Tanaman Kopi

Penulis: Tim Editor | Kategori: Flora dan Fauna | Tanggal Terbit: | Dilihat: 11480 kali

Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan tumbuh mencapai 12 m, daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya (Najiyati dan Danarti, 2007:7). Menurut Manastas (2013:22) kopi Liberika berasal dari Angola dan masuk ke Indonesia tahun 1965. Beberapa sifat kopi liberika antara lain sebagai berikut:

  1. Ukuran daun, cabang, bunga, buah dan pohon lebih besar dari kopi Arabika dan kopi Robusta.
  2. Mempunyai cabang primer yang lebih tahan lama serta dalam satu buku menghasilkan bungadan buah lebih dari satu kali.
  3. Agak peka terhadap penyakit HV.
  4. Berbuah sepanjang tahun.
  5. Mempunyai ukuran buah yang tidak seragam.
  6. Tumbuh baik di daerah dataran rendah.

Tanaman kopi mempunyai perakaran yang dangkal dengan akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Panjang akar tunggang ini 45-50 cm, selain itu banyak akar cabang samping yang panjangnya 1-2 m horizontal sedalam 30 cm. Kondisi tanah yang sejuk dan lembap menyebabkan akar cabang dapat berkembang lebih baik. Apabila kondisi tanah kering dan panas menyebabkan akar akan berkembang ke bawah (Budiman, 2015:33).

Klasifikasi dan Morfologi Kopi

Klasifikasi kopi menurut Tjitrosoepomo (2007:337) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea liberica

Kopi adalah tumbuhan dengan pohon yang tumbuh tegak bercabang dengan tinggi yang mampu mencapai 12 m. Kopi mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda (Najiyati dan Danarti, 2007:7). Menurut Budiman (2014:29), pada kopi terdapat beberapa jenis cabang yakni:

  1. Cabang Reproduksi (Cabang Orthrotop)
    Cabang reproduksi ialah cabang yang tumbuhnya tegak dan lurus. Cabang ini disebut juga dengan wiwilan. Cabang ini berasal dari tunas reproduksi yang terletak di setiap ketiak daun pada batang utama atau cabang primer. Karena sifatnya yang seperti batang utama, maka cabang reproduksi ini dapat menggantikan fungsi batang utama jika batang utama mati atau tidak tumbuh sempurna.
  2. Cabang Primer (Cabang Plagiotrop)
    Cabang primer adalah cabang yang tumbuh pada batang utama. Setiap ketiak daun hanya memiliki satu tunas primer sehingga bila cabang ini mati maka ditempat itu sudah tidak dapat tumbuh cabang primer lagi. Cabang ini biasanya memiliki arah pertumbuhan yang mendatar, lemah, dan menghasilkan bunga.
  3. Cabang Sekunder
    Cabang sekunder ialah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas sekunder. Seperti cabang primer, cabang sekunder juga dapat menghasilkan bunga.
  4. Cabang Kipas
    Cabang kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada cabang primer karena pohon sudah tua. Pohon kopi yang tua bisanya hanya memiliki sedikit cabang primer dan biasanya terletak diujung batang. Cabang ini mempunyai pertumbuhan yang cepat sehingga dapat tumbuh dengan cepat menjadi cabang-cabang reproduksi lainnya.
  5. Cabang Balik
    Cabang balik adalah cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang primer, namun berkembang dengan tidak normal dan bertumbuh ke arah dalam mahkota tajuk.
  6. Cabang Pecut
    Cabang pecut adalah cabang kipas yang tidak mampu membentuk cabang primer namun tumbuh dengan kuat.
  7. Cabang Air
    Cabang air adalah cabang reproduksi yang tumbuhnya cepat, ruas daunnya reatif panjang dan banyak mengandung air.

Sistem Percabangan Tanaman Kopi (Sumber : Najiyati & Danarti, 2007:9)

Najiyati dan Danarti (2007:9) menyatakan kopi mempunyai sistem percabangan agak berbeda dengan tanaman lain. Tanaman kopi mempunyai beberapa jenis cabang dengan sifat dan fungsinya yang berbeda. Cabang reproduksi adalah cabang yang tumbuhnya tegak dan lurus. Saat masih muda, cabang ini sering disebut wiwilan. Cabang primer adalah cabang yang tumbuh pada batang utama atau cabang reproduksi dan berasal dari tunas primer. Cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas sekunder. Cabang kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada cabang primer karena pohon sudah tua. Cabang ini terletak di ujung batang dan pertumbuhannya cepat sehingga mata reproduksi tumbuh pesat menjadi cabang reproduksi. Cabang pecut adalah cabang kipas yang tidak mampu membentuk cabang primer meskipun tumbuhnya kuat. Cabang balik adalah cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang primer dan pertumbuhannya menuju ke mahkota tajuk. Cabang air adalah cabang reproduksi yang tumbuh pesat dengan ruas daun relatif panjang dan lunak.

Daun kopi umumnya berbentuk bulat telur dengan ujung yang agak meruncing sampai bulat. Daun-daun ini tumbuh pada batang, cabang atau ranting-ranting yang tersusun berdampingan. Pada batang atau cabang yang tegak lurus, maka daun-daun ini akan tersusun berselang-seling. Namun pada batang atau cabang yang arah tumbuhnya mendatar, maka daun kopi akan tersusun pada bidang yang sama atau berhadap-hadapan. Daun kopi pada umumnya berukuran panjang 10-20 cm, lebar 1,5-7,5 cm. Sifat daun seperti besar kecil dan tebal tipisnya daun ini tergantung pada jenis kopinya (Budiman, 2014:32).

Daun Kopi

Bunga kopi muncul dari ketiak daun baik yang terletak pada batang utama, cabang reproduksi atau cabang primer. Bunga kopi berukuran kecil dengan mahkota yang berwarna putih serta berbau harum. Kelopak bunganya berwarna hijau dengan pangkal yang menutupi bakal buah. Bila kopi dipelihara dengan baik maka akan menghasilkan ribuan bunga karena diperkirakan setiap buku-buku batang tanaman kopi menghasilkan 16-36 kuntum bunga (Najiyati dan Danarti, 2007:12).

Bunga kopi yang sudah dewasa ditandai dengan membukanya kelopak dan mahkota bunga sehingga memungkinkan terjadinya pernyerbukan. Setelah peristiwa penyerbukan maka akan terbentuk buah-buah kopi. Bunga kopi terbentuk pada ketiak-ketiak daun dengan jumlah yang terbatas. Bunga tersusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 kuntum bunga. Pada setiap ketiak daun akan menghasilkan 8-18 kuntum bunga atau setiap buku menghasilkan 16-36 kuntum bunga (Budiman, 2015:34). Bunga kopi berukuran kecil dengan mahkotanya berwarna putih dan berbau harum. Kelopak bunga berwarna hijau dengan pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benang sari terdiri dari 5 -7 tangkai yang berukuran pendek (Najiyati dan Danarti, 2007:13).

Bunga Kopi

Terdapat beberapa jenis kopi yang ditanam di Indonesia seperti Arabika, Robusta dan Liberika (Panggabean, 2011:4). Di Provinsi Jambi, diketahui ada beberapa jenis kopi yang ditanam. Salah satunya yang cukup terkenal dan banyak ditanam adalah kopi Liberika varietas Tungkal Komposit (Libtukom). Kopi ini merupakan kopi liberika dengan varietas yang baru dan hanya ada di Provinsi Jambi tepatnya di Kecamatan Betara Tanjung Jabung Barat (Anonim, 2015:1). Diana (2014:8) menyatakan bahwa kopi varietas Libtukom ini tergolong pada tipe pertumbuhan pohon yang dapat tinggi, diameter tajuknya mencapai lima meter atau lebih. Berdasarkan tipe daun dan buah, kopi ini digolongkan menjadi lima tipe, yaitu :

  1. Tipe pertama : daun berukuran sedang berwarna hijau muda dengan ujung daun runcing dan buah bulat besar, ruas antar dompolan buah dan kelebatan buah sedang.
  2. Tipe kedua : daun berukuran besar, lebar daun sempit, ujungnya meruncing, buah berbentuk oval besar dan lebat.
  3. Tipe ketiga : daun berukuran seperti daun nangka berujung runcing, buah berbentuk oval dengan diskus kecil menonjol, buahnya lebat namun ruasnya sangat pendek.
  4. Tipe keempat : daun berukuran sedang dengan ujung runcing, buahnya bulat besar, ruas antar dompolan pendek dengan buah yang sangat lebat.
  5. Tipe kelima : daun berbentuk lanset berukuran besar, buahnya oval, dan kelebatan buah sedang.
    Adapun keanekaragaman bentuk buah kopi Liberika var.

Buah Kopi

Budiman (2014:42) menyebutkan beberapa sifat penting dari kopi Liberika, yakni sebagai berikut:

  1. Ukuran daun, cabang, bunga, buah dan pohon lebih besar dari kopi Arabika dan Robusta.
  2. Cabang primer bertahan lebih lama dan dalam satu buku dapat keluar bunga atau buah lebih dari satu kali.
  3. Agak peka terhadap penyakit HV (karat daun).
  4. Kualitas buah relatif rendah.
  5. Produksi sedang (4-5 kg/ha/th) dengan rendemen 12%.
  6. Berbuah sepanjang tahun.
  7. Ukuran buah tidak seragam.
  8. Tumbuh baik di dataran rendah.

Syarat Tumbuh Kopi

Menurut Najiyati dan Danarti (2007:22), kopi mempunyai sifat-sifat khusus sehingga menghendaki kondisi lingkungan yang berbeda. Namun secara umum, faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan kopi adalah suhu, curah hujan, sinar matahari, angin dan tanah. Kopi membutuhkan suhu dan curah hujan yang sesuai untuk merangsang pembentukan bunga dan buah. Selain itu, kopi membutuhkan sinar matahari yang teratur namun tidak secara langsung dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu, biasanya kopi ditanam dengan diselingi tanaman pelindung supaya sinar matahari yang diterima cukup dan teratur. Kopi juga membutuhkan tanah yang gembur, subur dan kaya bagan organik dengan pH tanah berkisar antara 4,5 – 6,5 (Najiyati dan Danarti, 2007:25).

Kopi juga menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, dan banyak mengandung humus. Selain itu, akar kopi juga membutuhkan oksigen dalam jumlah yang tinggi, sehingga dibutuhkan tanah yang drainasenya baik. Tanah yang baik untuk kopi juga harus mengandung unsur hara yakni nitrogen yang berperan penting dalam pertumbuhan vegetatif (Budiman, 2014:74).

Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kopi antara lain ketinggian tempat, curah hujan, sinar matahari, angin dan tanah. Tanaman kopi menghendaki ketinggian 400-700 mdpl, tetapi beberapa diantaranya juga masih tumbuh baik pada ketinggian 0–1.000 mdpl. Tanaman kopi tumbuh optimum di daerah dengan curah hujan 2.000–3.000 mm/tahun. Namun, tanaman kopi masih tumbuh baik di daerah bercurah hujan 1.300–2.000 mm/tahun (Najiyati dan Danarti, 2007:23).

Pada umumnya, tanaman kopi tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak tetapi menghendaki sinar matahari teratur. Sinar matahari berpengaruh terhadap proses pembentukan kuncup bunga. Sinar matahari yang cukup akan merangsang terbentuknya kuncup bunga. Tanaman kopi menghendaki sinar matahari dalam jumlah banyak pada awal musim kemarau atau musim hujan untuk menghasilkan kuncup bunga sehingga perlu dirangsang oleh sinar matahari. Tanaman kopi sangat membutuhkan tanaman pelindung untuk mengatur datangnya sinar matahari. Tanaman pelindung ini diatur sehingga tanaman kopi bisa tumbuh di tempat yang teduh dan mendapatkan sinar matahari yang cukup (Najiyati dan Danarti, 2007:24).

Angin berpengaruh terhadap jenis kopi yang self steril. Peranan angin untuk membantu berpindahnya serbuk sari bunga dari tanaman satu ke putik bunga kopi yang berbeda klon. Sehingga dengan terjadinya penyerbukan maka akan menghasilkan buah. Tanaman kopi menghendaki tanah yang gembur, subur dan kaya bahan organik. Tanaman kopi juga menghendaki tanah yang agak masam antara pH 4,5 – 6,5 (Najiyati dan Danarti, 2007:25).

 

Cara Pembiakan Tanaman Kopi

Kopi dapat dibiakkan melalui dua cara, yaitu cara generatif dan cara vegetatif. Pembiakan generatif adalah pembiakan dengan menggunakan cara persemaian (zaailing/seedling), yaitu tanaman yang berasal dari biji. Cara ini paling sederhana, tidak banyak memerlukan skill dan biayanya juga lebih murah, tetapi untuk kopi Robusta pada umumnya banyak mengalami segregasi/pemisahan sifat-sifat keturunan. Sehingga hasilnya kurang memuaskan, karena tanaman semaian sering tidak seragam, baik pertumbuhannya maupun produktivitasnya (Widarto, 2003: 11).

Pembiakan vegetatif, pada kopi cara ini semakin banyak dilakukan. Pembiakan vegetatif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

  1. Sambungan (enting / grafting).
  2. Setek (cutting).
    Keuntungan perbanyakan tanaman dengan menggunakan setek antara lain adalah :
    1. Teknik pelaksanaannya sederhana, cepat, dan murah.
    2. Tidak ada masalah ketidakcocokan (inkompatibilitas), sebagaimana yang mungkin timbul pada perbanyakan secara penyambungan atau okulasi.
    3. Banyak bibit yang dapat dihasilkan dari satu tanaman induk.
    4. Seluruh bibit yang dihasilkan memiliki sifat genetis yang sama dengan tanaman induknya
    5. Tanman dari setek lebih tahan terhadap gangguan cacing.
    6. Tak usah memilih biji dan biji dapat kita hemat (Kanisius, 2000: 34-35).

Setek merupakan teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan cara menumbuhkan akar dan pucuk dari potongan atau bagian tanaman seperti akar, batang dan pucuk daun. Potongan atau bagian tanaman tersebut ditanam dalam media tanam agar tumbuh menjadi tanaman baru (Gunawan, 2014:36). Perlakuan pemisahan atau pemotongan beberapa bagian tanaman seperti akar, batang, daun atau tunas dinamakan penyetekan. Penyetekan dilakukan agar bagian yang dipotong tersebut membentuk akar. Teknik perbanyakan dengan setek tidak memerlukan bantuan dari tanaman induk. Batang yang disetek akan tumbuh akar dan tunas hingga membentuk daun. Kemudian akan menghasilkan tanaman yang sempurna dan menghasilkan bunga dan buah (Pracoyo dan Mujiyanto, 2005:5).

Menurut Ariyantoro (2016:8) perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman secara aseksual tanpa melalui proses perkawinan. Perbanyakan tanaman menggunakan organ-organ vegetatif yaitu akar, batang dan daun. Gunawan (2014:4) menyatakan perbanyakan tanaman secara vegetatif terjadi tanpa adanya penyatuan sel gamet jantan dan sel gamet betina tanaman induk melalui penyerbukan. Perbanyakan tanaman secara vegetatif melibatkan regenerasi sel jaringan vegetatif tanaman dan bagian tanaman yang digunakan adalah pucuk, ranting, cabang, daun, umbi dan akar.

Wijaya dan Budiana (2014:50) menyatakan keuntungan dari perbanyakan tanaman dengan cara setek adalah:

  1. Teknik pelaksanaannya mudah.
  2. Waktu yang dibutuhkan relatif singkat.
  3. Bahan setek yang diperlukan hanya sedikit dan menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak.
  4. Tanaman baru hasil setek memiliki sifat yang sama dengan induknya seperti ketahanan terhadap serangan penyakit dan keindahan bunga.
  5. Hasil setek mempunyai persamaan umur dan ketinggiannya.

Macam-macam kopi di Indonesia

Menurut Rukmana (2014: 43-50) jenis-jenis kopi yang ada di Indonesia yaitu:

  1. Kopi Arabika
    Kopi ini merupakan jenis kopi yang pertama kali dibudidayakan di Indonesia. Kopi ini tumbuh sangat baik di daerah dengan ketinggian 1.000-2.100 m di atas permukaan laut (dpl). Karakteristik biji kopi Arabika secara umum adalah sebagai berikut:
    1. Rendemen lebih kecil dari kopi jenis lain (18-20%);
    2. Bentuk agak memanjang;
    3. Bidang cembung tidak terlalu tinggi;
    4. Lebih bercahaya dibanding jenis lain;
    5. Ujung biji mengkilap tetapi apabila dikeringkan secara berlebihan akan menjadi retak atau pecah;
    6. Celah tengah (center cut) di bagian datar (perut) tidak lurus ke bawah tetapi berlekuk;
    7. Biji yang sudah dipanggang (roasting), celah tengah terlihat putih (Najiyati dan Danarti, 2004: 17).
      Kopi Arabika merupakan varietas typical dan borbon. Turunan dari penyilangan kedua varietas tersebut diantaranya caturra, pacas, san ramon, sumatera, dan marogogipe. Berbagai varietas tersebut dikenal memiliki mutu yang baik, tetapi sebagian besar masih rentan terhadap hama dan penyakit (Rukmana, 2014: 43-44).
  2. Kopi Robusta
    Menurut Najiyati dan Danarti (2004: 20) kopi robusta mampu beradaptasi lebih baik dibandingkan kopi Arabika. Areal perkebunan kopi Robusta di Indonesia
    relatif luas karena dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang lebih rendah. Karakteristik fisik biji kopi Robusta adalah sebagai berikut:
    1. Rendamen lebih tinggi dibanding rendamen kopi Arabika yaitu sebesar 20-22%;
    2. Biji berbentuk agak bulat;
    3. Lengkungan biji lebih tebal dibanding kopi Arabika;
    4. Garis tengah (parit) dari atas ke bawah hampir rata
  3. Kopi Liberika
    Najiyati dan Danarti (2004: 15) mengatakan, kopi liberika berasal dari Liberia, Afrika Barat. Kopi ini dapat tumbuh setinggi 9 meter dari tanah. Pada abad ke-19 jenis kopi ini datang ke Indonesia untuk mengganti kopi Arabika yang terserang hama. Karakteristik biji kopi Liberika hamper sama dengan kopi Arabika. Kelebihan kopi jenis Liberika adalah lebih tahan terhadap serangan karat daun (Hemelia Vastatrix) dibanding kopi jenis Arabika. Beberapa jenis kopi Liberika yang ada di Indonesia antara lain Ardoniana dan Durvei. Karakteristi kopi Liberika adalah sebagai berikut:
    1. Ukuran daun, cabang, bunga, dan pohon lebih besar dibanding kopi Arabika dan Robusta;
    2. Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan dalam satu buku dapat keluar bunga atau buah lebih dari satu kali;
    3. Kualitas buah relatif rendah;
    4. Berbuah sepanjang tahun;
    5. Ukuran buah tidak merata atau tidak seragam;
    6. Tumbuh baik di dataran rendah.
    Kopi Liberika termasuk tanaman hutan dan banyak terdapat di pedalaman Kalimantan. Sudah berabad-abad kopi ini menjadi minuman tradisional suku Dayak. Pohon kopi Liberika dapat mencapai ketinggian 30 meter, dan ukuran biji kopi ini terbesar di dunia (Rukmana, 2014: 46).
  4. Kopi Excelsa
    Menurut Rukmana (2014: 49) Kopi Excelsa di Indonesia sedang dalam kajian pusat penelitian dan pengembangan Kota Jambi untuk pengajuan pelepasan varietas baru. Kopi Excelsa tidak termasuk ke dalam kelompok Arabika dan Robusta, tetapi kelompok Liberoid. Kopi ini ditemukan secara historis di Afrika Barat pada tahun 1905, kemudian menyebar ke Melayu. Kopi Excelsa atau Dewevrei coffea tidak terlalu banyak dibudidayakan di Indonesia.
    Kopi jenis ini tidak peka terhadap penyakit karat daun dan dapat ditanam di dataran rendah, juga di daerah lembab. Kopi ini dapat ditanam di lahan gambut, seperti di kecamatan Pengabuan, Betara, Bram Itam dan Kuala Betara (Jambi). Kopi jenis Excelsa sudah ditanam masyarakat di kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, sejak 50 tahun lalu. Kopi Excelsa mempunyai cita rasa dan aroma yang kuat dan dominan pahit. Keunggulan kopi Excelsa antara lain:
    1. Mempunyai fisik yang lebih besar daripada kopi Arabika dan Robusta;
    2. Cenderung berbuah sepanjang tahun, mudah dibudidayakan, dan relative tahan terhadap hama dan penyakit;
    3. Ciri rasa dan aroma kuat dominan pahit;
    4. Dapat ditanam dilahan gambut yang memiliki kesuburan rendah (Najiyati dan Danarti, 2004: 16).