Model Incremental Pendekatan Bertahap dalam Pengembangan Perangkat Lunak yang Fleksibel

Penulis: Edi Elisa | Kategori: Penelitian dan Pengembangan | Tanggal Terbit: | Dilihat: 18 kali

Pendahuluan

Dalam dunia pengembangan perangkat lunak dan sistem informasi, pemilihan model pengembangan yang tepat menjadi salah satu kunci keberhasilan proyek. Tidak semua sistem bisa dikembangkan secara sekaligus dan menyeluruh; dalam banyak kasus, pendekatan bertahap justru lebih efisien dan adaptif terhadap perubahan kebutuhan pengguna. Salah satu pendekatan yang mendukung strategi ini adalah Model Incremental, yaitu model pengembangan yang membagi sistem menjadi bagian-bagian kecil (inkremen) yang dibangun, diuji, dan disempurnakan secara berurutan. Model Incremental dirancang untuk mengatasi keterbatasan model linier seperti waterfall, yang menuntut penyelesaian seluruh tahapan sebelum pengguna dapat melihat hasilnya. Dengan incremental, pengguna tidak harus menunggu hingga seluruh sistem selesai; mereka bisa mulai memanfaatkan sebagian fungsi sistem sejak tahap awal. Hal ini sangat berguna dalam proyek yang membutuhkan umpan balik pengguna secara berkala atau ketika waktu peluncuran produk menjadi faktor penting. Selain itu, model ini juga memungkinkan tim pengembang untuk memprioritaskan fitur-fitur penting terlebih dahulu, sembari menyempurnakan fitur lainnya di fase berikutnya.

Pendekatan inkremental tidak hanya menawarkan fleksibilitas, tetapi juga meningkatkan peluang sukses pengembangan karena setiap inkremen memberikan kesempatan evaluasi dan perbaikan. Dalam lingkungan yang dinamis dan cepat berubah seperti saat ini—baik di dunia bisnis, pendidikan, maupun teknologi—kemampuan untuk menyesuaikan sistem secara berkelanjutan adalah aset yang sangat berharga. Oleh karena itu, model incremental menjadi salah satu pilihan utama dalam pengembangan sistem modern yang menuntut kecepatan, ketepatan, dan ketanggapan terhadap kebutuhan pengguna.

Karakteristik Model Incremental

Model Incremental adalah salah satu metode pengembangan sistem yang dilakukan secara bertahap, di mana sistem dibangun dalam beberapa bagian kecil yang disebut inkremen. Setiap inkremen mewakili sebagian dari fungsi keseluruhan sistem dan dikembangkan secara berurutan. Setelah satu inkremen selesai dan diuji, pengembangan dilanjutkan ke inkremen berikutnya hingga sistem secara keseluruhan selesai. Pendekatan ini memungkinkan sistem untuk disampaikan ke pengguna dalam bentuk yang bisa digunakan sebagian, sembari terus dikembangkan.

Salah satu ciri khas utama dari model incremental adalah adanya pembagian beban kerja yang sistematis dan berorientasi pada prioritas. Pengembang tidak harus menunggu hingga seluruh rancangan sistem selesai untuk mulai membangun. Sebaliknya, mereka dapat fokus pada bagian paling penting atau paling dibutuhkan terlebih dahulu. Hal ini memberikan fleksibilitas luar biasa, terutama dalam proyek yang rawan perubahan kebutuhan di tengah jalan atau ketika sumber daya terbatas. Karakteristik penting lain dari model ini adalah feedback loop yang terjadi secara alami. Karena setiap inkremen menghasilkan bagian sistem yang dapat diuji oleh pengguna, pengembang dapat memperoleh masukan secara langsung pada tahap-tahap awal pengembangan. Dengan begitu, jika terjadi kekeliruan dalam desain atau kebutuhan berubah, perbaikan bisa segera dilakukan tanpa harus mengulang seluruh proses dari awal. Model ini juga sangat cocok untuk tim pengembang yang mengadopsi prinsip agile atau berorientasi pada nilai iteratif dan kolaboratif dalam bekerja.

Tahapan Pengembangan Model Incremental

Model Incremental mengikuti pendekatan bertahap dan berulang. Setiap tahapan saling terhubung dan dapat diulang sesuai kebutuhan hingga sistem selesai secara utuh. Berikut adalah tahapan-tahapan utamanya:

1. Identifikasi Kebutuhan Awal

Tahap identifikasi kebutuhan awal merupakan fondasi dari seluruh proses pengembangan dalam model incremental. Pada fase ini, tim pengembang bekerja sama dengan pihak terkait seperti pemilik proyek, pengguna akhir, dan analis sistem untuk menggali dan merumuskan kebutuhan utama dari sistem yang akan dibangun. Proses ini bertujuan untuk memastikan bahwa pengembangan dimulai dari fitur yang paling penting dan bernilai tinggi.

Tujuan Utama

  1. Menentukan ruang lingkup awal proyek.
  2. Mengidentifikasi fungsi-fungsi inti yang akan dikembangkan terlebih dahulu.
  3. Menganalisis prioritas fitur berdasarkan urgensi, nilai bisnis, dan kebutuhan pengguna.

Langkah-Langkah yang Dilakukan

  1. Wawancara dan Diskusi dengan Stakeholder
    Pengembang melakukan diskusi mendalam dengan stakeholder untuk mengetahui kebutuhan mereka secara langsung, termasuk permasalahan yang dihadapi dan ekspektasi terhadap sistem.
  2. Analisis Kebutuhan Fungsional dan Non-Fungsional
    Kebutuhan fungsional meliputi fitur-fitur apa saja yang harus dimiliki sistem, sedangkan kebutuhan non-fungsional mencakup kinerja, keamanan, keandalan, dan aspek lainnya.
  3. Dokumentasi Kebutuhan
    Hasil wawancara dan analisis dikumpulkan dalam bentuk dokumen spesifikasi kebutuhan (requirement specification) sebagai panduan pengembangan inkremen pertama.
  4. Prioritisasi Fitur
    Tidak semua kebutuhan dikembangkan sekaligus. Oleh karena itu, fitur disortir berdasarkan urgensi, nilai, dan keterkaitan teknis agar proses inkrementasi dapat dilakukan secara efisien.
  5. Validasi dengan Pengguna
    Setelah kebutuhan awal dirangkum dan diprioritaskan, dilakukan validasi kepada pengguna untuk memastikan bahwa yang akan dibangun benar-benar sesuai dengan apa yang dibutuhkan di tahap awal.

Hasil Akhir Tahap Ini

  1. Daftar kebutuhan sistem yang telah diprioritaskan.
  2. Gambaran umum sistem versi awal yang akan dikembangkan.
  3. Dokumentasi kebutuhan awal yang siap dijadikan acuan untuk desain inkremen pertama.

2. Desain Inkremen Pertama

Setelah kebutuhan awal sistem diidentifikasi dan diprioritaskan, langkah selanjutnya adalah merancang inkremen pertama. Tahap ini berfokus pada penerjemahan kebutuhan utama ke dalam bentuk rancangan teknis dan visual yang siap dikembangkan. Inkremen pertama biasanya mencakup fitur inti yang akan langsung digunakan oleh pengguna atau fitur yang menjadi dasar bagi inkremen berikutnya.

Tujuan Utama yaitu:

  1. Membuat rancangan sistem awal berdasarkan kebutuhan prioritas.
  2. Menentukan struktur teknis dan antarmuka dari fitur yang akan dikembangkan.
  3. Memastikan rancangan dapat diintegrasikan dengan inkremen-inkremen selanjutnya.

Langkah-Langkah yang Dilakukan

  1. Perancangan Arsitektur Sistem Awal
    Tim pengembang merancang struktur utama sistem, termasuk teknologi yang akan digunakan, pembagian modul, struktur basis data, serta komunikasi antar-komponen. Arsitektur ini harus cukup fleksibel untuk mendukung pengembangan bertahap.
  2. Perancangan Antarmuka Pengguna (UI/UX)
    Jika inkremen mencakup komponen antarmuka, maka dirancang juga tampilan visual dan interaksi pengguna. Desain UI/UX perlu mempertimbangkan kemudahan penggunaan serta kemungkinan ekspansi pada versi berikutnya.
  3. Pembuatan Diagram Desain Teknis
    Desain sistem dituangkan dalam bentuk diagram, seperti:
    1. Diagram alur data (DFD)
    2. Diagram relasi antar tabel (ERD) jika melibatkan database
    3. Diagram arsitektur modul
    4. Diagram alur proses atau flowchart
  4. Penentuan Standar dan Dokumentasi Teknis
    Tim menetapkan standar coding, struktur direktori proyek, dan dokumentasi teknis untuk menjaga konsistensi saat pengembangan berlangsung. Ini penting karena sistem akan dikembangkan dalam banyak tahapan.
  5. Review dan Validasi Desain
    Desain inkremen pertama dikaji ulang bersama stakeholder teknis dan non-teknis. Validasi ini bertujuan memastikan bahwa rancangan tidak hanya sesuai kebutuhan, tapi juga dapat diimplementasikan secara realistis dalam waktu dan sumber daya yang tersedia.

Hasil Akhir Tahap Ini

  1. Dokumen desain teknis inkremen pertama (arsitektur, UI/UX, dan spesifikasi modul).
  2. Diagram dan skema yang akan menjadi acuan implementasi.
  3. Blueprint pengembangan awal yang bisa langsung digunakan oleh tim developer.

3. Pengembangan dan Pengujian Inkremen Pertama

Setelah desain inkremen pertama selesai dan divalidasi, langkah selanjutnya adalah tahap pengembangan dan pengujian. Pada fase ini, rancangan yang telah dibuat diimplementasikan dalam bentuk kode program, diikuti dengan serangkaian pengujian untuk memastikan fungsionalitas dan kestabilan sistem awal. Karena pendekatan yang digunakan bersifat inkremental, hasil dari tahap ini bisa langsung digunakan atau diuji oleh pengguna meskipun sistem belum lengkap. Tujuan pada tahap ini yaitu:

  1. Membangun bagian awal sistem sesuai rancangan yang telah dibuat.
  2. Memastikan bahwa fungsi utama berjalan dengan benar dan stabil.
  3. Menyiapkan pondasi untuk inkremen selanjutnya.

Langkah-Langkah yang Dilakukan

  1. Implementasi Fitur Berdasarkan Desain
    Tim pengembang menulis kode program berdasarkan spesifikasi desain inkremen pertama. Fitur-fitur dasar yang telah diprioritaskan, seperti autentikasi, tampilan awal, atau fungsi utama sistem mulai diwujudkan dalam bentuk nyata.
  2. Penerapan Struktur Modular
    Dalam pengembangan inkremental, kode harus dibuat modular dan reusable. Hal ini penting agar inkremen berikutnya bisa ditambahkan tanpa perlu merombak struktur yang sudah ada.
  3. Pengujian Internal (Testing Developer)
    Pengujian awal dilakukan oleh pengembang menggunakan:
    • Unit Test: menguji masing-masing fungsi atau komponen.
    • Integration Test: memastikan antar komponen bekerja dengan baik bersama-sama.
    • Static Test: meninjau kode tanpa menjalankannya untuk mendeteksi kesalahan logika atau struktur.
  4. Bug Fixing dan Perbaikan Awal
    Setiap temuan dari proses pengujian internal langsung diperbaiki. Tujuannya adalah menghasilkan versi inkremen yang cukup stabil dan siap diuji oleh pengguna sebenarnya.
  5. Penyusunan Dokumentasi Teknis dan User Manual
    Dokumentasi teknis disiapkan untuk pengembang selanjutnya, sementara panduan pengguna (jika dibutuhkan) dibuat agar pengguna bisa mencoba inkremen pertama dengan benar.

Hasil Akhir Tahap Ini

  1. Inkremen pertama dalam bentuk prototipe kerja yang siap diuji secara nyata.
  2. Kode program yang stabil dan dapat dikembangkan lebih lanjut.
  3. Dokumentasi teknis dan/atau panduan pengguna untuk tahap evaluasi.

4. Evaluasi Pengguna

Setelah inkremen pertama selesai dikembangkan dan diuji secara internal, sistem mulai diberikan kepada pengguna untuk dievaluasi langsung. Evaluasi pengguna bertujuan untuk mengetahui sejauh mana bagian awal sistem yang telah dibangun dapat memenuhi kebutuhan pengguna, apakah mudah digunakan, dan apakah fungsinya berjalan sesuai harapan. Umpan balik dari tahap ini menjadi dasar penting untuk pengembangan inkremen selanjutnya.

Tujuan Utama dari Evaluasi Pengguna

  1. Mengumpulkan umpan balik nyata dari pengguna.
  2. Mengidentifikasi kelemahan dan kekurangan dari inkremen pertama.
  3. Menyesuaikan rencana pengembangan berdasarkan kebutuhan riil.

Langkah-Langkah yang Dilakukan

  1. Distribusi Inkremen kepada Pengguna Terpilih
    Inkremen pertama biasanya diberikan kepada kelompok kecil pengguna atau perwakilan stakeholder untuk diuji dalam kondisi nyata. Ini disebut juga beta testing atau user acceptance testing (UAT).
  2. Pengamatan Penggunaan Sistem
    Pengembang atau tim UX biasanya mengamati bagaimana pengguna berinteraksi dengan sistem. Observasi ini bisa dilakukan secara langsung (in-person) atau melalui alat digital seperti screen recording.
  3. Wawancara dan Kuesioner
    Setelah pengguna mencoba sistem, mereka diminta untuk memberikan pendapatnya melalui wawancara atau kuesioner. Pertanyaan biasanya mencakup kemudahan penggunaan, fungsionalitas, desain antarmuka, dan kepuasan terhadap sistem.
  4. Analisis Umpan Balik
    Data dari observasi dan tanggapan pengguna dikumpulkan dan dianalisis. Masalah-masalah kritis yang ditemukan di tahap ini akan menjadi prioritas utama untuk diperbaiki pada tahap selanjutnya.
  5. Dokumentasi Masukan dan Rekomendasi Perbaikan
    Semua temuan disusun dalam laporan evaluasi. Laporan ini akan menjadi acuan untuk modifikasi desain dan penyesuaian pada pengembangan inkremen berikutnya.

Hasil Akhir Tahap Ini

  1. Daftar umpan balik dan masalah dari pengguna.
  2. Rekomendasi perbaikan dan pengembangan untuk inkremen lanjutan.
  3. Validasi apakah sistem berjalan sesuai harapan pengguna sejauh ini.

5. Penambahan Inkremen Selanjutnya

Setelah inkremen pertama berhasil dikembangkan dan dievaluasi oleh pengguna, proses pengembangan berlanjut dengan menambahkan inkremen-inkremen berikutnya. Setiap inkremen baru dirancang untuk memperluas fungsionalitas sistem, memperbaiki kekurangan yang ditemukan sebelumnya, dan menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna yang mungkin telah berubah. Proses ini berlangsung secara iteratif hingga sistem mencapai bentuk lengkap yang memenuhi semua kebutuhan yang telah ditetapkan. Tujuan Utama dari tahap ini yaitu

  1. Menambahkan fitur-fitur baru atau menyempurnakan fitur yang sudah ada berdasarkan prioritas dan umpan balik pengguna.
  2. Memastikan integrasi yang mulus antara inkremen baru dengan sistem yang sudah ada.
  3. Menyesuaikan pengembangan dengan perubahan kebutuhan atau kondisi yang terjadi selama proses berlangsung.

Langkah-Langkah yang Dilakukan

  1. Analisis Umpan Balik dan Kebutuhan Baru
    Tim pengembang meninjau umpan balik dari pengguna serta menganalisis kebutuhan baru yang muncul. Hal ini penting untuk menentukan fitur atau perbaikan apa yang harus diprioritaskan pada inkremen berikutnya.
  2. Perencanaan dan Desain Inkremen
    Berdasarkan analisis tersebut, dilakukan perencanaan dan desain untuk inkremen selanjutnya. Desain ini harus mempertimbangkan integrasi dengan sistem yang sudah ada serta skalabilitas untuk pengembangan di masa depan.
  3. Pengembangan dan Pengujian
    Inkremen baru dikembangkan sesuai dengan desain yang telah dibuat. Setelah selesai, dilakukan pengujian untuk memastikan bahwa fitur baru berfungsi dengan baik dan tidak mengganggu fungsionalitas yang sudah ada.
  4. Integrasi dengan Sistem Eksisting
    Setelah pengujian berhasil, inkremen baru diintegrasikan ke dalam sistem yang sudah ada. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari konflik atau gangguan pada sistem yang telah berfungsi.
  5. Evaluasi dan Umpan Balik
    Inkremen yang telah diintegrasikan kemudian dievaluasi kembali oleh pengguna. Umpan balik dari tahap ini akan digunakan untuk perbaikan dan pengembangan inkremen selanjutnya.

Hasil Akhir Tahap Ini

  1. Sistem yang semakin lengkap dengan penambahan fitur-fitur baru.
  2. Dokumentasi yang diperbarui sesuai dengan perubahan dan penambahan yang dilakukan.
  3. Rencana pengembangan untuk inkremen berikutnya berdasarkan evaluasi dan umpan balik terbaru.

Proses penambahan inkremen ini akan terus berlanjut hingga semua kebutuhan pengguna terpenuhi dan sistem mencapai versi final yang stabil dan lengkap. Pendekatan ini memungkinkan fleksibilitas tinggi dalam pengembangan dan adaptasi terhadap perubahan kebutuhan atau kondisi yang terjadi selama proses berlangsung.

6. Pengulangan Proses Hingga Sistem Lengkap

Tahap ini menegaskan prinsip utama dari model incremental: pengembangan sistem dilakukan secara bertahap dan berulang sampai semua komponen sistem selesai. Setiap siklus inkremen mulai dari perencanaan, pengembangan, pengujian, hingga evaluasi—terus diulang dengan fitur atau modul baru hingga sistem mencapai versi utuh yang stabil dan sesuai dengan semua kebutuhan yang telah diidentifikasi di awal (serta yang berkembang selama proses berlangsung).

Tujuan Utama

  1. Menyempurnakan sistem secara bertahap berdasarkan prioritas dan umpan balik.
  2. Membangun sistem yang solid dan sesuai kebutuhan tanpa harus menunggu penyelesaian penuh di awal.
  3. Meningkatkan efisiensi dan keberhasilan proyek dengan memecah pengembangan ke dalam siklus kecil.

Langkah-Langkah yang Dilakukan

  1. Merevisi dan Merinci Kebutuhan Lanjutan
    Setelah setiap inkremen selesai dievaluasi, kebutuhan baru atau perbaikan dari fitur sebelumnya mungkin muncul. Tim akan memutakhirkan daftar kebutuhan dan menyusunnya untuk inkremen selanjutnya.
  2. Mengulang Siklus Desain – Pengembangan – Pengujian – Evaluasi
    Proses pengembangan diulang dengan prinsip yang sama: desain berdasarkan prioritas, pengembangan modular, pengujian intensif, dan evaluasi dari pengguna. Setiap siklus memperluas kemampuan sistem.
  3. Integrasi dan Sinkronisasi Antar-Inkremen
    Semua inkremen yang sudah selesai diintegrasikan ke dalam sistem utama. Tim juga memverifikasi kompatibilitas dan memastikan bahwa tidak ada konflik antar-komponen.
  4. Monitoring dan Dokumentasi Berkala
    Proses pengulangan tidak hanya fokus pada penambahan fitur, tetapi juga pada kualitas sistem secara keseluruhan. Dokumentasi dan pelaporan progres dilakukan secara berkala untuk menjaga arah pengembangan tetap konsisten.
  5. Finalisasi dan Penyerahan Sistem Lengkap
    Setelah semua inkremen selesai, dilakukan pengujian sistem secara menyeluruh (system testing) dan evaluasi akhir. Jika semua berjalan baik, sistem diserahkan sebagai versi lengkap kepada pengguna.

Hasil Akhir Tahap Ini

  1. Sistem versi final yang utuh, stabil, dan siap digunakan secara penuh.
  2. Dokumentasi teknis dan operasional lengkap.
  3. Sistem yang telah tervalidasi dari hasil pengujian dan umpan balik pengguna pada setiap inkremen.

Keunggulan dan Kelemahan Model Incremental 

1. Keunggulan Model Incremental

Model Incremental menawarkan berbagai keunggulan yang menjadikannya pilihan populer dalam pengembangan sistem yang kompleks maupun berskala menengah. Salah satu keunggulan utamanya adalah fleksibilitas yang tinggi dalam menyesuaikan kebutuhan pengguna selama proses pengembangan berlangsung. Karena sistem dibangun secara bertahap, pengguna dapat memberikan umpan balik setelah setiap inkremen selesai, memungkinkan pengembang untuk segera melakukan perbaikan atau penyesuaian tanpa harus menunggu proyek selesai secara keseluruhan. Selain itu, pendekatan ini memungkinkan produk dapat dirilis dan digunakan sebagian, bahkan sebelum seluruh fitur sistem selesai dibangun. Ini sangat bermanfaat dalam konteks bisnis atau pendidikan yang menuntut kecepatan implementasi. Risiko kesalahan juga cenderung lebih rendah karena setiap bagian diuji dan divalidasi secara mandiri sebelum digabungkan ke sistem utama.

Adapun keunggulan model incremental secara ringkas yaitu:

  1. Fleksibel terhadap perubahan kebutuhan.
  2. Produk dapat diuji dan digunakan lebih awal.
  3. Risiko kegagalan lebih kecil karena pengembangan bertahap.
  4. Umpan balik pengguna diperoleh secara berkelanjutan.
  5. Mudah memprioritaskan fitur yang paling penting lebih dulu.
  6. Cocok untuk proyek dengan keterbatasan waktu dan sumber daya.

Kelemahan Model Incremental

Meskipun memiliki banyak keunggulan, model incremental juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan. Salah satu tantangan utama adalah kompleksitas integrasi. Ketika banyak inkremen dikembangkan secara terpisah, menggabungkannya ke dalam satu sistem yang utuh dapat menjadi rumit, terutama jika tidak ada perencanaan arsitektur yang matang sejak awal. Selain itu, model ini menuntut proses dokumentasi dan pengujian yang konsisten di setiap tahap. Jika salah satu inkremen memiliki kesalahan desain atau tidak kompatibel dengan bagian lain, maka bisa berdampak pada keseluruhan sistem. Proyek juga bisa menjadi lebih lama dan memakan banyak iterasi jika kebutuhan pengguna terus berubah secara dinamis. Adapun poin-poin kelemahan:

  1. Integrasi antar inkremen bisa rumit jika tidak dirancang modular.
  2. Dokumentasi dan pengujian harus konsisten di setiap tahapan.
  3. Waktu pengembangan bisa menjadi lebih panjang jika banyak iterasi.
  4. Perlu perencanaan awal yang kuat agar sistem tetap sinkron.
  5. Memerlukan komitmen jangka panjang dari tim dan stakeholder.

Kesimpulan

Model Incremental merupakan salah satu pendekatan pengembangan sistem yang sangat relevan di era modern, terutama ketika fleksibilitas, kecepatan rilis, dan keterlibatan pengguna menjadi faktor utama dalam kesuksesan proyek. Dengan membagi pengembangan ke dalam bagian-bagian kecil (inkremen), model ini memungkinkan tim untuk fokus pada fitur-fitur prioritas terlebih dahulu, menguji sistem secara bertahap, dan menyesuaikan pengembangan berdasarkan umpan balik nyata dari pengguna.

Keunggulan utama model ini terletak pada kemampuannya untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan kebutuhan secara dinamis dan mempercepat proses implementasi sebagian sistem. Namun demikian, keberhasilan penerapannya tetap bergantung pada perencanaan arsitektur yang matang, dokumentasi yang konsisten, dan kemampuan integrasi yang baik antar inkremen.

Secara keseluruhan, model incremental sangat cocok untuk pengembangan sistem yang kompleks, berskala menengah hingga besar, atau proyek yang memerlukan validasi terus-menerus dari pengguna. Dengan pengelolaan yang baik, pendekatan ini tidak hanya meningkatkan efisiensi pengembangan, tetapi juga menghasilkan produk akhir yang lebih sesuai dengan kebutuhan nyata pengguna.

Daftar Pustaka

  1. Berikut ini referensi yang bisa dicantumkan untuk mendukung kredibilitas konten blog:
  2. Pressman, R. S. (2010). Software Engineering: A Practitioner's Approach (7th ed.). McGraw-Hill.
  3. Sommerville, I. (2016). Software Engineering (10th ed.). Pearson Education.
  4. Larman, C. (2005). Applying UML and Patterns: An Introduction to Object-Oriented Analysis and Design and Iterative Development (3rd ed.). Prentice Hall.
  5. IEEE Computer Society. (1998). IEEE Standard for Software Life Cycle Processes (IEEE Std 1074-1997).