10 Model Penelitian Pengembangan Media Pembelajaran Bagian 1

Penulis: Edi Elisa | Kategori: Penelitian dan Pengembangan | Tanggal Terbit: | Dilihat: 75 kali

Pengembangan media pembelajaran memerlukan pendekatan yang terstruktur dan sistematis agar hasil akhirnya efektif dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah melalui penelitian pengembangan (Research and Development/R&D). Berikut ini adalah 10 model pengembangan media pembelajaran yang umum digunakan oleh peneliti, guru, maupun praktisi pendidikan.

1. Model ADDIE

Model ADDIE adalah salah satu model pengembangan yang paling banyak digunakan karena pendekatannya yang sistematis dan fleksibel. ADDIE merupakan akronim dari lima tahap: Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Setiap tahap membantu pengembang untuk merancang media pembelajaran dengan dasar kebutuhan yang teridentifikasi secara jelas. Pada tahap Analysis, dilakukan identifikasi kebutuhan belajar dan karakteristik siswa. Tahap Design mencakup perencanaan strategi, konten, dan media yang akan digunakan. Kemudian pada tahap Development, media mulai dikembangkan dan diuji secara internal. Implementation adalah tahap penerapan media di lingkungan belajar, dan Evaluation dilakukan untuk menilai efektivitas dan efisiensi media yang dikembangkan.

Tahapan Model ADDIE:

  1. Analysis
  2. Design
  3. Development
  4. Implementation
  5. Evaluation

Baca selengkapnya disini

2. Model Borg and Gall

Model ini dirancang khusus untuk penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan. Prosesnya panjang dan komprehensif, mencakup 10 tahap mulai dari studi pendahuluan hingga diseminasi produk. Borg and Gall sangat cocok digunakan dalam pengembangan produk pendidikan berbasis uji coba dan validasi. Kekuatan utama model ini terletak pada keterlibatan berbagai tahap validasi, termasuk uji coba terbatas, revisi, dan uji coba lapangan utama. Produk akhir yang dihasilkan melalui model ini memiliki tingkat validitas yang tinggi karena telah melewati berbagai tahapan evaluasi formatif.

Tahapan Model Borg and Gall:

  1. Penelitian dan pengumpulan data
  2. Perencanaan
  3. Pengembangan produk awal
  4. Uji coba lapangan awal
  5. Revisi hasil uji coba awal
  6. Uji coba lapangan utama
  7. Revisi produk operasional
  8. Uji validitas produk
  9. Revisi akhir produk
  10. Diseminasi dan implementasi

Baca selengkapnya disini

3. Model Alessi & Trollip

Model Alessi dan Trollip dikembangkan khusus untuk pengembangan media pembelajaran berbasis komputer, menjadikannya sangat relevan dalam era digital saat ini. Model ini menekankan bahwa pengembangan media tidak hanya tentang konten, tetapi juga harus mencakup elemen interaktivitas, antarmuka pengguna, dan pengujian terus-menerus selama proses produksi.

Model ini terdiri dari tiga tahap utama, yaitu Perencanaan (Planning), Desain (Design), dan Pengembangan (Development). Pada tahap perencanaan, pengembang menentukan tujuan instruksional, menganalisis karakteristik pengguna, dan memilih platform media yang sesuai. Tahap desain berfokus pada penyusunan storyboard, skenario navigasi, hingga antarmuka pengguna. Selanjutnya, tahap pengembangan mencakup pembuatan produk, pengujian teknis, revisi, dan validasi oleh pengguna akhir. Model ini sangat cocok digunakan ketika mengembangkan multimedia interaktif, video tutorial, aplikasi pembelajaran, atau courseware digital, karena memberikan perhatian khusus pada aspek usability dan user experience.

 Tahapan Model Alessi & Trollip:

  1. Planning (Perencanaan)
  2. Design (Desain)
  3. Development (Pengembangan)

Baca selengkapnya disini

4. Model 4D (Define, Design, Develop, Disseminate)

Model 4D dikembangkan oleh Thiagarajan dan kawan-kawan, dan sangat populer dalam pengembangan perangkat pembelajaran. Tahapan utamanya mencakup Define, Design, Develop, dan Disseminate. Model ini menekankan proses iteratif dan penyempurnaan produk sebelum disebarluaskan. Tahap Define digunakan untuk menganalisis kebutuhan dan menetapkan tujuan pembelajaran. Pada tahap Design, media dirancang dan dikembangkan pada tahap Develop. Akhirnya, pada tahap Disseminate, produk yang telah siap disebarkan ke khalayak lebih luas. Model ini efektif untuk pengembangan media pembelajaran dalam konteks formal seperti sekolah dan perguruan tinggi.

Tahapan Model 4D:

  1. Define
  2. Design
  3. Develop
  4. Disseminate

Baca selengkapnya disini

5. Model Hannafin & Peck

Model ini menekankan proses pengembangan yang bersifat iteratif dan evaluatif. Tiga tahap utama dalam model ini adalah: Analisis kebutuhan, Desain sistem, dan Pengembangan serta Implementasi. Model ini menempatkan umpan balik formatif sebagai komponen penting dalam setiap tahap. Keunggulan model Hannafin & Peck terletak pada fleksibilitasnya dalam menerima dan mengakomodasi perubahan berdasarkan hasil evaluasi formatif. Oleh karena itu, model ini sangat cocok untuk pengembangan media digital atau interaktif yang memerlukan revisi berulang.

Tahapan Model Hannafin & Peck:

  1. Analisis kebutuhan
  2. Desain sistem
  3. Pengembangan dan implementasi

Baca Selengkapnya disini

6. Model Plomp

Model Plomp sangat erat kaitannya dengan pendekatan Design-Based Research (DBR) yang menekankan iterasi dan evaluasi dalam pengembangan produk. Tiga tahap utama dalam model ini meliputi Preliminary Research, Prototyping Phase, dan Assessment Phase. Pada tahap Preliminary Research, peneliti melakukan analisis konteks dan identifikasi kebutuhan. Prototyping Phase melibatkan desain dan pengembangan prototipe secara iteratif dengan evaluasi formatif pada setiap siklus. Terakhir, Assessment Phase dilakukan untuk menilai apakah produk yang dikembangkan telah memenuhi kriteria yang diinginkan.

Tahapan Model Plomp:

  1. Preliminary Research
  2. Prototyping Phase
  3. Assessment Phase

Baca selengkapnya disini

7. Model Lee & Owens

Model ini dikembangkan khusus untuk pengembangan media berbasis teknologi seperti e-learning. Tahapannya meliputi Analisis, Desain, Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi. Model ini sangat cocok untuk proyek media digital yang memerlukan pendekatan praktis dan terstruktur. Keunggulan model Lee & Owens terletak pada kemampuannya menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Selain itu, model ini juga memberikan ruang untuk pengembangan multimedia interaktif dan pembelajaran berbasis web.

Tahapan Model Lee & Owens:

  1. Analisis
  2. Desain
  3. Pengembangan
  4. Implementasi
  5. Evaluasi

Baca Selengkapnya disini

8. Model Kemp

Model Kemp, yang dikembangkan oleh Morrison, Ross, dan Kemp, memiliki pendekatan yang tidak linier. Semua komponen dalam model ini dapat dikerjakan secara paralel, seperti analisis kebutuhan, perumusan tujuan, pemilihan strategi pembelajaran, dan evaluasi. Model ini sangat fleksibel dan memungkinkan pengembang untuk menyesuaikan alur kerja sesuai dengan kebutuhan proyek. Cocok digunakan dalam proyek-proyek pengembangan media berbasis proyek atau kurikulum yang kompleks.

Tahapan Model Kemp:

  1. Identifikasi kebutuhan instruksional
  2. Analisis karakteristik peserta didik
  3. Spesifikasi tujuan instruksional
  4. Seleksi isi dan pengorganisasian
  5. Pengembangan strategi pembelajaran
  6. Perencanaan pesan dan media
  7. Pengembangan alat evaluasi
  8. Perencanaan dan pengelolaan proyek

Baca Selengkapnya disini

9. Model ASSURE

ASSURE merupakan model yang dirancang untuk membantu guru merancang pembelajaran berbasis teknologi. Model ini terdiri dari enam tahap: Analyze Learners, State Objectives, Select Methods and Media, Utilize Media, Require Learner Participation, dan Evaluate and Revise. Keunggulan model ini adalah kemampuannya mengintegrasikan media dan teknologi dalam proses pembelajaran. Model ini sangat praktis dan mudah diterapkan dalam setting kelas, khususnya saat menggunakan media interaktif.

Tahapan Model ASSURE:

  1. Analyze learners
  2. State objectives
  3. Select methods, media, and materials
  4. Utilize media and materials
  5. Require learner participation
  6. Evaluate and revise

Baca selengkapnya disini

10. Model Rapid Prototyping

Rapid Prototyping (RP) adalah model pengembangan yang berfokus pada pembuatan prototipe awal (draft produk/media) secara cepat, kemudian mengujinya untuk mendapatkan umpan balik pengguna secara langsung, lalu merevisinya secara berulang hingga produk akhir terbentuk. Model ini sangat cocok untuk pengembangan media pembelajaran digital seperti video interaktif, simulasi, aplikasi edukatif, maupun modul e-learning.

Tahapan Model ARCS:

  1. Analisis Awal
  2. Desain Cepat (Quick Design)
  3. Pengembangan Prototipe
  4. Uji Coba Pengguna (User Testing)
  5. Revisi & Iterasi
  6. Finalisasi Produk

Baca selengkapnya disini

Perbandingan Antar Model

ModelFokus UtamaKarakteristik
ADDIEDesain instruksional umumSistematis dan linier
Borg and GallPenelitian dan pengembangan pendidikanKomprehensif dengan banyak tahap validasi
Model Alessi & TrollipPengembangan media digitalPraktis dan fleksibel 
4DPengembangan media berbasis kurikulumFokus pada penyempurnaan bertahap
Hannafin & PeckDesain iteratif dan evaluatifResponsif terhadap umpan balik
PlompPendekatan Design-Based ResearchIteratif dan berbasis evaluasi formatif
Lee & OwensMedia digital dan e-learningPraktis dan sesuai perkembangan teknologi
KempDesain instruksional fleksibelNon-linier dan fleksibel
ASSUREPembelajaran berbasis teknologiPraktis untuk guru di kelas
Model Rapid PrototypingPengembangan cepat dan iteratifPrototipe awal diuji sebelum final

Dengan memahami berbagai model pengembangan media pembelajaran di atas, pengembang dan peneliti dapat memilih pendekatan yang paling sesuai dengan tujuan, konteks, dan jenis media yang ingin dikembangkan. Pemilihan model yang tepat akan membantu menghasilkan produk yang tidak hanya inovatif tetapi juga efektif dalam meningkatkan hasil belajar.