Interaksi Sosial

Penulis: Tim Editor | Kategori: Umum | Tanggal Terbit: | Dilihat: 1812 kali

Pengertian Interaksi Sosial

Pada dasarnya setiap individu merupakan makhluk sosial yang senantiasa hidup dalam lingkup masyarakat, baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis yang di dalamnya saling mengadakan hubungan timbal balik antara individu satu dengan individu lainnya. Salah satu ciri bahwa kehidupan itu ada dengan adanya interaksi, interaksi sosial menjadi faktor utama di dalam hubungan antar dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi (Fathar & Anam, 2014:74). Menurut Setiadi, dkk (2013:95) Interaksi sosial adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Menurut Maryati & Suryawati (2003:22) yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respon antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.

Chaplin (dalam Walgito, 2011:3) mengemukakan bahwa Interaksi sosial adalah hubungan sosial antara individu satu dengan yang lain, yang saling memengaruhi satu dengan yang lainnya. Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan cara individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimanakah pengaruh hubungan itu terhadap dirinya dan lingkungan sekitarnya (Dwistia, dkk, 2013:3).

Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa interaksi sosial merupakan suatu hubungan antar sesama individu maupun kelompok yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi untuk mencapai kepentingan dan tuntutan kehidupan. Interaksi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah interaksi sosial antar teman sebaya ditinjau dari bentuk-bentuk interaksi sosial yang meliputi kerjasama, akomodasi, asimilasi, persaingan.

Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu berhubungan atau berinteraksi dengan manusia yang lain, baik secara individu, antar individu dengan kelompok. Oleh sebab itu, suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi syarat. Menurut Setiadi, dkk (2013:99) syarat-syarat terjadinya interaksi sosial adanya kontak sosial (social contact) dan adanya komunikasi. Sejalan dengan pendapat Hadisumarno (2008:4) “Syarat terjadinya interaksi sosial ada dua yakni kontak sosial dan komunikasi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, syarat-syarat terjadinya interaksi sosial ada dua yakni sebagai berikut:

  1. Kontak Sosial
    Kontak sosial merupakan suatu hubungan yang melibatkan satu atau lebih individu maupun kelompok yang didalamnya terjadi kontak sosial primer dan sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila individu atau kelompok saling bertatap muka dan menghasilkan suatu hubungan fisik maupun non-fisik, sedangkan kontak sosial sekunder terjadi dengan bantuan perantara atau teknologi. Sedangkan menurut Hadisumarno (2008:4) kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak yang lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, setiap pihak tersebut saling berinteraksi antara satu dengan yang lain mesti tidak harus bersentuhan secara fisik”. Bentuk kontak sosial dalam sebuah interaksi sosial dapat berupa kontak langsung yang terjadi melalui hubungan tatap muka atau alat bantu seperti telepon, sedangkan kontak tak langsung terjadi melalui perantara pihak ketiga seperti peran guru BK dalam menyelesaikan konflik antar dua siswa dengan memediasi siswa tersebut secara terpisah.
  2. Komunikasi
    Komunikasi merupakan aktivitas individu atau kelompok dalam menyampaikan pesan sehingga pesan diterima oleh komunikan seperti yang dikehendaki si komunikator. Kemampuan dalam mengirimkan pesan atau informasi dengan baik, kemampuan menjadi pendengar yang baik, serta kemampuan atau keterampilan dalam menggunakan media atau audio visual merupakan bagian yang sangat penting dalam melaksanakan komunikasi yang efektif. Menurut Hadisumarno (2008:4) unsur-unsur komunikasi terbagi atas lima, yaitu komunikator, komunikan, pesan, media dan efek. Adapun unsur-unsur komunikasi dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Komunikator merupakan orang yang menyampaikan pesan; b) Komunikan merupakan orang yang menerima pesan; c) Pesan yakni sesuatu yang disampaikan; d) Media merupakan cara pesan disampaikan dapat berupa ucapan, tulisan atau gambar; e) Efek adalah perubahan yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan dari komunikator.

Bentuk- Bentuk Interaksi Sosial

Interaksi sosial yang terjadi baik antar individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok akan menimbulkan suatu proses sosial. Gillin, J. L dan Gilin, J. P (dalam Maunah, 2016:137) ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial yakni bentuk interaksi sosial yang asosiatif (kerjasama, akomodasi, asimilasi) dan bentuk interaksi sosial yang disosiatif (persaingan, kontraversi, pertentangan). Menurut Setiadi, dkk (2013:101) bentuk-bentuk interaksi sosial berdasarkan proses-prosesnya adalah; a) Bentuk interaksi asosiatif meliputi karjasama (cooperation) dan akomodasi (accommodation); b) Bentuk interaksi disosiatif meliputi persaingan (competition) dan pertentangan (conflict). Sedangkan menurut Soekanto dalam Fatnur & Anam (2014:72) mengemukakan bahwa bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu kerja sama, akomodasi, persaingan dan konflik/pertentangan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, bentuk-bentuk interaksi sosial berdasarkan proses-prosesnya terbagi atas dua, yaitu:

  1. Bentuk interaksi sosial yang asosiatif
    Bentuk interaksi sosial asosiatif merupakan proses interaksi yang cenderung menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas setiap anggota kelompok, yang meliputi:
    1. Kerjasama merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara bersama-sama antar individu dan kelompok dalam mengerjakan suatu aktivitas yang menyangkut pembelajaran di dalam kelas yang di tugaskan oleh guru atau kesadaran dari diri siswa untuk mengerjakan aktivitas tersebut. Menurut Hadisumarno (2008:2) kerja sama yaitu interaksi antara dua kelompok yang saling membantu untuk mencapai tujuan bersama seperti belajar bersama saat hendak ujian, menyanyi bersama dalam suatu pesta, dan bergotong royong dalam membuat jalan desa.
    2. Akomodasi merupakan aturan yang berlaku pada saat proses pembelajaran berlangsung yang meliputi norma dan nilai sosial yang berlaku serta usaha untuk mengontrol emosi di dalam kelas. Akomodasi memiliki bentuk-bentuk yakni:
      1. Corection merupakan bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan;
      2. Compromise merupakan bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihanyang ada;
      3. Arbitration merupakan suatu jalan atau cara untuk mencapai kompromi apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri;
      4. Conciliation merupakan suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama;
      5. Toleration merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya;
      6. Stalemate merupakan suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangan nya;
      7. Adjudication merupakan penyelesaian perkara atas sengketa di pengadilan (Maunah, 2016:140).
    3. Asimilasi merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh siswa untuk mengurangi perbedaan-perbedaan pendapat, kebiasaan, yang terjadi antar individu atau kelompok untuk mempertinggi kesatuan tindak dan sikap dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama di dalam kelas. Asimilasi dapat timbul apabila ada kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya, orang-perorangan sebagai kelompok saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri (Maunah, 2016:141).
  2. Bentuk interaksi sosial yang disosiatif
    Bentuk interaksi sosial disosiatif dapat diartikan sebagai cara berjuang individu untuk melawan individu lain atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu, proses ini dibedakan dalam tiga bentuk yaitu:
    1. Persaingan merupakan usaha yang dilakukan oleh siswa baik individu maupun kelompok secara jujur, tanpa ada kecurangan dalam mendapatkan nilai atau prestasi (peringkat atau penghargaan) di dalam kelas. Interaksi antara dua kelompok yang bersifat persaingan seperti lomba pidato, lomba mengarang, dan pertandingan sepak bola (Hadisumarno, 2008:2).
    2. Kontravensi merupakan proses sosial yang ditandai dengan adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka terhadap seseorang yang disembunyikan dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menimbulkan pertikaian atau pertentangan. Bentuk kontravensi terbagi lima, yaitu:
      1. Kontravensi umum meliputi perbuatan seperti mengacaukan, protes, demo, perbuatan menghalang-halangi serta gangguan-gangguan;
      2. Kontravensi sederhana seperti tidak setuju adanya pendapat, menyangkal pernyataan orang lain, memaki, memfitnah;
      3. Kontravensi intensif seperti penghasut, menyebarkan berita yang tidak benar yang mengecewakan pihak lain;
      4. Kontravensi bersifat rahasia berupa mengumumkan rahasia orang, berkhianat;
      5. Kontravensi taktis berupa mengejutkan lawan, mengganggu, membingungkan pihak lain (Maunah, 2016:145).
    3. Pertentangan merupakan suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan. Interaksi antara dua kelompok yang bersifat pertentangan seperti pertentangan dua kelompok preman untuk memperebutkan lahan parkir (Hadisumarno, 2008:2).

Jenis-Jenis Interaksi Sosial

Dalam memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial tentunya terjadi hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antara individu dan kelompok sosial. Hubungan timbal balik antara individu dan kelompok sosial tersebut merupakan salah satu jenis interaksi sosial. Menurut Hadisumarno (2008:2) menjelaskan bahwa Jenis-jenis interaksi sosial yakni interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan interaksi kelompok dengan kelompok. Sejalan dengan pendapat Setiadi, dkk (2013:96) Jenis-jenis interaksi sosial yakni secara individu, individu dengan kelompok dan antar kelompok.

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis interaksi sosial terbagi atas tiga:

  1. Interaksi antara individu dengan individu dimana individu saling mempengaruhi individu lainnya sehingga muncul reaksi, tanggapan atau respons, seperti seorang anak dengan seorang teman sekolahnya atau guru dengan siswanya;
  2. Interaksi antara individu dengan kelompok dimana seorang individu berinteraksi sosial dengan kelompok sehingga saling mempengaruhi, seperti seorang guru dengan siswa-siswanya di dalam kelas atau seorang ketua kelas dengan teman-temannya dalam satu kelas;
  3. Interaksi antara kelompok dengan kelompok dimana individu-individu dalam kelompok merupakan satu kesatuan yang berhubungan dengan individu-individu dalam kelompok lainnya, seperti pertukaran pelajar antar sekolah.

Faktor-Faktor Pendorong Interaksi Sosial

Berlangsungnya proses interaksi sosial dapat terjadi dari beberapa faktor yang mempengaruhi. Soekanto (2010:69) faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial yaitu:

  1. Faktor imitasi;
  2. Faktor sugesti;
  3. Faktor identifikasi;
  4. Faktor simpati.

Sejalan dengan pendapat Hadisumarno (2008:7) menjelaskan bahwa faktor-faktor pendorong interaksi sosial terbagi atas empat, yaitu imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.

Dari pendapat ahli di atas dapat dijabarkan bahwa faktor-faktor pendorong interaksi sosial terbagi atas empat, yaitu:

  1. Imitasi atau peniruan merupakan suatu interaksi sosial yang terjadi karena seseorang melakukan peniruan tentang perilaku orang lain, seperti meniru perilaku ibu, ayah, kakak dan temannya;\
  2. Sugesti atau anjuran berarti pengaruh dari seseorang yang dapat diterima orang lain, pada umumnya sugesti itu diterima oleh seseorang tanpa berpikir terlebih dahulu;
  3. Simpati berarti rasa senang atau tertarik pada orang lain karena merasakan apa yang dilakukan, dialami, atau diderita oleh orang lain;
  4. Identifikasi merupakan kecendrungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menyamakan dirinya dengan orang.