Fraudulent Financial Reporting

Penulis: Tim Editor | Kategori: Akuntansi | Tanggal Terbit: | Dilihat: 794 kali

Pengertian Fraudulent Financial Reporting

Fraudulent financial reporting atau di kenal juga dengan kecurangan laporan keuangan. Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraudulent financial reporting atau financial statement fraud terjadi dimana seorang karyawan sengaja menyebabkan salah saji atau penghilangan material facts atau data akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan, sehingga siapapun yang membaca akan mengubah keputusannya. ACFE menekankan pada proses pengambilan keputusan investor yang bergantung pada laporan keuangan yang diberikan. Dalam data survei ACFE tahun 2016 kecurangan laporan keuangan adalah yang paling mahal dari kecurangan pekerjaan yang menyebabkan kerugian rata-rata 975 ribu dolar. Dalam praktiknya, kecurangan keuangan pada pokoknya terdiri dari pemalsuan laporan keuangan yang mencakup manipulasi elemen yang melebih-lebihkan aset, penjualan dan keuntungan, atau mengecilkan kewajiban, biaya, atau kerugian (Dalnial, Kamaluddin, Sanusi, & Khairuddin, 2014).

Pelaporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan dapat mengakibatkan turunnya integritas informasi keuangan dan dapat mempengaruhi berbagai pihak. Bukan hanya investor dan kreditor, auditor juga salah satu korban fraudulent financial reporting karena mereka mungkin menderita kerugian keuangan dan/atau kehilangan reputasi (Rezaee, 2002). Maka dari itu, auditor haruslah memahami cara-cara yang ditempuh pihak tertentu dalam melakukan praktik kecurangan.

Tipe Fraudulent Financial Reporting

Menurut SAS No. 99 (2003) terdapat dua jenis kesengajaan penyalahsajian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan dan pertimbangan auditor atas terjadinya fraud, yaitu:

  1. Fraudulent financial reporting didefinisikan sebagai salah saji yang disengaja atau kelalaian dalam jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang didesain untuk merugikan pengguna laporan keuangan.
  2. Misappropriation of assets atau penyalahgunaan aset yang dapat dilakukan dalam beberapa cara termasuk menggelapkan penerimaan, mencuri aset berwujud dan tidak berwujud, atau menyebabkan organisasi membayar untuk barang dan jasa yang tidak diterima.

Pelaku Fraudulent Financial Reporting

Financial statement fraud dilakukan oleh siapa saja pada level apa pun, siapa pun yang memiliki kesempatan (Nguyen, 2008). Menurut Taylor (2004), terdapat dua kelompok utama pelaku fraudulent financial reporting. Urutan keterlibatan pelaku dijelaskan sebagai berikut:

  1. Senior manajemen (CEO, CFO, dan lain-lain). CEO terlibat fraud pada tingkat 72%, sedangkan CFO pada tingkat 43 %.
  2. Karyawan tingkat menengah dan tingkat rendah. Karyawan ini bertanggungjawab pada anak perusahaan, divisi, atau unit lain dan mereka dapat melakukan kecurangan pada laporan keuangan untuk melindungi kinerja mereka yang buruk atau untuk mendapatkan bonus berdasarkan hasil kinerja yang lebih tinggi.

Pendeteksian Fraudulent Financial Reporting

Pendeteksian terhadap fraudulent financial reporting tidak selalu mendapat titik terang karena berbagai motivasi yang mendasarinya serta banyaknya metode untuk melakukan fraudulent financial reporting (Brenan dan McGrath, 2007). Kecurangan laporan keuangan yang tidak terdeteksi dapat berkembang menjadi skandal besar yang merugikan banyak pihak (Skousen et al., 2009). Hal ini sering kali terjadi diawali dengan salah saji dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material.

Langkah pertama untuk mendeteksi kecurangan adalah dengan mengetahui dimana pertama kali harus memulai menerapkan kontrol, setelah itu memahami faktor-faktor yang menyebabkan kecurangan dan mendefinisikan area utama dengan melaksanakan pemeriksaan lebih rinci untuk memperkirakan akun mana yang paling beresiko, hal tersebut adalah cara mendeteksi kecurangan yang paling efektif. Pada tahap ini kecurigaan dan keraguan auditor adalah pokok penting. Terlebih lagi auditor harus mengevaluasi semua proses dengan keraguan yang professional saat mendeteksi kecurangan. Perlu diingat bahwa semua buku dan laporan keuangan mungkin mengandung aplikasi yang menipu dan semua dokumen bisa jadi palsu. Hal ini bukan berarti tidak percaya tapi untuk kepentingan penyelidikan (AICPA, 2002).