Diperbarui tanggal 3/Des/2021

Tokoh

kategori Bahasa dan Sastra Indonesia / tanggal diterbitkan 3 Desember 2021 / dikunjungi: 5.43rb kali

Pengertian Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa. Aminudin (1995: 79) berpendapat bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga pelaku itu mampu menjalin suatu cerita. Sayuti (1996 : 43) menegaskan bahwa tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita itu. Baldic (Nurgiyntoro, 2013: 247) menjelaskan bahwa tokoh adalah orang yang menjadi pelaku dalam cerita fiksi atau drama. Tokoh-tokoh cerita fiksi hadir sebagai seseorang yang berjatidiri, bukan sebagai sesuatu yang tanpa karakter. Justru karena setiap tokoh hadir dengan kualifikasi tersebut kemudian dapat dibedakan antara tokoh satu dengan tokoh lainnya. Jadi, aspek kualitas kedirian dan jatidiri seorang tokoh penting untuk diketengahkan karena dari situlah pertama-tama dan yang utama identitas tokoh akan dikenali. Kualitas jatidiri tidak semata-mata berkaitan dengan ciri fisik, melainkan terlebih berwujud kualitas nonfisik. Oleh karena itu, tokoh cerita dapat dipahami sebagai kumpulan kualitas mental, emosional, dan sosial yang membedakan seseorang dengan orang lain, (Lukens dalam Nurgiyantoro, 2013: 223).

Jadi, aspek nonfisik, mental, emosional, moral, dan sosial, dalam hubungannya dengan tokoh cerita fiksi dipandang lebih penting daripada sekedar aspek fisik. Dalam realitas kehidupan sehari-hari, berbagai unsur aspek nonfisik lebih menunjukan jatidiri, lebih menunjukan ciri karakter seseorang. Dalam kaitannya untuk mengenali dan mengidentifikasi jatidiri seseorang pun yang dalam hal ini adalah tokoh cerita pemahaman aspek-aspek nonfisik ini juga lebih penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu, Abrams (Nurgiyantoro, 2013: 223) mengemukakan bahwa tokoh cerita dapat dipahami sebagai seseorang yang ditampilkan dalam teks cerita naratif (juga: drama) yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu sebagaimana yang diekspresikan lewat kata-kata dan ditunjukan dalam tindakan.Usaha mengidentifikasi dan mengenali jatidiri seseorang lebih tepat jika dilakukan dengan melihat apa yang diucapkan dan apa yang dilakukan.

Walaupun demikian, hal itu tidak perlu diartikan bahwa ciri dan kualitas fisik menjadi tidak penting. Kualitas fisik atau ciri-ciri fisik tertentu, termasuk di dalamnya jenis kelamin, usia, dan postur tubuh juga penting. Apalagi kualitas fisik tersebut ada kaitannya dengan karakter tokoh atau kualitas jatidiri dan karakter seseorang tokoh harus sesuai dan mencerminkan kondisi fisik. Penokohan yang kuat dalam sebuah cerita antara lain adalah ada keterkaitannya yang harmonis antara keadaan dan kualitas fisik dan nonfisik. Bentuk fisik seseorang adakalanya sudah mencerminkan keadaan mentalnya. Dalam sebuah cerita fiksi yang baik, bentuk fisik seorang tokoh sekaligus mencerminkan kualitas sikap dan perilaku, (Nurgiyantoro, 2013: 224).
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan tokoh merupakan individu-individu yang dilukiskan pengarang dalam cerita fiksi, mempunyai watak dan bentuk fisik tertentu yang mencerminkan sikap dan perilaku sesuai dengan kebutuhan cerita.

Penokohan

Penokohan sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Masalah penokohan merupakan salah satu hal yang kehadirannya dalam sebuah fiksi amat penting karena tidak akan mungkin ada suatu karya fiksi tanpa adanya tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak yang akhirnya memebentuk alur cerita. Penokohan merupakan cara pengarang mengembangkan karakter pada tokoh cerita. Menurut Jones (Nurgiyantoro, 2013: 247) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Sedangkan Baldic (Nurgiyantoro, 2013: 247) penokohan adalah pengahadiran tokoh dalam cerita fiksi atau drama dengan cara langsung atau tidak langsung dan mengundang pembaca untuk menafsirkan kualitas dirinya lewat kata dan tindakannya.

Menurut Sudjiman (Rokhmansyah, 2014:34) menyamakan istilah penokohan dengan watak atau perwatakan, yakni kualitas nalar dan jiwa tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain.Sedangkan menurut Ahadiat (2007:36) penokohan adalah bagaimana cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah prosa. Dengan demikian istilah penokohan memiliki pengertian yang lebih luas karena mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana karakternya, bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga bisa memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

Jenis Tokoh

  1. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
    Jika dilihat dari peran-peran tokoh dalam perkembangan plot dapat dibedakan adanya tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, (Nurgiyantoro, 2013:259).Tokoh utama dapat saja hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang besangkutan, tetapi tokoh utama juga bisa tidak muncul dalam setiap kejadian atau tidak ditunjuk dalam setiap bab, namun ternyata dalam kejadian atau bab tersebut tetap erat kaitannya atau dapat dikaitkan dengan tokoh utama. Keutamaan mereka ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara keseluruhan.

    Pembaca dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat keseringan pemunculan dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan keseringan pemunculannya dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu lewat judul cerita juga dapat diketahui tokoh utamanya (Aminudin, 2002:20). Penentuan tokoh utama dalam sebuah cerita dapat dilakukan dengan cara yaitu tokoh yang paling terlibat dengan tema, tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, tokoh yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan. Apabila ada keraguan, tokoh mana yang merupakan tokoh utama, barulah ketiganya digunakan menurut urutan (Esten, 1984: 35).

    Tokoh tambahan adalah tokoh yang mendukung adanya tokoh utama, biasanya pemunculannya diabaikan dan kurang mendapat perhatian.Tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit dibandingkan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh utama secara langsung. Berdasarkan penjelasan yang telah duraikan tokoh utama dan tokoh tambahan tidak dapat dibedakan secara eksak. Pembedaan itu lebih bersifat gradasi karena kadar keutamaan tokoh-tokoh itu bertingkat, tokoh utama yang utama, tokoh utama tambahan, tokoh tambahan utama dan tokoh tambahan yang memang tambahan.
  2. Tokoh Protagonis dan Antagonis
    Jika dilihat dari fungsi penampilam tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero, tokoh yang merupakan perwujudan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita, (Altenbernd dan Lewis; Baldic dalam Nurgiyantoro, 2013: 261). Membaca sebuah novel pembaca sering mengidentifikasi diri dengan tokoh-tokoh tertentu, memberikan rasa simpati dan empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh yang disikapi demikian oleh pembaca disebut sebagai tokoh protagonis (Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyantoro, 2013: 261).Sedangkan Tokoh antagonis merupakan tokoh yang menjadi penyebab terjadinya konflik. Tokoh antagonis adalah tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis secara langsung maupun tidak langsung, bersifat fisik maupun batin, (Nurigiyantoro, 2013: 261).

    Berdasarkan penjelasan dapat dipahami tokoh protagonis membawakan watak yang bertentangan dengan tokoh antagonis yang menyampaikan nilai-nilai negatif. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang membawakan misi kebenaran dan kebaikan untuk menciptakan situasi kehidupan masyarakat yang damai, aman, dan sejahtera.
  3. Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat
    Pembedaan tokoh berdasarkan perwatakannya dibagi menjadi dua, yaitu tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana merupakan tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu. Tokoh sederhana tidak memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sifat, sikap dan tingkah laku seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton dan hanya mencerminkan satu kualitas watak tertentu. 

    Sedangkan tokoh bulat merupakan tokoh yang memiliki dan dungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiannya dan jati dirinya. Tokoh bulat dapat memiliki karakter tertentu yang dapat diformulasikan, namun tokoh ini dapat pula menampilkan karakter dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan mungkin tampak bertentangan dan sulit diduga. Dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya karena disamping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, tokoh bulat sering memberikan kejutan, (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2013: 267). Tokoh bulat juga disebut tokoh kompleks.
    Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya tokoh sederhana tampak kurang sesuai dengan realitas kehidupan sebab tidak ada seorang pun yang hanya memiliki satu sifat tertentu. Manusia adalah makhluk yang kompleks, memiliki sifat yang tidak terduga dan tidak jarang bersikap dan bertindak secara mengejutkan. Dengan demikian tokoh bulat lebih mecerminkan realitas kehidupan manusia. Tokoh bulat dalam sebuah novel biasanya lebih menarik dari pada tokoh sederhana. Namun, hal itu tidak perlu dartikan bahwa tokoh sederhana menjadi tidak menarik dan tidak perlu ada.
  4. Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang
    Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-tokoh dalam cerita dibagi menjadi dua, yaitu tokoh statis dan tokoh berkembang. Tokoh statis merupakan tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi (Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyantoro, 2013: 273). Tokoh jenis ini tampak seperti kurang terlibat dan tidak terpengaruh oleh adanya perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi karena adanya hubungan antar manusia. Jika diibaratkan, tokoh statis adalah bagaikan batu karang yang tidak tergoyahkan walau tiap hari dihantam ombak. Tokoh statis memiliki sikap dan watak yang relative tetap, tidak berkemabang sejak awal hingga akhir cerita. 

    Tokoh berkembang merupakan tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan. Tokoh berkembang secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, alam, maupun yang lain yang semuanya itu akan mempengaruhi sikap wataknya. Tokoh berkembang akan mengalami perkembangan dan perubahan dari awal, tengah dan akhir cerita sesuai dengan tuntutan logika cerita secara keseluruhan. Pada umumnya tokoh statis adalah tokoh sederhana karena tidak diugkap berbagai keadaan sisi kehidupannya, hanya memiliki satu kemungkinan watak saja hingga akhir cerita. Tokoh berkembang sebaliknya, akan cenderung menjadi bulat. Hal itu disebabkan adanya berbagai perubahan dan perkembangan sikap dan tingkah laku itu memungkinkan dapat diungkapkannya berbagai sisi kehidupannya. Namun, sebagaimana halnya pembedaan antara tokoh sederhana dengan tokoh bulat yang lebih bersifat gradasi, pemebedaan antara tokoh statis dan berkembang ini pun lebih kurang sama lebih bersifat gradasi.
  5. Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral
    Berdasarkan pencerminan tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh tipikal dan tokoh netral. Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkam keadaan individualtasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya (Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyantoro, 2013: 275). Tokoh tipikal merupakan penggambaran, pencerminan atau penunjukan terhadap orang atau sekelompok orang yang terikat dalam sebuah  lembaga atau seorang individu sebagai bagian dari suatu lembaga yang ada dunia nyata. Tokoh netral merupakan tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Tokoh netral benar-benar merupakan tokoh imajinatif yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi. Tokoh netral hadir semata-mata demi cerita dan yang diceritakan. Kehadirannya tidak dibuat-buat untuk mewakili atau menggambarkan sesuatu diluar dirinya.

Teknik Penokohan

Secara garis besar teknik pelukisan tokoh atau penokohan dalam suatu karya atau lengkapnya pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan jati diri tokoh dapat dibedakan ke dalam dua cara atau teknik, yaitu teknik analitik dan teknik dramatik.

  1. Teknik Analitik
    Menurut Nurgiyantoro (2013: 279-280) teknik analitik merupakan penokohan cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang kehadapan pembaca dengan cara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku atau bahkan juga ciri fisiknya.
  2. Teknik Dramatik
    Penampilan tokoh cerita dalam teknik dramatik, artinya mirip dengan yang ditampilkan pada drama, yaitu dilakukan secara tidak langsung. Pengarang tidak mendeskripsikan secara ekplisit sifat dan sikap serta tingkah laku para tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh tokoh cerita untuk menunjukan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal maunpun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku dan juga melalui peristiwa yang terjadi, (Nurgiyantoro, 2013: 283).
    Penampilan tokoh secara dramatik dapat dilakukan lewat sejumlah teknik, yaitu:
    1. Teknik Cakapan
      Percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. Percakapan yang baik, efektif dan lebih fungsional adalah yang menunjukan perkembangan plot dan sekaligus mencerminkan karakter tokoh pelakunya.
    2. Teknik Tingkah Laku
      Jika teknik cakapan dimaksudkan untuk menunjukan tingkah laku verbal yang berwujud kata-kata atau dialog para tokoh, teknik tingkah laku menunjuk pada tindakan nonverbal. Apa yang dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku dapat dipandang sebagai reaksi, tanggapan, sifat dan sikap yang mencerminkan karakternya.
    3. Teknik Pikiran dan Perasaan
      Bagaimana keadaan dan jalan pikiran serta perasaan, apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang dipikir dan dirasakan oleh seorang tokoh, dalam banyak hal akan mencerminkan sifat-sifat jati dirinya. Bahkan pada hakikatnya, “tingkah laku” pikiran dan perasaanlah yang kemudian diwujudkan menjadi tingkah laku verbal dan nonverbal. Maksudnya, perbuatan dan kata-kata merupakan perwujudan konkret tingkah laku pikiran dan perasaan. Teknik pikiran dan perasaan dapat ditemukan dalam teknik cakapan dan tingkah laku. Artinya, penuturan itu sekaligus untuk menggambarkan pikiran dan perasaan tokoh. Keadaan itu memang tidak mungkin dipilahkan secara tegas. Hanya, teknik pikiran dan perasaan dapat juga berupa sesuatu yang belum tentu dilakukan secara konkret dalam bentuk dan tindakan kata-kata dan hal ini tidak dapat terjadi sebaliknya.
    4. Teknik Arus Kesadaran
      Teknik arus kesadaran berkaitan erat dengan teknik pikiran dan perasaan. Keduanya tidak dapat dibedakan secara pilah, bahkan mungkin dianggap sama karena memang sama-sama menggambarkan tingkah laku batin seorang tokoh. Arus kesadaran merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, di mana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan dan asosiasi-asosiasi acak, (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2013: 291). Teknik arus kesadaran sering disamakan dengan monolog batin. Monolog batin, percakapan yang hanya terjadi dalam diri sendiri, yang pada umumnya ditampilkan dengan gaya “aku”, berusaha menangkap kehidupan batin, pikiran, perasaan, emosi, tanggapan, kenangan, nafsu, dan sebagainya. Penggunaan teknik arus kesadaran, monolg batin dalam penokohan dapat dianggap sebagai usaha untuk mengungkapkan informasi yang “sebenarnya” tentang kedirian tokoh karena tidak sekadar menunjukan tingkah laku yang dapat diiindera saja.
    5. Teknik Reaksi Tokoh
      Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata-kata dan sikap tingkah laku orang lain dan sebagainya yang berupa “rangsang” dari luar diri tokoh yang bersangkutan. Bagaimana reaksi tokoh terhadap hal-hal tersebut dapat dipandang sebagai suatu bentuk penampilan yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya.
    6. Teknik Reaksi Tokoh Lain
      Reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh utama atau tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar dan lain-lain. Maksudnya penilaian kedirian tokoh (utama) cerita oleh tokoh-tokoh cerita yang lain dalam sebuah karya. Teknik reaksi tokoh lain juga merupakan teknik penokohan untuk menginformasikan kedirian tokoh kepada pembaca. Tokoh-tokoh lain itu pada hakikatnya melakukan penilaian atas tokoh utama untuk pembaca. Wujud reaksi itu dapat diungkapkan lewat deskrpsi, komentar, dialog, bahkan juga teknik arus kesadaran.
    7. Teknik Pelukisan Latar
      Suasana latar sekitar tokoh juga sering dipakai untuk melukiskan jati dirinya. Pelukisan suasana latar dan dapat lebih mengintensifkan sifat kedirian tokoh seperti yang telah diungkapkan dengan berbagai teknik lain. Keadaan latar tertentu adakalanya dapat menimbulkan kesan yang tertentu pula dipihak pembaca. Pelukisan keadaan latar sekitar tokoh secara tepat akan mampu mendukung teknik penokohan secara kuat walau latar itu sendiri sebenarnya merupakan sesuatu yang berada di luar kedirian tokoh.
    8. Teknik Pelukisan Fisik
      Keadaan fisik seseorang sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya atau paling tidak pengarang sengaja mencari dan menghubungkan adanya keterkaitan itu. Tapi semua itu tentu berkaitan dengan pandangan (budaya) masyarakat yang bersangkutan. Pelukisan keadaan fisik tokoh, dalam kaitannya dengan penokohan kadang-kadang memang terasa penting. Keadaan fisik tokoh perlu dilukiskan terutama jika tokoh itu memiliki bentuk fisik khas sehingga pembaca dapat menggambarkan secara imajinatif.
  3. Teknik Campuran
    Teknik campuran adalah teknik penokohan yang menggunakan teknik analitik (teknik langsung) dan teknik dramatik (teknik tidak langsung).