Kijing Taiwan

Penulis: Tim Editor | Kategori: Flora dan Fauna | Tanggal Terbit: | Dilihat: 11114 kali

Klasifikasi Kijing Taiwan (Anodonta woodiana, Lea)

Kijing taiwan pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1971 di Balai Penelitian Perikanan Darat Cibalagung, Bogor (Tampa dkk., 2014:48). Diduga, hewan ini berasal dari Taiwan yang secara tidak sengaja terbawa dengan ikan nila sehingga disebut sebagai kijing taiwan. Larva kijing ini menempel di sisik dan insang ikan nila tersebut. Sehingga saat sampai di Indonesia, larva itu membesar hingga menjadi induk, kemudian induk berkembang biak dengan cepat, hingga dalam waktu yang tidak terlalu lama hewan ini tersebar ke beberapa provinsi di tanah air. Klasifikasi kijing taiwan menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature) sebagai berikut:


Kijing Taiwan (Anodonta woodiana, Lea)

Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Bivalvia
Ordo : Unionoida
Famili : Unionidae
Genus : Anodonta
Spesies : Anodonta woodiana (Lea, 1834)

Kijing taiwan merupakan salah satu jenis kerang air tawar dari famili Unionidae, termasuk ke dalam kelas Pelecypoda atau Bivalvia, filum Moluska. Ciri-ciri dari filum ini memiliki tubuh bilateral simetri, lunak dan ditutupi mantel yang menghasilkan zat kapur serta bernafas dengan insang. Tubuhnya berbentuk pipih secara lateral dan memiliki dua cangkang yang berengsel secara dorsal dan menutupi tubuhnya (Palinussa, 2010:4). Umumnya terdapat di dasar perairan yang berlumpur atau berpasir, beberapa hidup pada substrat yang lebih keras seperti lempung, kayu atau batu (Suwignyo dkk., 2005:145).

Anatomi dan Morfologi Kijing Taiwan

Kijing taiwan merupakan jenis kerang air tawar. Secara morfologi seperti anggota pelcypoda yang lain tubuhnya terdiri dari dua keping cangkang yang cembung hampir bulat berwarna hijau kebiru-biruan dan kecoklat-coklatan (Kriska, 2013:99). Cangkang ini terdiri dari tiga lapis, meliputi lapisan luar (periostracum), lapisan tengah (prismatic) dan lapisan dalam (nacreas). Lapisan luar memberi warna cangkang juga berfungsi sebagai pelindung lapisan dibawahnya supaya tidak larut oleh asam carbonat. Lapisan tengah terbuat dari Kristal CaCO3 dan Lapisan dalam yang terbuat dari beberapa lapisan tipis CaCO3 yang berwarna pelangi (Elyani, 1990:5).

Di dalam cangkang terdapat dua mantel pada ujungnya dan memiliki dua buah sifon yaitu sifon ventral dan sifon dorsal. Sifon ventral berfungsi sebagai alat memasukkan air atau makanan sedangkan sifon dorsal berfungsi untuk membuang sisa metabolisme (Palinussa, 2010:5). Kedua keping cangkang dihubungkan oleh dua otot aduktor yaitu otot aduktor anterior dan otot aduktor posterior yang berfungsi menutup dan membuka cangkang (Soedmadji, 1993:183). Kaki kijing berbentuk pipih secara lateral dan mengarah ke anterior sebagai adaptasi untuk meliang. Gerak kaki menjulur diatur oleh kombinasi tekanan darah dan otot protraktor anterior, dan gerak menarik kaki ke dalam cangkang oleh sepasang otot retraktor anterior dan posterior (Gambar 2.5), yang digunakan untuk merayap dalam substrat lumpur dan pasir (Suwignyo dkk., 2005:149).

Kijing Taiwan. a) Bagian permukaan tubuh, b) Cangkang bagian dalam (Elyani, 1990:7)

Keterangan:
(1) Kaki, (2) Garis pertumbuhan, (3) Sifon dorsal, (4) Sifon ventral, (5) Umbo, (6) Otot aduktor posterior, (7) Engsel, (8) Otot anterior dan protractor, (9) Otot aduktor anterior

Berdasarkan identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), cangkang kijing taiwan berwarna hitam kecoklatan atau kehijauan, dengan bentuk melebar dan umbo yang tebal. Menurut Mardiyah (2017: 3), cangkang dihiasi beberapa lingkaran berupa lekukan. Cangkang berbentuk trapesium hingga oval dengan permukaan cangkang terdapat garis-garis konsentris yang nyata. Umbo tampak menonjol sangat jelas sehingga cangkang tampak sangat tebal. Terdapat struktur sayap dibagian dorsal posterior (Yanuardi dkk. 2015:42). Famili unionidae pada umumnya ditemukan di danau, sungai, atau perairan tawar lainnya.

Anatomi kijing taiwan betina bagian insang lebih tebal dan berwarna kekuningan (Klishko et al. 2018).

Anatomi kijing taiwan jantan bagian insang tipis dan berwarna putih pucat (Klishko et al 2018).

 

Kijing taiwan bernafas dengan sepasang insang (ctenedia) dan mantel yang masing-masing insang disangga oleh sumbu insang. Rongga mantel insang dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian ventral yang luas dan dorsal yang sempit. Air masuk ke dalam tubuh kerang melalui sifon inhalant di ujung posterior, dan mengalir di antara dua lamella menuju suprabranchia dan keluar tubuh melalui sifon ekshalant di ujung posterior (Gambar 2.6). Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada saat air mengalir melalui saluran air ke arah dorsal (Suwignyo dkk., 2005:153).


Struktur organ dalam Kijing Taiwan (Suwignyo dkk., 2005:147)

Siklus Hidup Kijing Taiwan

Suwignyo dkk. (2005:157-158) menjelaskan bahwa kijing taiwan memiliki sepasang gonad yang terletak berdampingan dengan usus. Pada kijing ini terjadi perkembangan tidak langsung yang sangat khusus, yaitu telur dalam insang menetas menjadi larva glochidium yang merupakan suatu bentuk larva yang termodifikasi untuk hidup sebagai parasit. Telur-telur dari ovarium akan menuju rongga insang yang berfungsi sebagai ruang penetasan kemudian akan dibuahi oleh sperma yang masuk mengikuti aliran air. Setelah dibuahi, telur tersebut akan berkembang menjadi larva yang disebut glochidium. Glochidium berukuran kisaran antara 0,05-0,5 milimeter.

Glochidium yang keluar dari induknya akan jatuh ke dasar perairan atau terbawa arus air. Bila ada ikan yang berenang dekat dasar perairan, maka glochidium akan mengatupkan kedua keping cangkang pada sirip ikan atau bagian permukaan tubuh ikan. Dodd dkk. (2006:474) mengatakan larva glochidium akan membentuk kista dan hidup sebagai parasit, mantel berisi sel phagocyte yang dapat memakan jaringan insang. Selama periode parasit antara 10 sampai 30 hari terjadi metamorfosa dari glochidium menjadi anak kerang.

Daerah Penyebaran Kijing Taiwan

Jenis kerang yang ada sangat bervariasi. Masyarakat umum membedakan kerang hanya dengan melihat bentuk, warna dan ukurannya saja. Namun di Indonesia, keanekaragaman jenis kerang air tawar terdiri dari 3 kelompok suku, yaitu Unionidae, Corbiculidae dan Sphaeridae dengan total jumlah jenis sebanyak 16 jenis. Menurut Paunovic et al. (2006: 154), A.woodiana merupakan kijing yang berasal dari asia timur, namun ternyata jenis ini telah ditemukan jauh dari areal alaminya (tabel 2.1). Selain beberapa negara tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara sebaran kijing taiwan ini. Kijing taiwan dapat menyebar luas hingga ke beberapa negara melalui kegiatan impor ikan (Mujiono, 2011: 30).

Fase reproduksi Kijing Taiwan

Kijing taiwan melalui tahap larva yang dikenal dengan fase glochidium parasiticum. Reproduksi kijing taiwan termasuk ke dalam fertilisasi internal, namun tidak mengalami proses mating. Menurut Widarto (1996: 21), dalam reproduksi kijing taiwan terjadi proses transfer sperma yang dikeluarkan kijing taiwan jantan ke lingkungan sekitar, sperma masuk bersama dengan aliran air menuju ruang insang (marsupium) kijing taiwan betina. Sperma membuahi sel telur (periode pengeraman glochidia) di dalam marsupium. Sel telur yang telah dibuahi berkembang hingga menjadi glochidia disusul dengan penyemburan glochidia yang telah matang kelingkungan. Secara garis besar fase reproduksi kijing taiwan dapat dilihat pada Gambar 2.6. Glochidia yang keluar dari kijing taiwan betina jatuh ke dasar perairan atau terbawa arus air. Bila terdapat ikan yang berenang pada dasar perairan, maka kait glochidia akan menempel pada tubuh ikan. Namun glochidia yang tidak memiliki kait, akan menempel pada insang ikan bersama dengan aliran air yang masuk ke tubuh ikan saat proses pernapasan berlangsung.

Fase reproduksi kijing taiwan (Rahayu, 2009).

Glochidia Kijing Taiwan

Glochidia memiliki sifat parasit bagi ikan, karena glochidia memperoleh sumber makanan dari inang. Glochidia yang telah matang dilepaskan melalui siphon exhalent kijing taiwan betina. Setelah glochidia dilepaskan dari induk betina, selanjutnya glochidia menempel pada suatu inang misalnya ikan (Reis, 2014: 84). Apabila glochidia menempel pada inang yang tepat maka ia akan membentuk kista. Namun apabila glochidia menempel pada inang yang tidak tepat, maka glochidia akan mati.

Jumlah glochidia yang berhasil melakukan metamorfosis bervariasi. Proses metamorfosis glochidia terjadi dalam 6 hingga 14 hari dalam suhu rata-rata berada pada kisaran 21,8oC hingga 26,1oC. Glochidia merupakan salah satu parasit bagi ikan, karena glochidia mendapatkan sumber makanan dari inang. Hal tersebut terjadi selama proses pembentukan organ-organ tubuh glochidia dan bila tahap pembentukan organ-organ tubuh glochidia selesai (Ba?ç?nar & Düzgüne?, 2009: 23).


Glochidia kijing taiwan yang menempel pada ikan: (a) insang ikan dan (b) sirip ikan (Unio Gallery, 2010).

Morfologi glohidia kijing taiwan umur 0 hari mengunakan mikroskop cahaya; (sh) engsel cangkang (Kovitvadhi et al. 2007).

Penyemburan Glochidia Kijing Taiwan Pada Ikan

Berdasarkan penelitian Slavík et al. (2017: 13), setelah penyemburan glochidia kijing tawain, keadaan ikan mengalami perubahan. Sifat parasit yang dimiliki oleh glochidia menyebabkan gangguan fisiologi atau fungsi organ pada ikan. Gangguan terjadi pada bagian hati, ginjal, dan insang yang ditempeli glochidia. Selain itu, ganguan lain seperti penglihatan dan kemampuan berenang ikan juga terpengaruh oleh sifat parasit glochidia.


Penyemburan glochidia oleh indukan kijing kepada ikan (Barnhart et al. 2008).

Pada Gambar terlihat bahwa indukan kijing taiwan melakukan kamuflase pada bagian tubuhnya yakni dengan menyerupai ikan, hal ini bertujuan untuk menarik perhatian ikan. Selanjutnya pada Gambar B, ikan yang tertarik mulai mendekat dan melakukan kontak fisik dengan induk kijing taiwan. Gambar C dan D terlihat induk kijing taiwan menyemburkan glochidia yang telah matang kepada ikan. Proses penyemburan ini merupakan salah satu cara yang digunakan induk kijing tawian dalam menyelamatkan generasinya, hal ini karena Inang sangat penting dalam penyebaran glochidia. Glochidia kijing taiwan harus mendapatkan inang yang tepat atau akan mati dalam ±24 jam (Ba?ç?nar & Düzgüne?, 2009: 23). Berdasarakan penelitian Dudgeon & Morton (1984: 356), tingkat penempelan glochidia bervariasi seiring dengan peningkatan suhu, lama penempelan glochidia kijing taiwan tertinggi berkisar pada suhu 15oC (25 hari) dan terendah pada suhu 33oC selama 7 hari. Lama penempelan glocidia kijing taiwan berdasarkan penelitian Hamidah (2012: 46) berkisar antara 27,75-87,50 jam.

Makanan dan Kebiasaan Makan

Berdasarkan cara makannya, kijing taiwan termasuk ke dalam hewan “filter-feeding” yaitu pemakan dengan cara menyaring zooplankton, fitoplankton dan detritus (Douda dkk., 2017:3). Bahan-bahan makanan dimasukkan, digerakkan, dipilih dan dicerna dengan bantuan gerakan cilia pada tubuhnya. Suwignyo dkk. (2005:154) mengatakan bahwa kijing taiwan merupakan ciliary feeder, karena cilia memegang peranan penting dalam mengalirkan makanan ke mulut. Cilia frontal berfungsi untuk mengangkut partikel makanan yang melekat pada lendir di permukaan insang ke alur makanan (food grove). Partikel makanan dalam alur makanan dialirkan ke anterior menuju palp. Palp lebih kecil daripada insang. Palp melakukan seleksi, makanan yang sesuai akan dilanjutkan ke mulut, sedangkan yang tidak sesuai akan dibuang ke tepi mantel sebagai tinja semu (pseudo feces).

Saluran pencernaan terdiri atas mulut, esofagus yang pendek, lambung yang dikelilingi kelenjar pencernaan, usus, rectum dan anus. Semua makanan yang masuk disortir oleh palp. Makanan yang terbungkus lendir, dari mulut masuk ke lambung melalui esofagus. Lambung berfungsi memisahkan makanan dari gulungan lendir. Partikel makanan yang halus mula-mula dicerna dengan amilase untuk dilanjutkan dengan pencernaan intraseluler. Kantung crystalline style merupakan sumber amilase.

Ekologi Kijing Taiwan

Komarawidjaja (2006:161) mengatakan kijing taiwan termasuk ke dalam kijing air tawar yang hidup di kolam, danau, sungai atau perairan tawar lainnya. Perairan yang sangat disukainya adalah perairan dengan dasar lumpur sedikit pasir dan tidak terlalu dalam. Menurut Suwignyo dkk. (2005:149) kijing umumnya membenamkan dirinya di dalam sedimen berlumpur atau berpasir dan beberapa jenis menempel erat pada benda seperti kayu, batu, cangkang moluska lain dan karang dengan menggunakan byssus.

Habitat yang paling baik bagi pertumbuhan kijing taiwan yaitu lingkungan yang didominasi oleh “pasir berlumpur”, karena mengandung persentase pasir dan lumpur yang seimbang yaitu 44,67% pasir dan 48% lumpur (Padwa dkk., 2015:122-123). Secara tidak langsung jenis tekstur sedimen dasar perairan akan menentukan kelimpahan, keragaman dan komposisi organisme benthos. Karena tekstur sedimen merupakan perbandingan antara pasir, lumpur dan liat. Dan tekstur sedimen tersebut akan menentukan kandungan bahan organik di dalam sedimen (Yanuardi dkk., 2015:45).

Pola Pertumbuhan Kijing Taiwan

Pertumbuhan merupakan proses biologis yang kompleks yang meliputi pertambahan jumlah ukuran panjang dan berat organisme dalam suatu waktu. Pertumbuhan yang terjadi pada setiap organ tidak sama satu dengan yang lainnya. Secara umum pertumbuhan dan kelangsungan hidup hewan jenis kerang-kerangan sangat dipengaruhi oleh faktor penting yaitu suhu dan ketersediaan makanan (Hamzah, 2009:150). Hal ini terjadi pada kijing taiwan yaitu pertumbuhan cangkang tidak selalu sebanding dengan pertumbuhan beratnya. Ini yang menyebabkan kijing memiliki variasi pertumbuhan yang cukup unik baik allometrik maupun isometrik. Pertumbuhan allometrik adalah pertambahan panjang lebih kecil dari pertambahan beratnya atau sebaliknya, sedangkan pertumbuhan isometrik merupakan pertambahan berat kijing sama dengan panjangnya.

Laju pertumbuhan hewan perairan cendrung melambat ketika suhu air rendah. Karena laju pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor umur organisme sehingga kijing yang berumur tua pertumbuhannya akan semakin lambat dan bahkan sudah tidak dapat lagi tumbuh karena sudah mencapai panjang maksimal (Setyobudiandi dkk., 2004:42). Pertumbuhan kijing dapat dilihat dari hubungan panjang berat suatu kijing tersebut. Berat total dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjangnya, hal tersebut disertai dengan anggapan bahwa bentuk serta berat total itu tetap selama hidupnya. Tetapi karena kijing taiwan bertumbuh mengikuti bentuk tubuh, dalam hal ini panjang dan beratnya selalu berubah (Tampa dkk., 2014:49). Palinussa (2010:9) mengemukakan kijing taiwan yang memiliki pertumbuhan cepat adalah berukuran 2-5 cm, sedangkan ukuran yang lebih besar dari 10 cm memiliki laju pertumbuhan yang lambat, dikarenakan kijing tersebut mulai dewasa dengan kecendrungan pembentukan gonad. Sehingga makanan dan energi yang didapat sebagian besar dipakai untuk proses reproduksi.

Daftar Pustaka

Ahyuni, M., Izmiarti., Afrizal. 2014. Kepadatan Populasi dan Distribusi Ukuran Kerang Contradens sp. di Perairan Tanjung Mutiara Danau Singkarak, Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 3(3):168-174

Astari, F.D., Solichin, A., Widyorini, N. 2018. Analisis Kelimpahan, Pola Distribusi, dan Nisbah Kelamin Kijing (Anodonta woodiana) di Inlet dan Outlet Danau Rawapening Jawa Tengah. Journal Of Maquares, 7(2):227-236.

Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi. 2014. Data Publikasi Kualitas Air Danau Sipin, Jambi. Jambi.

Bahtiar. 2005. Kajian Populasi kerang Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) di Sungai Pohara Kendari Sulawesi Tenggara. [Thesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 76 hal.
Campbell, N. A., J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi Ke 5-Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Dinas Kelautan dan Perikanan. 2014. Data potensi Danau dan Waduk di Provinsi Jambi. Jambi.

Dodd, B.J., Barnhart, M.C., Constance, L. Lowery, R., Todd B.F., Ronald, V.D. 2006. Persistence Of Host Response Against Glochidia Larvae in Micropterus salmoides. Fish & Shellfish Immunology, 473-484.

Douda, K., Cadkova, Z. 2017. Water clearance efficiency indicates potential filter-feeding interactions between invasive Sinanodonta woodiana and native freshwater mussels. Jurnal Biol Invasions.

Elyani, E. 1990. Tingkat Pertumbuhan Kijing Taiwan (Anodonta woodiana, Lea) di Berbagai Habitat Perairan. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakutas Perikanan, Institut Pertanian Bogor:Bogor.

Fajrina, N. 2019. Pola Pertumbuhan Kerang Air Tawar (Anadonta woodiana) Berdasarkan Substrat Di Perairan Sungai Aron Patah Kecamatan Panga Kabupaten Aceh Jaya. Elctronic These and Dissertations (ETD). Universitas Syiah Kuala.

Hamzah, M.S., Nababan, B., 2009. Studi Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Anakan Kerang Mutiara (Pinctada Maxima) Pada Ke Dalaman Berbeda Di Teluk Kapontori, Pulau Buton. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 1(2):22-32.

Junaidi, E., Effendi, P.S., dan Joko. 2010. Kelimpahan Populasi Dan Pola Distribusi Remis (Corbicula Sp) di Sungai Borang Kabupaten Banyuasin. Fmipa. Univ. Sriwijaya , Jurnal Penelitian Sains. 13(3d), 50-54

Komarawidjaja, W. 2006. Kajian Adaptasi Kijing Pilsbryoconcha exilis Sebagai Langkah Awal Pemanfaatannya Dalam Biofiltrasi Pencemar Organik di Perairan Waduk. Jurnal Teknik Lingkungan, 7(2):160-165.

Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Harper Collins Publisher. University of British Columbia: 150-152

Kriska, G. 2013. Freshwater Invertebrates In Centeral Europe: a Field Guide. Ed. VI. Weissdorn-Verlag, Jena. 411p.

Krolak, E., Boguslaw, Z. 2001. The Bioaccumulation Of Heavy Metals by The Mussels Anodonta woodiana (LEA, 1834) and Dreissena polymorpha (PALL.) in The Heated Konin Lakes. Archives Of Polish Fisheries, 9(2): 229-237.

Marwoto, R.M., dan Isnaningsih, N.R. 2014. Tinjauan Keanekaragaman Moluska Air Tawar Di Beberapa Situ Das Ciliwung-Cisadane. Berita Biologi 13(2): 181-189.

Padwa, M., Ockstan, J.K., Cyska, L. 2015. Pertumbuhan Kijing Taiwan (Anodonta woodiana) Dengan Perbedaan Substrat. Jurnal Budidaya Perairan, 3(1):119-123.

Palinussa, E.M., 2010. Pemanfaatan Kijing Taiwan (Anodonta woodiana, Lea) Sebagai Biofilter Pada Sistem Budidaya Ikan Mas. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor:Bogor.

Prasojo, S.A., Irwani., Suryono,C.A. 2012. Distribusi dan Kelas Ukuran Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Pesisir Kecamatan Genuk, Kota Semarang. Journal Of Marine Research. 1(1);137-145.

Rahayu, Y.S. 2012. Kijing Taiwan (Anodonta woodiana) sebagai sumber kalsium tinggi dalam mencegah osteoporosis. Jurnal Fitofarmaka, 2(1): 27-35.

Ramadani, A. H., M. Affandi dan B. Irawan. 2012. Keanekaragaman dan Pola Distribusi Longitudinal Kerang Air Tawar di Perairan Sungai Brantas. Departemen Biologi, Universitas Airlangga Surabaya, 1(1): 1-8.

Rizal,, Emiyarti., Abdullah. 2013. Pola Distribusi dan Kepadatan Kijing Taiwan (Anodonta woodiana) di Sungai Aworeka Kabupaten Konawe. Jurnal Mina Laut Indonesia, 2(6):142-153.

Rochmady. 2012. Hubungan Panjang Bobot dan Faktor Kondisi Kerang Lumpur (Anodontia edentula Linnaeus, 1758) Di Pulau Tobea, Kecamatan Napabalano, Kabupaten Muna. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. 5(1):1-8

Setyobudiandi, I., Eddy., Yon, V., Rini, S. 2004. Bio-Ecologi Kerang Lamis (Meretrix meretrix) di Perairan Marunda. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 11(1)61-66.

Siagian, M., Asmika, H.S. 2015. Profil Vertikal Oksigen Terlarut di Danau Oxbow Pinang Dalam, Desa Buluh Cina-Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jurnal Akuatik, 6(1):87-94.

Tampa, A.I., Lumenta, C., Ockstan, J., Kalesaran. 2014. Morfometrik Kijing Taiwan (Anodonta woodiana) di Beberapa Lokasi di Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 2(2):48-54.

Yanuardi, F., Suprapto, D., Djuwito. 2015. Kepadatan dan Distribusi Spasial Kerang Kijing (Anodonta woodiana) Di Sekitar Inlet dan Outlet di Perairan Rawapening. Diponegoro Journal Of Maquares Management Of Aquatic Resources. 4(2):38-47.