil uji coba awal. Revisi dilakukan untuk memperbaiki kelemahan, menyempurnakan fitur, dan menyesuaikan isi agar lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna. Tujuan dari tahap ini adalah untuk meningkatkan kualitas produk secara signifikan sebelum masuk ke tahap uji coba lapangan utama yang berskala lebih besar. adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
- Menelaah Hasil Uji Coba
- Kaji semua data yang diperoleh dari uji coba awal:
- Respon angket dari pengguna
- Catatan observasi (kesulitan penggunaan, reaksi siswa)
- Hasil wawancara atau diskusi dengan peserta dan guru
- Kelompokkan temuan berdasarkan:
- Aspek teknis (navigasi, loading, error)
- Aspek isi (kesesuaian materi, kedalaman, urutan logika)
- Aspek desain (warna, font, tata letak)
- Aspek daya tarik dan kemudahan penggunaan
- Kaji semua data yang diperoleh dari uji coba awal:
- Menentukan Revisi yang Dibutuhkan
- Prioritaskan perbaikan pada bagian yang dinilai paling bermasalah atau membingungkan.
- Identifikasi revisi mayor (penggantian fitur, perombakan isi) dan revisi minor (perbaikan teks, pengaturan layout).
- Buat daftar perbaikan yang harus dilakukan secara sistematis.
- Melakukan Revisi Produk
- Perbarui media pembelajaran berdasarkan rekomendasi hasil analisis:
- Tambahkan penjelasan pada bagian yang dianggap membingungkan.
- Ganti atau perbaiki ilustrasi, animasi, atau audio jika tidak sesuai konteks.
- Perbaiki tombol, tautan, atau navigasi jika ditemukan bug.
- Perbarui media pembelajaran berdasarkan rekomendasi hasil analisis:
- Melakukan Validasi Internal Kembali
- Setelah revisi, lakukan uji coba internal secara terbatas oleh tim pengembang, pastikan:
- Semua masukan telah ditindaklanjuti.
- Versi revisi berjalan dengan baik.
- Tidak muncul masalah baru akibat revisi.
- Setelah revisi, lakukan uji coba internal secara terbatas oleh tim pengembang, pastikan:
- Menyusun Dokumentasi Revisi
- Buat dokumentasi versi revisi:
- Catat perubahan yang dilakukan.
- Simpan file produk dalam versi terkini dan cadangan.
- Laporan ini akan menjadi dasar untuk presentasi atau pelaporan ke pembimbing/penilai.
- Buat dokumentasi versi revisi:
Tahap revisi ini menunjukkan bahwa pengembangan produk bukan proses sekali jadi, melainkan hasil dari evaluasi berkelanjutan. Produk yang telah direvisi pada tahap ini akan lebih matang dan siap untuk diuji di lapangan utama dengan cakupan lebih luas.
6. Uji Coba Lapangan Utama (Main Field Testing)
Setelah produk direvisi berdasarkan hasil uji coba awal, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian skala besar dalam kondisi nyata. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk mengukur efektivitas, efisiensi, dan kemenarikan media pembelajaran yang telah dikembangkan secara komprehensif. Uji coba lapangan utama dilakukan pada situasi pembelajaran sebenarnya, dengan melibatkan pengguna sasaran dalam jumlah lebih besar agar diperoleh data yang lebih generalisasi dan representatif.
- Menentukan Subjek dan Lokasi Uji Coba
- Pilih peserta uji coba yang mewakili populasi sasaran (misalnya, satu kelas atau lebih di sekolah mitra).
- Jumlah partisipan biasanya 20 hingga 40 orang atau lebih, tergantung skala penelitian.
- Pastikan kondisi pembelajaran sesuai dengan setting penggunaan produk (in-class, blended, atau online).
- Menyusun Desain Evaluasi
- Tentukan pendekatan evaluasi:
- Desain eksperimen: pretest-posttest control group (jika memungkinkan)
- Desain kuasi-eksperimen: pretest-posttest satu kelompok
- Siapkan instrumen evaluasi:
- Tes hasil belajar (untuk mengukur efektivitas)
- Angket respon siswa (untuk mengukur kemenarikan dan kemudahan penggunaan)
- Observasi aktivitas siswa (untuk mengukur keterlibatan dan interaksi)
- Tentukan pendekatan evaluasi:
- Pelaksanaan Uji Coba
- Laksanakan pembelajaran menggunakan media yang telah dikembangkan secara langsung di kelas.
- Fasilitator (guru atau peneliti) harus mengikuti prosedur pembelajaran yang telah dirancang dalam panduan penggunaan produk.
- Pantau proses interaksi siswa dengan media, respon terhadap materi, serta waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas.
- Pengumpulan dan Analisis Data
- Kumpulkan data dari hasil pretest dan posttest.
- Gunakan uji statistik deskriptif dan inferensial (misalnya uji-t) untuk melihat perubahan hasil belajar.
- Analisis data angket untuk mengetahui tingkat kepuasan dan minat siswa.
- Interpretasikan data observasi untuk melihat bagaimana media membantu dalam proses belajar.
- Penilaian Kelayakan Produk
- Simpulkan hasil evaluasi dari ketiga aspek:
- Efektivitas: peningkatan skor hasil belajar
- Efisiensi: waktu penggunaan produk dibanding hasilnya
- Kemenarikan: respon positif siswa terhadap media
- Simpulkan hasil evaluasi dari ketiga aspek:
Produk yang menunjukkan hasil baik pada uji coba ini umumnya sudah sangat mendekati bentuk final dan hanya memerlukan sedikit penyesuaian sebelum disebarluaskan.
7. Revisi Produk Operasional
Setelah melalui uji coba lapangan utama, produk pembelajaran harus kembali direvisi berdasarkan temuan-temuan yang muncul selama proses evaluasi skala besar. Revisi ini disebut sebagai revisi operasional karena dilakukan terhadap produk yang telah diujicobakan dalam situasi riil dan bertujuan untuk menghasilkan versi produk yang siap pakai. Fokus dari tahap ini adalah menyempurnakan produk berdasarkan analisis data kuantitatif dan kualitatif, agar dapat memenuhi standar kelayakan baik dari segi isi, penyajian, teknis, maupun pedagogis.
- Analisis Temuan dari Uji Coba Utama
- Kaji hasil evaluasi secara menyeluruh dari:
- Tes hasil belajar siswa (pretest-posttest)
- Angket kepuasan siswa dan guru
- Catatan observasi terhadap keterlibatan peserta
- Identifikasi area yang masih lemah:
- Apakah masih ada bagian materi yang sulit dipahami?
- Adakah fitur yang tidak digunakan dengan baik?
- Sejauh mana daya tarik media memengaruhi aktivitas belajar?
- Kaji hasil evaluasi secara menyeluruh dari:
- Menyusun Daftar Revisi Operasional
- Berdasarkan temuan, buat daftar revisi yang perlu dilakukan, misalnya:
- Menambah petunjuk penggunaan yang lebih jelas
- Menyederhanakan bahasa pada bagian tertentu
- Mengubah tata letak, ilustrasi, atau alur navigasi
- Menyesuaikan tingkat kesulitan materi
- Revisi pada tahap ini biasanya bersifat finalisasi dan berskala sedang, tidak sebesar revisi pada tahap awal.
- Berdasarkan temuan, buat daftar revisi yang perlu dilakukan, misalnya:
- Implementasi Revisi
- Lakukan revisi pada file master (editable).
- Jika media berbasis digital, periksa kembali kompatibilitas teknis (misalnya format HTML5, file APK, video interaktif).
- Jika media cetak, sesuaikan layout dan ukuran cetak agar sesuai kebutuhan pengguna akhir.
- Validasi Ulang (Opsional)
- Bila memungkinkan, minta evaluasi ulang dari ahli atau guru sebagai validasi akhir.
- Hal ini membantu memastikan bahwa perubahan yang dilakukan memang menyempurnakan produk, bukan justru menimbulkan masalah baru.
- Finalisasi Produk
- Simpan dan dokumentasikan produk sebagai versi final.
- Sertakan semua dokumen pendukung seperti:
- Panduan penggunaan media
- Hasil revisi dan log perubahan
- Instrumen evaluasi yang digunakan
8. Uji Validitas Produk
Setelah revisi operasional dilakukan dan produk berada dalam bentuk finalnya, langkah selanjutnya adalah melakukan uji validitas. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk memastikan bahwa produk pembelajaran yang dikembangkan benar-benar layak dan valid digunakan dalam konteks pendidikan baik dari segi isi, desain, maupun teknis. Validitas dalam konteks ini merujuk pada sejauh mana produk sesuai dengan tujuan pembelajaran, kebutuhan pengguna, dan standar akademik yang berlaku. Validasi dilakukan oleh para ahli atau pakar di bidang yang relevan.
- Menentukan Jenis Validitas
- Validitas yang dapat diuji meliputi:
- Validitas isi (content validity) – Apakah materi sesuai kurikulum dan benar secara konseptual?
- Validitas konstruk (construct validity) – Apakah isi mencerminkan tujuan dan indikator yang ingin dicapai?
- Validitas tampilan (face validity) – Apakah tampilan media menarik dan mudah digunakan?
- Validitas yang dapat diuji meliputi:
- Menentukan Validator
- Libatkan para ahli atau praktisi yang memiliki kompetensi sesuai jenis validitas yang diuji:
- Ahli materi – untuk menilai keakuratan konten.
- Ahli media/desain grafis – untuk menilai aspek visual dan teknis.
- Ahli pembelajaran/guru praktisi – untuk menilai keterpakaian media dalam kelas nyata.
- Libatkan para ahli atau praktisi yang memiliki kompetensi sesuai jenis validitas yang diuji:
- Menyusun Instrumen Validasi
- Gunakan instrumen berupa lembar validasi atau angket skala likert dengan indikator yang relevan, seperti:
- Kejelasan isi
- Ketepatan ilustrasi
- Kesesuaian navigasi
- Kemudahan penggunaan
- Sertakan kolom komentar untuk masukan kualitatif dari validator.
- Gunakan instrumen berupa lembar validasi atau angket skala likert dengan indikator yang relevan, seperti:
- Pelaksanaan Validasi
- Kirimkan produk final beserta lembar validasi kepada para validator.
- Berikan waktu dan petunjuk yang jelas tentang cara menilai produk.
- Kumpulkan dan dokumentasikan hasil validasi secara sistematis.
- Analisis Hasil Validasi
- Hitung rata-rata skor validasi dari masing-masing aspek.
- Kategori umum validitas:
- 81–100 = Sangat valid
- 61–80 = Cukup valid
- 41–60 = Kurang valid
- Jika skor rendah, lakukan revisi kembali berdasarkan saran ahli.
Tahap ini memberikan jaminan akademik terhadap kelayakan produk sebelum disebarluaskan ke pengguna akhir. Validasi dari para ahli memberikan kepercayaan lebih terhadap produk yang dikembangkan, terutama jika hasilnya akan dipublikasikan dalam bentuk karya ilmiah.
9. Revisi Akhir Produk
Setelah hasil uji validitas produk diperoleh, langkah berikutnya adalah melakukan revisi akhir terhadap produk berdasarkan masukan dari para ahli dan validator. Revisi akhir ini menjadi tahap penyempurnaan final sebelum produk disebarluaskan atau diimplementasikan secara luas di dunia pendidikan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk memastikan bahwa semua saran dan rekomendasi dari para validator telah ditindaklanjuti dengan baik, dan bahwa produk telah memenuhi kriteria kualitas secara menyeluruh — baik dari sisi konten, desain, interaksi, maupun pedagogis.
- Menganalisis Rekomendasi dari Validator
- Tinjau satu per satu komentar dan skor dari ahli materi, ahli desain/media, dan praktisi pendidikan.
- Kelompokkan saran menjadi dua kategori:
- Revisi yang wajib dilakukan (misalnya kesalahan konsep, navigasi tidak berfungsi).
- Revisi opsional atau pengayaan (misalnya tambahan ilustrasi, gaya bahasa).
- Menyusun Rencana Revisi
- Buat daftar revisi akhir yang terstruktur, misalnya:
- Memperbaiki istilah teknis yang kurang tepat.
- Menyesuaikan ilustrasi agar lebih kontekstual.
- Menambahkan fitur pendukung seperti kuis atau latihan soal.
- Buat daftar revisi akhir yang terstruktur, misalnya:
- Implementasi Revisi Akhir
- Lakukan perubahan langsung pada file produk utama (versi master).
- Gunakan hasil validasi sebagai acuan utama.
- Pastikan tidak terjadi error baru setelah revisi.
- Pemeriksaan Ulang Produk (Final Review)
- Lakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap produk:
- Apakah semua elemen berjalan normal?
- Apakah semua isi sudah final dan tidak ada typo?
- Apakah desain dan tampilan sudah konsisten?
- Jika memungkinkan, mintalah satu validator atau kolega untuk melihat ulang produk versi final sebagai double-check.
- Lakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap produk:
- Finalisasi dan Dokumentasi
- Simpan produk versi final dalam berbagai format sesuai kebutuhan (PDF, EXE, HTML, aplikasi mobile, dsb.).
- Siapkan dokumentasi lengkap, meliputi:
- Log perubahan (version history)
- Laporan validasi dan revisi
- Panduan penggunaan media (jika diperlukan)
Tahap ini menandai bahwa produk telah siap untuk didistribusikan atau diimplementasikan secara luas. Produk yang telah melalui revisi akhir seharusnya sudah tidak lagi memiliki kekurangan signifikan dan telah memenuhi harapan pengguna serta standar kualitas pendidikan.
10. Diseminasi dan Implementasi
Setelah melalui serangkaian proses yang panjang dan penuh evaluasi, kini saatnya produk pembelajaran yang kamu kembangkan diperkenalkan ke dunia nyata. Tahap ke-10 ini dikenal sebagai diseminasi dan implementasi, yaitu proses di mana media yang sudah selesai digunakan secara luas oleh target pengguna dan dibagikan agar bisa memberikan manfaat lebih besar. Ini adalah tahap yang sering kali paling membahagiakan bagi para pengembang — melihat hasil karyanya digunakan di ruang kelas, diapresiasi oleh guru dan siswa, atau bahkan diadopsi oleh institusi pendidikan lain.
- Menentukan Bentuk Diseminasi
- Sebelum menyebarkan produk, kamu perlu menentukan: Bagaimana produk ini akan dibagikan?
- Beberapa bentuk diseminasi antara lain:
- Distribusi fisik (jika berupa buku cetak, modul, atau perangkat ajar).
- Distribusi digital (dalam bentuk aplikasi, file PDF, website, atau platform pembelajaran daring).
- Publikasi ilmiah atau presentasi dalam seminar dan workshop.
- Pendaftaran Hak Cipta atau repository institusi (agar dapat diakses publik secara resmi).
- Menyusun Strategi Implementasi
- Jika produk akan langsung digunakan oleh guru atau siswa, kamu perlu memastikan proses implementasinya berjalan mulus. Ini bisa dilakukan dengan:
- Memberikan panduan penggunaan (dalam bentuk manual singkat atau video tutorial).
- Melakukan pelatihan atau pendampingan bagi guru yang akan menggunakan media.
- Menyediakan formulir umpan balik, agar pengguna dapat menyampaikan pengalaman mereka menggunakan produk tersebut.
- Jika produk akan langsung digunakan oleh guru atau siswa, kamu perlu memastikan proses implementasinya berjalan mulus. Ini bisa dilakukan dengan:
- Mendokumentasikan Proses Diseminasi
- Setiap aktivitas diseminasi sebaiknya terdokumentasi dengan baik. Dokumentasi ini penting jika kamu ingin:
- Menyertakan produk dalam laporan akhir penelitian.
- Mendaftarkan media ke lembaga resmi.
- Mengajukan hibah pengembangan lanjutan atau publikasi jurnal ilmiah.
- Dokumentasi bisa berupa: daftar pengguna, foto implementasi, testimoni guru/siswa, atau rekaman pelaksanaan pelatihan.
- Setiap aktivitas diseminasi sebaiknya terdokumentasi dengan baik. Dokumentasi ini penting jika kamu ingin:
- Evaluasi Implementasi (Opsional)
- Setelah produk digunakan dalam jangka waktu tertentu, tidak ada salahnya kamu melakukan evaluasi dampak. Misalnya:
- Apakah siswa lebih mudah memahami materi?
- Apakah guru merasa terbantu dalam mengajar?
- Apa saja kendala selama implementasi?
- Evaluasi ini bisa digunakan untuk pengembangan versi berikutnya, atau sekadar menjadi refleksi dari keberhasilan produk yang kamu buat.
- Setelah produk digunakan dalam jangka waktu tertentu, tidak ada salahnya kamu melakukan evaluasi dampak. Misalnya:
- Menyebarluaskan Manfaat
- Tahap ini adalah tentang memberi dampak lebih luas. Kamu bisa:
- Membagikan produk ke komunitas guru.
- Mengunggahnya ke platform pendidikan seperti Google Drive, website sekolah, atau YouTube.
- Menjadikannya inspirasi untuk karya pengembangan berikutnya.
- Tahap ini adalah tentang memberi dampak lebih luas. Kamu bisa:
Tahap diseminasi bukanlah akhir, melainkan awal dari kontribusi nyata produkmu dalam dunia pendidikan. Setelah melalui validasi, revisi, dan uji coba, kini saatnya media pembelajaran yang kamu buat hidup dan digunakan oleh orang lain. Itulah esensi sesungguhnya dari penelitian pengembangan: bukan hanya membuat produk, tapi menghadirkan solusi nyata untuk pembelajaran yang lebih baik.
Kelebihan dan Kekurangan Model Borg and Gall
Setiap model penelitian tentu memiliki keunggulan dan keterbatasannya masing-masing, begitu juga dengan Model Borg and Gall. Sebagai model penelitian dan pengembangan yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan, model ini sangat disukai karena kelengkapan dan ketelitiannya. Namun, ada pula tantangan yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menggunakannya.
Kelebihan Model Borg and Gall
- Sistematis dan Komprehensif
Model ini mencakup seluruh tahapan penting dalam pengembangan produk, dari analisis kebutuhan hingga implementasi dan evaluasi. Setiap tahap saling terkait dan membentuk siklus yang memungkinkan pengembangan produk dilakukan dengan landasan ilmiah yang kuat. - Mengutamakan Uji Coba dan Revisi
Salah satu kekuatan utama model ini adalah adanya tahapan uji coba lapangan (awal dan utama) yang disertai dengan revisi berdasarkan masukan nyata dari pengguna. Hal ini memastikan bahwa produk benar-benar efektif, efisien, dan menarik sebelum disebarluaskan. - Cocok untuk Penelitian Skripsi/Tesis
Karena alurnya jelas dan terstruktur, model ini sangat cocok digunakan oleh mahasiswa dalam penyusunan karya ilmiah seperti skripsi atau tesis. Proses validasi dan dokumentasi yang lengkap menjadikan produk akhir dapat diuji secara akademis. - Berorientasi pada Pengguna
Setiap keputusan dalam pengembangan didasarkan pada hasil penelitian terhadap kebutuhan nyata pengguna. Ini membuat media atau perangkat yang dihasilkan lebih tepat sasaran dan relevan dengan konteks pembelajaran.
Kekurangan Model Borg and Gall
- Prosesnya Panjang dan Melelahkan
Dengan 10 tahap lengkap, model ini memerlukan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Bagi pengembang individu atau tim kecil, hal ini bisa menjadi tantangan, apalagi jika waktu pengerjaan terbatas. - Memerlukan Sumber Daya Tambahan
Tahapan seperti uji coba lapangan, validasi oleh ahli, dan revisi operasional sering kali membutuhkan biaya, tenaga ahli, dan partisipan yang tidak selalu mudah diakses — terutama bagi peneliti perseorangan atau sekolah dengan sumber daya terbatas. - Tidak Fleksibel untuk Produk Sederhana
Untuk pengembangan media yang bersifat kecil atau satu topik pendek, model ini bisa terasa terlalu rumit dan berlebihan. Dalam kasus seperti itu, model lain yang lebih sederhana (seperti ADDIE atau 4D) bisa menjadi alternatif yang lebih praktis.
Secara keseluruhan, Model Borg and Gall sangat ideal digunakan ketika kamu ingin mengembangkan produk pembelajaran yang benar-benar berkualitas, teruji, dan berorientasi pada pengguna. Namun, pastikan kamu memiliki waktu, tim, dan sumber daya yang memadai agar dapat menjalankan semua tahapannya dengan optimal.
Kesimpulan
- Model Borg and Gall merupakan salah satu model penelitian pengembangan (R&D) yang paling komprehensif dan sistematis dalam dunia pendidikan. Dengan sepuluh tahapan yang dirancang secara runtut — mulai dari analisis kebutuhan hingga diseminasi produk — model ini memberikan landasan yang kuat bagi siapa saja yang ingin mengembangkan produk pembelajaran yang berkualitas, teruji, dan berdampak nyata.
- Keunggulan utama dari model ini adalah penekanannya pada evaluasi berulang dan revisi yang berkelanjutan, sehingga produk yang dihasilkan bukan hanya berdasarkan asumsi, tetapi benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna di lapangan. Hal ini membuat Borg and Gall sangat cocok untuk proyek pendidikan jangka menengah hingga panjang, seperti pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi, modul ajar tematik, atau pelatihan guru.
- Namun, pengguna model ini juga perlu mempertimbangkan keterbatasannya. Dibutuhkan waktu, tenaga, dan sumber daya yang tidak sedikit untuk menjalankan seluruh tahapan secara penuh. Oleh karena itu, keberhasilan penerapan model ini sangat bergantung pada perencanaan yang matang dan komitmen dari pengembang untuk mengikuti prosesnya hingga tuntas.
- Dalam konteks praktis, model ini telah berhasil digunakan di berbagai jenjang pendidikan dan untuk berbagai jenis media — dari modul interaktif, video pembelajaran, hingga game edukatif. Hasilnya? Produk yang tidak hanya menarik dan interaktif, tetapi juga valid secara isi, efektif dalam meningkatkan hasil belajar, dan diterima dengan baik oleh pengguna.
- Bagi guru, dosen, mahasiswa, maupun peneliti pendidikan, Model Borg and Gall bisa menjadi panduan pengembangan yang ideal, terutama jika ingin menghasilkan inovasi pembelajaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan berdampak nyata di dunia pendidikan.