Pengertian Kontrol Diri
Menurut Hornby Kontrol diri (dalam Wulandari, 2018:12), Kontrol diri dapat diartikan sebagai the ability to kontrol one’s behavior or not to show one’s feeling: show or exercise great self kontrol in not becoming angry, etc. Kontrol diri yang dimaksud ialah kemampuan seseorang untuk dapat mengendalikan tingkah laku, menahan diri, atau tidak memperlihatkan perasaan seseorang, seperti memperlihatkan atau mencoba mengendalikandiri untuk tidak marah, dan sebagainya. Menurut Goleman (dalam Wulandari, 2018:12) mendefinisikan kontrol diri sebagai managing or keeping disruptive emotions and impulses in check effectively. Kontrol diri yang dimaksud ialah proses mengelola atau menjaga emosi-emosi yang mengganggu atau menghambat dan impuls-impulsnya secara benar dan efektif. Menurut Calhoun dan Acocella (dalam Wulandari, 2018:12) mendefinisikan kontrol diri sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri.
Golfried dan Merbaum (Ghufron dan Risnawati, 2010:20) juga mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun,membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Lebih lanjut Ghufron dan Risnawati (2010:21-22) mengatakan bahwa kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam membaca situasi diri dan lingkungannya. Selain itu, juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untukmenampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untukmengendalikan perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginanmengubah perilaku agar sesuai dengan orang lain, menyenangkan oranglain, selalu conform dengan orang lain, dan menutupi perasaannya.
Kontrol diri didefinisikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku yang berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya. Kontrol diri melibatkan kemampuan untuk memanipulasi diri baik untuk mengurangi maupun meningkatkan perilakunya. Menurut Bachri (2010:107), kontrol diri merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan dorongan-dorongan, baik dari dalam diri maupun dari luar diri individu. Menurut Mahoney dan Thoresen (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010:22), kontrol diri merupakan jalinan yang secara utuh (intergrative) yang dilakukam individu terhadap lingkungannya. Individu dengan kontrol diri tinggi sangat memerhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang bervariasi.
Ghufron & Risnawati (2010:21) mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan individu untuk membaca kondisi diri dengan lingkungannya. Faktor-faktor dari kontrol diri meliputi lingkungan internal serta eksternal, lingkungan internal mencakup usia individu tersebut, sedangkan lingkungan eksternal meliputi peraturan yang dibuat oleh keluarga tersebut agar individu tidak melakukan perilaku menyimpang. Chaplin (dalam Budhi dan Indrawati, 2016:479) menjelaskan bahwa kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri atau kemampuanuntuk menekan tingkah laku impulsif. Selanjutnya Averill (dalam Marsela dan Supriatna, 2019:67), Kontrol diri dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku. Kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur danmengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arahkonsekuensi positif.
Pakar psikologi kontrol diri, Lazarus (dalam Syufiyah dan Rasmanah, 2018:33) menjelaskan bahwa kontrol diri menggambarkan keputusan individu melalui pertimbangan kognitif untuk mengontrol perilaku guna meningkatkan hasil dan tujuan tertentu, sebagaimana diinginkan. Selanjutnya, secara sederhana Gleitman (dalam Syufiyah dan Rasmanah, 2018:33) mengatakan bahwa kontrol diri merunjuk pada kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan tanpa terhalangi baik oleh rintangan maupun kekuatan yang berasal dari dalam diri individu. Jadi, kontrol diri merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan dorongan-dorongan, baik dari dalam diri maupun dari luar diri individu. Individu yang memiliki kemampuan kontrol diri akan membuat keputusan dan mengambil langkah tindakan yang efektif untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan dan menghindari akibat yang tidak diinginkan.
Kontrol diri berkaitan erat pula dengan keterampilan emosioanal. Bahkan kontrol diri merupakan salah satu komponen keterampilan emosional. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Goleman (dalam Wulandari dan Suyadi, 2019:56) bahwa keterampilan emosional mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasan hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Keterampilan ini dapat diajarkan kepada anak-anak. Individu yang dikuasai dorongan hati yang kurang memiliki kendali diri, menderita kekurangmampuan pengendalian moral.
Kontrol diri merupakan perbedaan dalam mengelola emosi, cara mengatasi masalah, tinggi rendahnya motivasi, dan kemampuan mengelola potensi dan pengembangan kompetensinya. Menurut Hurlock, kontrol diri sendiri berkaitan dengan bagaimana individu mampu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya (Faried dan Nashori, 2012:68). Menurut Averill (dalam Marsela dan Supriatna, 2019:67) kontrol diri adalah kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, kemampuan individu dalam mengelola informasi yang diinginkan dan yang tidak diinginkan, dan kemampuan individu untuk memilih salah satu tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini.
Averill (dalam Sulistyawati, 2016:19) berpendapat bahwa kontrol diri merupakan variabel psikologis yang sederhana karena didalamnya tercakup tiga konsep yang berbeda tentang kemampuan mengontrol diri yaitu kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, kemampuan individu dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi serta kemampuan individu untuk memilihsuatu tindakan berdasarkan suatu yang diyakininya. Hal tersebut sesuai dengan Calhoun dan Acocella yang mendifinisikan kontrol diri sebagai pengaturan proses-proses psikologis, fisik, dan perilaku seseorang dengan serangkaian proses yang dapat membentuk dirinya sendiri. (Marsela dan Supriatna, 2019:66).
Menurut Serrat, secara sederhana kontrol diri didefinisikan sebagai proses pengelolaan emosi dan impuls yang mengganggu (Fatimah, 2013:4). Menurut Chaplin (dalam Azizah dan Indrawati, 2015:160), kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dan kemampuan untuk menekankan atau merintangi impuls-impulsatau tingkah laku impulsif. Menurut Naomi dan Mayasari, (dalam Sulistyawati, 2016:6) kontrol diri (self control) terbentuknya suatu reaksi yang ditujukan untuk mengganti sesuatu dengan yang lain, misalnyareaksi saat mengalihkan perhatian dari suatu hal yang diinginkan, mengubahemosi, menahan dorongan tertentu serta memperbaiki kinerja. Sedangkan menurut Chita, David, dan Pali (dalam Sulistyawati, 2016:6) kontrol diri menggambarkan keputusan individu melaluipertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun gunameningkatkan hasil dan tujuan tertentu sebagaimana yang diinginkan.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kontrol diri adalah kemampuan individu dalam proses-proses fisik, psikologis seseorang dalammengendalikan emosi dan mengubah respon dalam dirinya untuk mengendalikandorongan-dorongan (impuls-impuls) yang ada untuk menekan perilaku yang tidakdiinginkan dan menahan diri dari melakukan perilaku tersebut agar mengarah pada perilaku yang lebih baik dan juga bahwa kontrol diri merupakan hal terpenting yang harus dimiliki oleh setiap individu. Kontrol diri akan mempengaruhi seseorang menentukan tingkah lakunya sendiri dan mencegah tingkah laku yangmenuruti kata hati atau semaunya. Salah satunya adalah gaya hidup hedonis yang merupakan gaya hidup masyarakat modern yang berfokus pada kesenangan, hura-hura, dan kenikmatan.
Aspek-aspek Kontrol Diri
Averill (dalam Ghufron, & Risnawati, 2011:24) menyebutkan, terdapat tiga aspek kontrol diri, yaitu:
- Kontrol perilaku (behavior control).
Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respons yang dapat secara langsung memengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku ini diperinci menjadi dua komponen, yaitu mengaturpelaksanaan (regulated administrastion) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability). Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan. Apakah dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan menggunkan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal. Kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu mencegah atau menjahui stimulus, menempatkan tenggang waktu diantara rangkaian stimulus sebelum waktunya berakhir, dan membatasi intensitasnya. - Kontrol Kognitif (cognitif control)
Kontrol kognitif merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak dinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangkan kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua konponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal). Dengan informasi yang dimiliki oleh individu dapatmengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memerhatikan segi-segi positif secara subjektif. - Mengontrol keputusan (decesional control)
Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada suatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi, baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri
Menurut Egalia (2016:136) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kontrol diri yaitu:
- Kepribadian
Kepribadian mempengaruhi control diri dalam konteks bagaimana seseorang dengan tipikal tertentu bereaksi dengan tekanan yang dihadapinya dan berpengaruh pada hasil yang akan diperolehnya. - Situasi
Situasi merupakan faktor yang berperan penting dalam proses kontrol diri. Setiap orang mempunyai strategi yang berbeda pada situasi tertentu, dimana strategi tersebut memiliki karakteristik yang unik. - Etnis
Etnis atau budaya mempengaruhi kontrol diri dalam bentuk keyakinan atau pemikiran, dimana setiap kebudayaan tertentu memiliki keyakinan atau nilai yang membentuk cara seseorang berhubungan atau bereaksi dengan lingkungan - Pengalaman
Pengalaman akan membentuk proses pembelajaran pada diri seseorang. Pengalaman yang diperoleh dari proses pembelajaran lingkungan keluarga juga memegang peran penting dalan kontrol diri seseorang, khususnya pada masa anak-anak - Usia
Bertambahnya usia pada dasarnya akan diikuti dengan bertambahnya kematangan dalam berpikir dan bertindak. Hal ini dikarenakan pengalaman hidup yang telah dilalui lebih banyak dan bervariasi, sehingga akan sangat membantu dalam memberikan reaksi terhadap situasi yang dihadapi.
Sedangkan Ghufron & Risnawati(2010:32) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri terdiri dari faktor internal yaitu dalam diri individu dan faktor eksternal yaitu lingkungan.
- Faktor internal
Faktor internal yang ikut berperan terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang maka, semakin baik kemampuan mengontrol dirinya. - Faktor eksternal
Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga terutama orangtua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orangtua yang semakin demokratis cenderung diikuti tingginya kemampuan mengontrol dirinya. - Ciri-ciri Kontrol Diri
Menurut Thompson (dalam Smet, 1994:95) ciri-ciri kontrol diri antara lain:- Kemampuan untuk mengontrol perilaku atau tingkah laku impulsif yang ditandai dengan kemampuan menghadapi stimulus yang tidak diinginkan dengan cara mencegah menjauhi stimulus,merapatkan tenggang waktu diantara stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum berakhir dan membatasi intensitas stimulus, kemampuan membuat perencanaan dalam hidup, mampu mengatasi frustasi dan ledakan emosi serta kemampuan untuk menentukan siapa yang mengendalikan perilaku, dalam hal ini bila individu tidak mampu mengontrol dirinya sendiri, maka individu menggunakan faktor eksternal.
- Kemampuan menunda kepuasan dengan segera untuk keberhasilan mengatur perilaku dalam mencapai sesuatu yang lebih berharga atau diterima dalam masyarakat.
- Kemampuan mengantisipasi peristiwa yaitu kemampuan untuk mengantisipasi keadaan melalui berbagai pertimbangan secara relatif obyektif. Hal ini didukung dengan adanya informasi yang dimiliki individu.
Kemampuan menafsirkan peristiwa yaitu kemampuan untuk menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subyektif. Kemampuan mengontrol keputusan yaitu kemampuan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya (Zahri dan Savira, 2017:7).
Fungsi Kontrol Diri
Menurut Messina & Messina (dalam Astuti, 2019:18,) menyatakan bahwa kontrol diri memiliki beberapa fungsi:
- Membatasi perhatian individu kepada orang lain. Dengan adanya kontrol diri, individu akan memberikan perhatian pada kebutuhanpribadinya, tidak hanya berfokus pada kebutuhan, kepentingan, atau keinginan orang lain, cenderung akan menyebabkan individu mengabaikan bahkan melupakan kebutuhan pribadinya.
- Membatasi keinginan individu untuk mengendalikan orang lain di lingkungannya. Kontrol diri akan membatasi ruang bagi aspirasi dirinya dan memberikan ruang bagi aspirasi orang lain supaya dapat terakomodasi bersama-sama. Individu akan membatasi keinginannya atas keinginan orang lain dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berada dalam ruang aspirasinya masing-masing.
- Membantu individu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang. Individu yang memiliki kontrol diri yang baik, akan memenuhi kebutuhan hidupnya dalam takaran yang sesuai dengan kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Kontrol diri membantu individu untuk menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan hidup.
Berdasarkan dari paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi kontrol diri membatasi perhatian individu kepada orang lain, membatasi keinginan individu untuk mengendalikan orang lain di lingkungannya, dan membantu individu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang dan membantu menyelaraskan antara keinginan pribadi dan godaan.
Jenis-jenis Kontrol Diri
Block & Block (dalam Ghufron & Risnawati, 2010:31) menyebutkan ada tiga jenis kontrol diri, yaitu:
- Over Control, yaitu kontrol diri yang dilakukan secara berlebihan oleh individu sehingga menyebabkan individu banyak menahan diri untuk bereaksi terhadap suatu stimulus.
- Appropriate Control, yaitu kontrol diri yang dilakukan oleh individu dalam upaya mengendalikan impulsnya dengan tepat.
- Under Control, yaitu suatu kecenderunganyang dilakukan oleh individu untuk melepaskan impuls dengan bebas tanpa perhitungan yang matang.
Berdasarkan pendapat Block dan Block tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis kontrol diri yaitu kontrol yang berlebihan, kontrol yang tepat, dan kecenderungan melepaskan impuls secara bebas.
Pentingnya Kontrol Diri
Menurut Surya (dalam Mukhtar, Budiamin, dan Yusuf, 2016:7), kontrol diri mempunyai makna sebagaidaya yang memberi arah bagi individu dalam hidupnya dan bertanggung jawab terhadap konsekuansi dari perilakunya.Masalah yang timbul akibat tidak mampu mengendalikan diri adalah sebagai berikut:
- Menunjukkan rendahnya disiplin diri;
- Rendahnya kecakapan untuk menata diri sendiri;
- Lebih banyak dikendalikan oleh kesadaran tidak rasional;
- Dikendalikan oleh kekuatan pihak lain yang tidak sehat;
- Lebaih banyak dikendalikan oleh pikiran-pikiran orang lain;
- Dikendalikan oleh kebutuhan dan perasaan yang mentah.
Semakin mampu individu mengontrol perilakunya, maka semakin mungkin menjalani hidupnya secara efektif dan terhindar dari situasi yang dapat mengganggu pejalanan hidupnya. Individu yang kurang memilki kontrol diri disebabkan karena tidk belajar kecakapan dan pengorbanan untuk mencapai satu tujuan dan tidak belajar bagaimana untuk menjadi dirinya sendiri.
Cara Mengembangkan Kemampuan Kontrol diri
Secara umum, strategi untuk memaksimalkan kontrol diri dapat digolongkan dalam tiga kategori menurut Wandersman, (dalam Thalib, 2017:112), yaitu:
- Membuat atau memodifikasi lingkungan menjadi responsif atau menunjang tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh individu. Pada prinsipnya, arah ini menempatkan objek (lingkungan) sebagai sentral atau pusat pengembangan. Contohnya, mengubah tata letak perabotan atau fungsi ruangan dalam mengurangi kebosana dalam rumah atau tempat kerja.
- Memperbanyak informasi dan kemampuan untuk menghadapi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan. Subjek atau individu menjadi fokus atau sentral pengembangan. Misalnya, melatih diri mengantisipasi hal-hal atau kondisi yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.
- Menggunakan secara lebih efektif kebebasan memilih dalam pengaturan lingkunga. Misalnya, menggunakan waktu dan posisi individu dalam situasi atau lingkungan tertentu. Keluar dari suatu keadaan atau lingkungan pada saat-saat tertentu juga dapat digunakan sebagai alternatif bilamana hal tersebut dipandang lebih baik.
Indikator Kontrol Diri
Menurut Averill (dalam Thalib, 2010:110-111) self control dibedakan atas tiga kategori utama, yaitu:
- Mengontrol perilaku (behavioral control)
Mengontrol perilaku adalah kemampuan untuk mempengruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku dibedakan atas 2 komponen, yaitu:- Kemampuan mengatur pelaksanaan (regulated administration), yaitu menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan, dirinya sendiri atau orang lain atau sesuatu diluar dirinya.
- Kemampuan mengatur stimulus (stimulus modifiability), merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi.
- Mengontrol kognitif (cognitive control)
Mengontrol kognitif merupakan mengontrol dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan untuk mengurangi tekanan. Mengontrol kognitif dibedakan atas 2 komponen yaitu:- Kemampuan untuk memperoleh informasi (information again), informasi yang dimiliki individu mengenai suatu keadaan akan membuat individu mampu mengantisipasi keadaan mealui berbagai pertimbangan objektif.
- Kemampuan melakukan penilaian (apraisal), penilaian yang dilakukan individu merupakan usaha untuk menilai dan menafsirkan suatu keadaan dengan memerhatikan segi-segi positif secara subjektif.
- Mengontrol keputusan (decision control)
Mengontrol keputusan merupakan kemampuan individu untuk memilih dan menentukan tujuan yang diinginkan. Kemampuan mengontrol keputusan akan berfungsi baik bilamana individu memiliki kesempatan, kebebasan, dan berbagai alternative dalam melakukan suatu tindakan.
Berdasarkan paparan tentang indicator self control di atas, pengukuran tingkat self control dalam penelitian ini mengacu pada indikator self control yang dipaparkan oleh Averill yaitu kemampuan mengontrol perilaku (behavioral control), kemampuan mengontrol kognitif (cognitive control), kemampuan mengambil keputusan (decision control).