Cerita anak adalah cerita yang ditulis untuk anak dan berbicara mengenai kehidupan anak dan sekeliling yang mempengaruhi anak serta cerita itu hanya dapat dinikmati oleh anak dengan bantuan dan pengarahan orang dewasa. Puryanto (2008: 7) menyatakan bahwa cerita anak adalah mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak. Cerita anak adalah buku bacaan yang sengaja ditulis untuk dibaca anak-anak. Isi buku tersebut harus sesuai dengan minat dan dunia anak-anak, sesuai dengan tingkat perkembangan emosional dan intelektual anak, sehingga dapat memuaskan mereka.
Jenis-jenis Cerita Anak
Menurut Rosdiana (2009:27) Jenis-jenis cerita anak dapat dikelompokkan sebagai berikut:
- Mitos
Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, petualangan para dewa. Mitos ada yang berasal dari Indonesiadan ada juga yang berasal dari luar negeri. Contoh mitos: Cerita Jaka Tarub dan Dewi Nawang Wulan. - Legenda
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Contoh legenda: Legenda Ikan Patin. - Cerita Rakyat
Cerita Rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Contoh cerita rakyat: Malin Kundang, Timun Mas. - Cerita Pendek
Cerita Pendek sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lainnya. - Dongeng
Dongeng adalah cerita khayal semata yang sulit dipercaya kebenarannya. Dalam dongeng disajikan hal-hal yang ajaib, aneh, dan tidak masuk akal. Dahulu dongeng diciptakan untuk anak kecil, isinya penuh dengan nasihat.
Unsur-unsur Cerita Anak
Dalam cerita anak unsur-unsur pembangunnya antara lain tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, dan amanat. Keterkaitan unsur-unsur pembangun cerita anak tersebut membentuk kesatuan yang utuh. Berikut akan dipaparkan pengertian masing-masing unsur-unsur dalam cerita anak.
- Tema
Tema dalam sebuah cerita ibarat pondasi pada sebuah bangunan. Ini artinya unsur yang pertama harus ada dalam sebuah cerita adalah tema. Jika kita renungi hasil membaca sebuah cerita, akan kita rasakan bahwa pengarang bercerita tidak hanya sekedar ingin menyampaikan sebuah cerita. Ada sesuatu yang dibungkus dalam cerita. Ada suatu konsep yang dikembangkan dalam cerita. Pengarang mempunyai alasan mengapa ia menyajikan sebuah cerita. Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari cerita itulah yang disebut tema.
Menurut Rosdiana (2009: 617) “Di dalam sebuah tema terkandung sebuah amanat yang menjadi ujung tombak atau tujuan utama seorang pengarang membuat sebuah cerita. Amanat dalam cerita anak harus sesuai dengan usia dan perkembangan jiwa. Anak-anak yang menjadi sasaran cerita tersebut”. Cerita anak-anak umumnya bersifat didaktis. Oleh karena itu, tema atau amanat yang terkandung dalam cerita anak-anak berisi pertentangan baik dan buruk. Secara lebih konkret tema bertentangan baik dan buruk ini dinyatakan di dalam bentuk kejujuran melawan kebohongan, keadilan melawan kezaliman, kelembutan melawan kekerasan. Adakalanya tema cerita dinyatakan dengan jelas atau eksplisit. Contohnya petualangan tiga sekawan, kancil dan kera, si kabayan. - Tokoh dan Penokohan
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 2009:165) “tokoh cerita merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan”. Jadi dapat dikatakan bahwa tokoh cerita adalah individu rekaan yang mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita. Berdasarkan peranan dan tingkat pentingnya tokoh, tokoh terdiri atas tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit dibandingkan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh utama secara langsung.
Penokohan atau perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah,pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat-istiadatnya, dan sebagainya. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (1995:165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dapat dikatakan bahwa penokohan adalah penggambaran atau pelukisan mengenai tokoh cerita baik lahirnya maupun batinnya oleh seorang pengarang. Menurut Nurgiyantoro (1995:194-210) ada dua penggambaran penokohan sebagai berikut:- Secara eksplositori, yaitu teknik analitis dimana pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi,uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita dihadirkan tanpa berbelit-belit melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi yang mungkin berupa sikap, sifat atau bahkan ciri fisiknya.
- Secara dramatik, yaitu dilakukan secara tidak langsung. Artinya pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktvitas yang dilakukan baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku dan juga melalui peristiwa yang terjadi.
- Latar
Latar atau setting adalah lingkungan fisik tempat kegiatan berlangsung. Dalam pengertian yang lebih luas, latar mencakup tempat dalam waktu dan kondisi-kondisi psikologis dari semua yang terlibat dalam kegiatan itu. Latar acapkali sangat penting memberi sugesti akan ciri-ciri tokoh dan dalam menceritakan suasana sesuatu karya sastra. Semua ini sering dikembangkan dengan pemerian atau deskripsi. Menurut Laverty 1971, (Tarigan, 1990:164) Tiap-tiap karya sastra mengambil tempat dalam suatu latar tertentu yang terdiri dari daerah pemukiman (rumah, masyarakat, wilayah, negara) dan kepercayaan-kepercayaan serta nilai-nilai (sosial), moral, ekonomi, politik, psikologi) dari orang-orang yang tinggal di situ.
Dalam satu dua karya, kalaupun ada latarnya tidak begitu berarti tetapi kepentingannya mungkin sekali beraneka ragam tergantung pada maksud dan tujuan kepercayaan seseorang pengarang bahwa lingkungan membayangkan, menentukan, serta mengawasi kehidupan manusia bahwa suatu karya akan menggambarkan sikap serta moral orang-orang. - Alur
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberi makna kata alur yang berhubungan dengan sastra sebagai rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui kerumitan ke arah klimaks dan penyelesaian, jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Dalam cerita anak, penggunaan alur tidak serumit dalam cerita orang dewasa. Hal itu disebabkan oleh pengalaman dan daya pikir anak yang masih terbatas untuk memahami ide-ide yang rumit. Menurut Brooks dan Warren (Tarigan, 1990:156) setiap fiksi haruslah bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu pertengkaran, menuju suatu akhir; atau dengan istilah lain: dari suatu eksposisi melalui komplikasi menuju resolusi. - Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca cerita. Amanat atau pesan adalah pelajaran berharga dalam cerita yang dapat diteladani atau dihindari (Krismarsanti, 2008:9). Amanat menurut Siswandarti (2009: 44) adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita, baik tersurat maupun tersirat. Nurgiyantoro (2010:321) “Amanat dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca”.