Kepemimpinan

Penulis: Tim Editor | Kategori: Umum | Tanggal Terbit: | Dilihat: 1420 kali

Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan sejenak zaman kuno telah dibahas oleh para cerdik pandai. Mereka mengemukakan berbagai definisi dan teori kepemimpinan. Definisi kepemimpinan yang muncul pada abad ke-20 menekankan pada kontrol dan sentralisasi kekuasaan dengan tema umum tentang dominasi. Kepemimpinan didefinisikan sebagai “kemampuan untuk menekankan hasrat pemimpin terhadap orang yang dipimpin dan mendorong kepatuhan, penghargaan, loyalitas, dan kerja sama” Moore (dalam Northouse 2017:2). Menurut Richard L. Huges, Robert C. Ginnet dan Gordon J. Chorphy (dalam Wirawan, 2013:8), kepemimpinan merupakan suatu sains(science) dan seni atau (arts). Sebagai suatu sains kepemimpinan merupakan bidang ilmu yang memenuhi persyaratan sebagai ilmu pengetahuan antara lain mempunyai objek, metode, teori, dan penelitian ilmiah. Kepemimpinan juga merupakan suatu seni, yaitu kepemimpinan diterapkan dalam praktik dalam siatem sosial. Orang yang menguasai ilmu kepemimpinan belum tentu menjadi pemimpinan yang baik.

Kepemimpinan menurut Amirullah (2015:167) adalah orang yang memiliki wewenang untuk memberi tugas, mempunyai kemampuan untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain dengan melalui pola hubungan yang baik guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Saefullah (2014:225) kepemimpinan adalah seorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka. Oleh karena itu kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu proses mempengaruhi dan mengatakan para karyawannya dalam melakukan tugas atau pekerjaan yang telah diberikan kepada mereka dan hal ini merupakan potensi untuk mampu membuat orang lain (yang dipimpin) mengikuti apa yang dikehendaki pemimpinnya menjadi realita.

Kepemimpinan meliputi tindakan dan pengaruh berdasarkan atas alasan dan logika disamping berdasarkan inspirasi dan keinginan. Situasi kepemimpinan sangat kompleks karena setiap orang beda pemimkiran, perasaan, harapan, impian, dan kebutuhan, ketakutan, tujuan, ambisi, kekuatan dan kelemahan. Menurut Burns (dalam Northouse 2017:4) kepemimpinan merupakan proses mobilisasi timbal balik oleh orang-orang dengan motif dan nilai tertentu, beragam sumber daya ekonomi, politik, dan lainnya dalam konteks persaingan dan konflik, untuk menyadari tujuan yang secara mandiri atau bersama oleh pemimpin dan pengikut. Berdasarkan beberapa pengertian diatas gaya kepemimpinan pengurus adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan kekuasaannya melakukan proses mempengaruhi, memotivasi, dan mendukung usaha yang memungkinkan orang lain memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan dari koperasi.

Teori Gaya Kepemimpinan

Menurut Wirawan (2013:352) teori-teori kepemimpinan paling banyak dibahas oleh para teoretis dan penelitian kepemimpinan adalah mengenai teori gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan sangat penting karena gaya kepemimpinan mencerminkan apa yang dilakukan oleh pimpinan dalam mempengaruhi para pengikutnya untuk merealisasikan misinya. Teori-teori gaya kepemimpinan berdasarkan penelitian diantaranya adalah:

1. Teori Ohio State University

Teori ini berdasarkan dua dimensi yaitu:

  1. Dimensi consideration (dimensi perhatian terhadap bawahan) adalah tinggi rendahnya pimpinan bertindak dan berperilaku dengan pola bersahabat dan mendukung menunjukkan perhatian terhadap bawahannya dan memperhatikan kesejahteraan.
  2. Dimensi initiating structure (perhatian terhadap tugas) adalah tinggi rendahnya pimpinan mendefinisikan dan menstrukturasi dan menentukan peran bawahannya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Teori University of Michigan

  1. Perilaku berorientasi pada ketugasan, para menajer yang efektif melakukan pekerjaan yang berbeda dengan para bawahannya. Mereka mengkonsentrasikan dirinya pada fungsi perilaku ketugasan seperti perencanaan, penskedulan, pekerjaan, mengkoordinasi aktivitas bawahan, menyediakan sumber-sumber dan bantuan teknis yang diperlukan bawahan.
  2. Perilaku berorientasi hubungan, para menajer pada gaya kepemimpinan ini memusatkan perhatiannya pada hubungan antar manusia. Mereka sopan dan mendukung bawahannya dengan percaya diri serta berupaya memahami masalah yang dihadapi bawahannya.

Fungsi Kepemimpinan Dan Tipe Kepemimpinan

1. Fungsi Kepemimpinan

Menurut mulyadi (2003:34) Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, kerena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu didalam situasi sosial suatu kelompok/organisasi. Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi seperti:

  1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin.
  2. Dimensi yang berkaitan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi.

Secara operasional fungsi kepemimpinan dapat dibedakan menjadi lima fungsi pokok yaitu:

  1. Fungsi instruksi
    Fungsi ini bersifat komunikasi saru arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
  2. Fungsi konsultasi
    Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh beberapa umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan
    dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultasi dapat diharapkan keputusan-keputusan pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih mudah mengintruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.
  3. Fungsi partisipasi
    Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan dalam mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilaksanakan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin bukan pelaksana.
  4. Fungsi delegasi
    Fungsi ini dilaksanakan dengan pelimpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima wewenang delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki prinsip, persepsi, dan aspirasi.
  5. Fungsi pengendalian
    Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpianan yang sukses/efektif mampu mengatur anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

2. Tipe Kepemimpinan

Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, maka akan berlangsung aktifitas kepemimpinan. Apabila aktifitas tersebut dipilah-pilah, maka akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan tersebut merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Gaya kepemimpinna memiliki tiga pola dasar, yaitu:

  1. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas.
  2. Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama.
  3. Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hasil yang dicapai.

Indikator Gaya Kepemimpinan

1. Kepemimpinan Partisipatif

Merupakan gaya kepemimpinan yang terletak ditengah-tengah diamana jumlah kekuasaan dan kebebasan untuk menggunakan kekuasaan pemimpin dan pengikut sama besar. Pemimpin dan para pengikutnya harus berpartisipasi secara aktiv dalam menyusun perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi hasilnnya. Wirawan (2013:203) Gaya kepemimpinan ini dapat disebut gaya kepemimpinan gotong royong, pemimpin dan pengikutnya sama-sama menggotong dan sama-sama meroyong kegiatan dan hasilnya. Indikator dari gaya kepemimpinan partisipatif adalah:

  1. Jumlah kekuasaan dan kebebasan menggunakannya pemimpin dan pengikut sama besar
  2. Jumlah dan kebebasan menggunankan kekuasaan diatur dalam uraian tugas dan prosedur penggunaan kekuasaan
  3. Pembuatan keputusan mengenai kebijakan dan aktivitas pelakasanaan kegiatan dilakukan oleh pemimpin bersama-sama dengan pengikutnya.
  4. Pemimpin menentukan visi, misi, tujuan, dan strategi organisasi bersama-sama dengan para pengikutnya.
  5. Pemimpin mendelegasikan sebagian tugasnya kepada pengikutnya.
  6. Kreatifitas dan inovasi pengikut sedang
  7. Pemberdayaan para pengikut sedang.

Setiap gaya kepemimpan mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing seperti yang terdapat dalam tabel berikut:

Gaya kepemimpinanKeunggulanKelemahan
Otokratik
  1. Cocok dipergunakan untuk pengikut yang berkualitas rendah, malas, biang kerok, tak mau melaksanakan perintah
  2. Untuk situasi darurat, situasi tidak stabil, konflik destruktif, dan memerlukan pembuatan keputusan cepat.
  3. Jika diperguakan dengan kompensasi dan lingkungan kerja baik dapat meningkatkan kinerja dengan pengikut.
  1. Jika pemimpin tidak bijak dapat melanggar hak para pengikut
  2. Berakibat kerja para pengikut rendah
  3. Menimbulkan stres kerja para pengikut
  4. Pengikut menjadi pasif, masa bodoh, dan yes man.
  5. Tidak ada upaya para pemimpin memberdayakan para pengikut.
  6. Jika digunakan secara tidak terukur maka dapat menurunkan kinerja para pengikut.
Partisipatif
  1. Cocok untuk organisasi yang mana pemimpinnya berupaya memberdayakan para pengikutya.
  2. Menciptakan tim kerja pemimpin dan pekerja yang kohesif
  3. Menghasilkan kepuasan kerja yang tinggi bagi para pengikut.
  1. Tidak cocok jika para pengikut berkualitas rendah dan pasif.
  2. Tidak cocok dalam situasi darurat dan kritis
  3. Memerlukan kesabaran dan pengertian pemimpin
  4. Pembuatan keputusan lambat.
Demokratis
  1. Cocok untuk situasi normal
  2. Menciptakan tim kerja tinggi
  3. Menghasilkan kepuasan kerja yang tinggi bagi para pengikut.
  4. Jika pengikut berkualitas, maka menghasilkan kinerja yang tinggi.
  1. Memerlukan pengikut kualitas tinggi
  2. Jika pengikut tidak berkualitas dapat menimbulkan anarkis
  3. Memerlukan peraturan yang menjelaskan hak dan kewajiban pemimpin dan pengikut serta bagaimana berinteraksi satu sama lain.
  4. Pemimpin dan pengikut harus memahami dan menarapkan prinsip-prinsip demokratis. Jika tidak maka akan terjadi anarkis.
Pemimpin terima bebas
  1. Cocok untuk para pengikut dengan kemampuan dan kompetensi tinggi
  2. Memberdayakan pengikut
  3. Meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja
  4. Meningkatkan kreativitas dan inovasi kerja yang tinggi.
  5. Otonomi merancang, melaksanakan dan mengevaluasi aktivitas.
  6. Meningkatkan kinerja pengikut dan organisasi.
  1. Tidak cocok untuk pengikut dengan kemampuan dan kematangan kerja yang rendah
  2. Jika pemimpin lemah, rentan akan terjadi penyalahgunaan oleh para pengikut.

Sumber: (Wirawan 2013:384)

Seorang pemimpin yang efektif harus menggunakan gaya kepemimpinan yang berbeda dalam situasi yang berbeda, jadi tidak tergantung pada suatu pendekatan untuk semua situasi. Pandangan ini mensyaratkan agar seorang pemimpin mampu membedakan gaya-gaya kepemimpinan, membedakan situasi, menentukan gaya yang sesuai untuk situasi tertentu serta mampu menggunakan gaya tersebut secara benar.

Dengan demikian, berdasarkan uraian diatas, secara konseptual gaya kepemimpinan didefinisikan sebagai perilaku dan strategi, yang merupakan hasil kombinasi dari filsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan para pemimpin dalam berinteraksi dengan orang lain, dalam mengambil keputusan, dan dalam melaksanakan kegiatan pengendalian.